Anggaran Pertahanan Taiwan Bertambah Seiring Ancaman Cina Meningkat
Selama lima tahun terakhir, Taiwan menghadapi berbagai tekanan baik dalam sektor politik, diplomatik, dan militer dari Cina. Pada tahun 2023 saja, Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army) sudah menempatkan sekitar 1.700 pesawat di dekat Taiwan yang meningkatkan tekanan pada angkatan bersenjata Taiwan.
Perkembangan situasi ini semakin membebani sumber daya angkatan udara Taiwan, yang mengandalkan pesawat tempur seperti Mirage 2000 dan F-16. Menghadapi potensi ancaman invasi ini, Taiwan mengadopsi strategi pertahanan “landak” yang dirancang duna menghadapi potensi agresi. Strategi ini mencakup pembelian peralatan militer, terutama dari Amerika Serikat, serta peningkatan dukungan untuk industri persenjataan dalam negeri Taiwan.
Sebelumnya di tahun 2023, Taiwan mengumumkan peningkatan belanja militer yang direncanakan mencapai 17 miliar Euro. Namun ternyata, belanja pertahanan Taiwan meningkat lebih banyak hingga mencapai 7,7% kenaikan di tahun mendatang yang melampaui proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Peningkatan pengeluaran berkaitan dengan meningkatnya ancaman dari Beijing. Cina, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, telah semakin mengintensifkan tekanan militer dan politiknya di wilayah tersebut selama lima tahun terakhir.
Setelah pertemuan rutin mingguan, kabinet Taiwan mengungkapkan bahwa pengeluaran pertahanan untuk tahun 2025 akan naik 7,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, mencapai T$647 miliar (USD20,25 miliar). Angka ini akan mewakili 2,45 persen dari produk domestik bruto (PDB) Taiwan, meningkat dari 2,38 persen tahun ini, dan melampaui tingkat pertumbuhan ekonomi yang diantisipasi pemerintah sebesar 3,26 persen untuk tahun ini.
Hsieh Chi-hsien, kepala biro pengawas kementerian pertahanan, menyatakan bahwa sasarannya adalah untuk mencapai pengeluaran pertahanan yang setara dengan 3 persen dari PDB, dengan mencatat bahwa pengeluaran saat ini “tumbuh dengan baik.” Dia menekankan bahwa Taiwan tidak akan terlibat dalam perlombaan senjata tetapi akan meningkatkan pengeluaran sesuai kebutuhan, tergantung pada akuisisi peralatan “utama dan penting.”
Modernisasi militer tetap menjadi kebijakan utama bagi pemerintah Taiwan, yang secara konsisten berjanji untuk meningkatkan pertahanannya sehubungan dengan meningkatnya ancaman dari Tiongkok.
Angkatan udara Cina secara berkala melakukan misi di dekat Taiwan, dan pada bulan Mei, angkatan udara Cina mengadakan latihan perang di sekitar pulau tersebut tidak lama setelah Presiden Lai Ching-te menjabat. Lai, yang dicap Beijing sebagai “separatis” menolak klaim kedaulatan Tiongkok, dan menegaskan bahwa hanya rakyat Taiwan yang dapat menentukan masa depan mereka.
Di sisi lain, Cina juga dengan cepat meningkatkan kemampuan militernya, dengan kapal induk baru, jet tempur siluman, dan rudal. Pada bulan Maret, Tiongkok mengumumkan peningkatan 7,2 persen dalam belanja pertahanan untuk tahun ini, dengan total 1,67 triliun yuan (USD234,10 miliar), melampaui target pertumbuhan ekonominya sekitar 5 persen pada tahun 2024, meskipun ini hanya menyumbang sekitar 1,3 persen dari PDB.
Selain itu, Amerika Serikat, pemasok persenjataan dan pendukung internasional Taiwan yang paling signifikan, secara konsisten mendorong Taiwan untuk memodernisasi militernya dan meningkatkan pengeluaran pertahanan.