Propaganda di Era Modern: Alat Kekuasaan dan Pengendali Opini Publik
Korea Utara merupakan sebuah negara Hermit Kingdom, sebuah julukan untuk negara yang tertutup dan terisolasi. Korea Utara tetap menjadi misteri bagi kebanyakan orang Amerika dan dunia. Orang asing hanya memiliki pemahaman yang samar tentang sejarah, kehidupan sehari-hari, dan lingkungan propaganda warga Korea Utara. Kurangnya pengetahuan ini semakin menghambat kemampuan untuk merasionalisasi dan menjelaskan tindakan rezim tersebut, baik dalam hal kebijakan luar negeri maupun domestik. Di bawah kepemimpinan Kim Jong Il dan kemudian putranya, Kim Jong Un, Korea Utara membangun sistem propaganda yang kuat untuk memberikan gambaran positif tentang rezim diktator mereka. Strategi ini dirancang untuk memengaruhi persepsi baik warga negara mereka sendiri maupun masyarakat internasional. Propaganda tersebut bertujuan menampilkan Korea Utara sebagai negara yang kuat dan makmur, sambil mencitrakan negara-negara yang tidak bersahabat, terutama Korea Selatan dan Amerika Serikat, sebagai musuh.
Televisi, surat kabar, dan radio merupakan alat propaganda yang sepenuhnya dikendalikan oleh negara. Media ini digunakan untuk menyebarkan narasi yang menguntungkan rezim, memuji kepemimpinan Kim, dan menggambarkan Korea Utara sebagai negara yang makmur dan kuat. Koreasebuah negara di mana kebebasan pers hampir tidak ada, berita secara eksklusif dilaporkan melalui media negara, yaitu Kantor Berita Pusat Korea (KCNA). Lembaga ini menyebarkan pesan-pesan negara kepada populasi yang tidak diizinkan untuk membuka situs web di luar intranet nasional atau menggunakan ponsel mereka untuk mengakses layanan jejaring sosial.
Poster telah menjadi alat propaganda yang lazim digunakan di Korea Utara untuk menanamkan rasa patriotisme, membangun kepercayaan terhadap kepemimpinan, dan menciptakan persepsi bahwa perjuangan hidup sepenuhnya ditujukan untuk kejayaan bangsa. Visual-visual dalam poster tersebut berfungsi meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah dan pemimpin negara berada di jalur yang benar, sekaligus menanamkan rasa percaya diri bahwa mereka adalah individu yang diandalkan. Teknik ini bukan hal baru, karena telah digunakan sejak era Perang Dunia I dan II, serta diterapkan oleh Uni Soviet pada masanya. Poster-poster ini sering menggambarkan masyarakat sebagai kelompok yang bersatu dan sepenuhnya mengabdikan diri kepada negara, terutama dalam mempertahankan kedaulatan dari ancaman musuh, sehingga propaganda ini efektif memperkuat kontrol pemerintah sekaligus mengukuhkan semangat nasionalisme.
Metode propaganda lain yang dilakukan adalah Parade Militer. Kegiatan itu menjadi daya tarik utama bagi warga lokal dan wisatawan yang berkunjung ke negara tersebut. Setiap kali parade diadakan di Pyongyang, acara ini pasti menjadi sorotan media internasional, baik di surat kabar maupun televisi. Kim Jong Un biasanya hadir untuk menyampaikan pidato politik dan menyapa warganya, sementara Tentara Rakyat Korea menampilkan kekuatan militer mereka dengan menampilkan alat senjata atau kendaraan perang gaya khas yang mengingatkan pada era Soviet, sesuatu yang jarang terlihat di negara lain saat ini.
Semua propaganda yang dilakukan oleh Korea Utara ini persis sama dan tidak ada bedanya dengan yang dilakukan oleh Uni Soviet di masanya dan Rusia di zaman sekarang. Ini semua berawal dari saat pimpinan Soviet menyadari perlunya metode komunikasi massa yang baru, mengingat pada tahun 1917 tingkat melek huruf hanya mencapai 37,9%, sehingga propaganda tertulis saja tidak cukup efektif. Vladimir Lenin melihat potensi besar dalam propaganda visual dan pada April 1918, ia mengeluarkan dekrit “Propaganda Monumen” yang memerintahkan penghapusan monumen Tsar dan menggantinya dengan seni serta slogan revolusioner. Inisiatif ini mengubah ruang publik menjadi media propaganda untuk mendukung rezim baru, dan selama periode ini, lebih dari 3.100 desain poster diciptakan. Propaganda digunakan untuk memperkuat kekuasaan partai komunis, mengingatkan tentang ancaman eksternal, seperti yang terjadi selama Perang Dunia II, serta untuk mendukung atau menjelaskan proyek-proyek pembangunan ekonomi.
Propaganda Rusia dilakukan dengan cara resmi dan tersembunyi. Propaganda resmi disebarkan oleh pejabat negara, media, dan institusi budaya yang semuanya dikontrol oleh Kremlin, sementara propaganda tersembunyi didistribusikan melalui organisasi boneka, politisi ekstrem, influencer, serta bot di media sosial, didukung oleh media, wartawan perang, dan institusi budaya serta pendidikan di seluruh dunia yang menyebarkan narasi pro-Rusia. Tujuannya adalah menciptakan kebingungan dan merusak kebenaran yang bisa dinamakan pengontrolan opini publik, sehingga masyarakat bingung tentang apa yang harus dipercayai. Contoh pandangan favorit Putin adalah keyakinannya bahwa Ukraina sebenarnya tidak pernah terpisah dari Rusia dan selalu menjadi bagian dari negara itu. Menurutnya, akar konflik ini berasal dari upaya negara-negara Barat yang ingin mendirikan Ukraina sebagai negara independen dengan tujuan melemahkan dan menghancurkan Rusia.
Korea Utara memiliki kesamaan dengan Uni Soviet dan Rusia dalam metode propagandanya. Ketiga negara ini cenderung menonjolkan segalanya secara besar-besaran dan mencolok untuk menyebarkan nasionalisme serta memamerkan kekuatan ekonomi dan militer mereka di tingkat internasional. Persamaan utama dalam propaganda yang dilakukan adalah penggunaan media untuk menyebarkan narasi pro-rezim, menciptakan citra positif negara, dan mengontrol informasi yang beredar. Hanya berita yang mendukung pemerintah yang diperbolehkan, sementara persepsi publik dimanipulasi melalui propaganda visual, parade militer, dan kontrol ketat atas informasi untuk memperkuat kekuasaan dan membentuk opini publik yang mendukung rezim. Propaganda ini juga sering digunakan untuk mengalihkan perhatian publik dari fakta yang sebenarnya. Sebagai warga sipil, tidak setuju dengan yang dinamakannya propaganda adalah hal yang wajar, kata itu akan selamanya terdengar negatif di kuping kita dan akan selalu digunakan untuk kegiatan yang negatif. Kita sebagai warga sipil harus lebih peka dan jeli kepada propaganda tersirat yang ada di sekitar kita seperti film, iklan masyarakat, ataupun artikel terutama di era media sosial seperti sekarang.