Partai Ultra Kanan Prancis Unggul pada Putaran Pertama Pemilu Legislatif Prancis
Putaran pertama pemilihan umum (pemilu) legislatif Prancis yang diselenggarakan pada Minggu (30/6) menunjukkan keunggulan untuk Partai ekstrem kanan National Rally (RN). Hasil ini menjadi sejarah dalam pemilu legislatif yang mengalahkan partai Presiden Emmanuel Macron. Laporan kantor berita harian Le Figaro menyatakan bahwa berdasarkan hasil jajak pendapat pascapemilu, RN meraih sekitar 33,5 persen suara.
Dengan hasil ini, RN berpotensi membentuk pemerintahan dan mengamankan kursi perdana menteri. Meskipun begitu, RN tetap harus melalui putaran kedua dan mengantongi suara mayoritas di Majelis Nasional.
Selain itu, aliansi partai sayap kiri Front Populer Baru (NFP) berada di posisi kedua dengan raihan suara sekitar 28,5 persen, dan koalisi partai Presiden Emmanuel Macron bernama Ensemble berada di posisi ketiga dengan raihan suara 22,1 persen.
Secara garis besar, perolehan suara RN mencapai sekitar 260 hingga 310 kursi dari toral 577 kursi di parlemen. Namun, dikarenakan tidak adanya kandidat yang mencapai lebih dari 50 persen suara dan sedikitnya 25 persen dari total pemilih, maka pemilu harus dilanjutkan ke putaran kedua.
Mengomentari keungguan RN dalam putaran pertama pemilu Prancis, Perdana Menteri Gabriel Attal mendorong masyarakat untuk mencegah kemenangan partai ekstrem kanan tersebut di putaran kedua pemilu. “Jangan sampai ada satu suara pun yang memilih RN,” kata Attal. Selain itu, Attal juga menilai hasil ini menjadi gambaran bahwa Prancis menghadapi risiko besar sepanjang sejarahnya.
Di sisi lain, pemimpin aliansi kanan Prancis Marine Le Pen menilai hasil awal pemilu ini menandakan ‘akhir koalisi Macron.” Le Pen mnyatakan bahwa putaran kedua nanti akan sangat menentukan masa depan Prancis karena mereka memerlukan suara absolut agar presiden RN ditunjuk menjadi perdana menteri oleh Emmanuel Macron. Le Pen menegaskan bahwa ‘tak ada warga yang akan kehilangan hak’ jika RN memimpin Prancis, di mana mereka akan merombak RN agar menjadi tampak ‘moderat.’
Presiden RN, Jordan Bardella, turut menyatakan bahwa jika nanti menjadi perdana menteri, maka Ia akan menghormati konstitusi dan jabatan presiden Prancis, namun akan tetap memperjuangkan kebijakan yang didorong partainya.
Pemilih akan kembali memilih pada 7 Juli mendatang dalam putaran kedua pemilu untuk menentukan 577 anggota Majelis Nasional untuk lima tahun ke depan.
Keraguan analis politik dan Pecahnya haluan partai Republik
Akademisi dari Universitas Toulouse Capitole menyatakan bahwa Ia ragu RN akan berubah menjadi moderat karena dengan pandangan dan kebijakan yang xenophobia, anti-semit, anti Muslim, dan anti minoritas yang dipromosikan.
Selain itu, sejumlah analis seperti Eurasia Group juga menilai bahwa peningkatan dukungan sayap kanan ini tetap tidak memudahkan mereka mendapat suara mayoritas karena tergantung dari kesepakatan lawan politik ke depannya.
Terkait dengan hasil pemilihan putaran pertama, posisi dari partai Republik dinilai tidak cukup jelas. Meskipun ketua Partai Republik Eric Ciotti yang memiliki posisi 10 persen mendorong partainya untuk bekerja sama dengan RN, namun, partai Republik mengalami konflik internal mengenai perlunya kerja sama dengan RN atau tidak.
Selain itu, susunan dari Majelis Nasional ke depannya juga akan sulit untuk diprediksi karena akan tergantung pada koalisi melawan sayap kanan, atau apakah koalisi tersebut akan terpecah.