Hubungan antara India dan China dipandang sebagai elemen kunci dalam menentukan masa depan Asia dan dunia. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, dalam acara yang diselenggarakan oleh Asia Society di New York pada 25 September 2024[1]. Dalam kesempatan tersebut, Jaishankar mencatat bahwa kedua negara menciptakan “masalah yang sangat unik” dalam konteks politik global saat ini.
India telah berupaya untuk memperluas pengaruhnya dan menjadi pusat kekuasaan di kawasan, bersaing dengan China. Awal tahun ini, Jaishankar menekankan pentingnya India untuk bersiap “menyambut persaingan” dan memiliki kepercayaan diri yang lebih besar dalam menghadapi pengaruh China yang semakin kuat di Asia Selatan. Ia juga mengadvokasi forum internasional dan menyerukan peran yang lebih besar bagi India dalam Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, China, sebagai anggota tetap dari kelompok tersebut, telah menolak peningkatan peran India sebagai anggota tetap[2].
Menyoroti populasi masing-masing negara yang melebihi satu miliar, Jaishankar mengakui bahwa kebangkitan kedua negara dalam tatanan global, bersamaan dengan “tumpang tindih kepentingan,” menciptakan tantangan yang tidak biasa. Ia juga menyatakan bahwa India memiliki “sejarah yang sulit” dengan China, dan hubungan antara kedua negara saat ini “secara signifikan terganggu.” Perselisihan perbatasan diketahui menjadi sumber utama ketegangan antara India dan China, yang semakin memburuk pada tahun 2020 saat terjadi bentrokan di Lembah Galwan yang terletak di Kashmir, yang sejak lama telah menjadi wilayah sengketa[3].
Dalam hal ini, hubungan India dan China akan dilihat melalui perspektif hubungan antara Ekonomi Politik Internasional (EPI) sebagai pendekatan yang mengkaji interaksi antara ekonomi dan politik dalam konteks hubungan internasional, dan melihat bagaimana kekuatan ekonomi mempengaruhi kebijakan luar negeri, struktur kekuasaan global, dan dinamika antara negara[4], sebagai berikut:
Interdependensi Ekonomi
India dan China adalah dua ekonomi terbesar di Asia. Nyatanya, interdependensi ekonomi keduanya tergolong cukup besar. Meskipun ada ketegangan politik dan sengketa perbatasan, kedua negara tetap bergantung pada perdagangan satu sama lain. India mengimpor barang-barang dari China, sementara China mengakses pasar India yang besar. Pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2024, India dan China mencapai total perdagangan sekitar USD 118,4 miliar, dengan China melampaui AS untuk menjadi mitra dagang terbesar India[5]. Hal ini menandai peningkatan hubungan keduanya dalam bidang perdagangan, yang menggarisbawahi hubungan ekonomi yang semakin dalam antara kedua negara, yang bahkan mungkin saja dapat menciptakan insentif untuk mencari penyelesaian damai atas konflik yang ada.
Oleh karena interdependensi kedua negara dalam perdagangan, menjaga stabilitas menjadi hal yang sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan memastikan akses ke pasar masing-masing[6]. Kemitraan perdagangan ini dapat berfungsi sebagai landasan untuk meningkatkan hubungan bilateral, dengan berfokus pada bidang kolaborasi, seperti transfer teknologi dan pembangunan infrastruktur, kedua negara dapat mengurangi konflik sekaligus meningkatkan hubungan ekonomi.
Interdependensi Ekonomi Sebagai Peluang Sekaligus Tantangan
Kedua negara diketahui mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, didorong oleh populasi yang besar dan kelas menengah yang berkembang. Faktor demografi ini menciptakan insentif alami untuk meningkatkan kerja sama ekonomi karena kedua negara berupaya untuk memasuki pasar masing-masing. Namun demikian, dalam beberapa kasus, hal ini juga mungkin dapat menjadi kerentanan[7].
Meskipun ada potensi manfaat dari saling ketergantungan ekonomi, tantangan tetap ada karena ketegangan politik dan masalah keamanan. Meningkatnya pengawasan India terhadap investasi China mencerminkan kekhawatiran tentang keamanan nasional, yang dapat mempersulit keterlibatan ekonomi di masa mendatang[8]. China yang dikenal dengan peluncuran BRI (Belt and Road Initiative) untuk meningkatkan konektivitas dan perdagangannya, di sisi lain, India juga mengembangkan inisiatifnya sendiri, seperti “Act East Policy“, untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara lain[9]. Saat ini, India adalah ekonomi terbesar kelima di dunia dengan PDB sebesar USD 3,95 triliun dan diperkirakan akan menjadi yang terbesar ketiga pada akhir dekade ini[10], sementara China tetap di posisi kedua, setelah AS.
Melalui lensa EPI, kita dapat melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi, kepentingan nasional, dan interdependensi mempengaruhi interaksi politik antara kedua negara. Meskipun ada ketegangan, interaksi ekonomi yang kuat menciptakan peluang untuk kerjasama dan resolusi konflik, menunjukkan bahwa ekonomi dan politik saling terkait dalam konteks hubungan internasional yang kompleks ini. Dinamika hubungan antara India dan China dianggap akan terus mempengaruhi tidak hanya masa depan Asia tetapi juga tatanan dunia secara keseluruhan. Namun demikian, dialog dan kerja sama tetap diyakini dapat membuka jalan bagi hubungan yang lebih stabil.
[1] Ministry of External Affairs, “Remarks by EAM, Dr. S. Jaishankar at Asia Society Policy Institute in New York,” Government of India, last modified 2024, https://www.mea.gov.in/Speeches-Statements.htm?dtl/38341/Remarks_by_EAM_Dr_S_Jaishankar_at_Asia_Society_Policy_Institute_in_New_York_September_24_2024.
[2] Pooja Bhatt, “From the Mountains to the Seas: India-China Competition in the Wake of Galwan,” South Asian Voices, last modified 2024, https://southasianvoices.org/sec-f-in-r-india-china-competition-in-the-wake-of-galwan-06-16-2024/.
[3] BBC News, “India-China Dispute: The Border Row Explained in 400 Words,” Bbc.Com, last modified 2022, https://www.bbc.com/news/world-asia-53062484.
[4] Marlin-Bennett, R., & Johnson, D. (2021, January 22). International Political Economy: Overview and Conceptualization. Oxford Research Encyclopedia of International Studies.
[5] Xu Weiwei, “Sino-Indian Trade Remains Robust in New Fiscal Year,” Chinadaily.Com, last modified 2024, https://www.chinadailyhk.com/hk/article/584209.
[6] Chris Ogden, “The Double-Edged Sword: Reviewing India–China Relations,” India Quarterly 78, no. 2 (2022): 210–228.
[7] Ashok Malik and Tanvi Madan, “India’s Economic Ties with China: Opportunity or Vulnerability?,” Brookings, last modified 2023, https://www.brookings.edu/articles/indias-economic-ties-with-china-opportunity-or-vulnerability/.
[8] Darshana M Baruah, Tanvi Madan, and Constantino Xavier, “How India and China Compete in Non-Aligned South Asia and the Indian Ocean,” Brookings, last modified 2023, https://www.brookings.edu/articles/how-india-and-china-compete-in-non-aligned-south-asia-and-the-indian-ocean/.
[9] Indah Lestari et al., KOMPETISI ARSITEKTUR KONEKTIVITAS GLOBAL Posisi Dan Opsi Bagi Indonesia, LAB 45 Mon. (Jakarta: Laboratorium Indonesia 2045, 2023), https://img.lab45.id/images/article/2023/11/28/258/5513kompetisi-arsitektur-konektivitas-global-posisi-dan-opsi-bagi-indonesia.pdf.
[10] Sindonews, “Ekonomi India Meroket, Selangkah Lagi Terbesar Ketiga Di Dunia,” Rctiplus.Com, last modified 2024, https://www.rctiplus.com/news/detail/terkini/4532697/ekonomi-india-meroket–selangkah-lagi-terbesar-ketiga-di-dunia.