Republik Arab Suriah Runtuh dan Israel Melancarkan Invasi Terhadap Selatan Suriah
Pada 8 Desember 2024 perang saudara Suriah berakhir dengan jatuhnya Damaskus, ibukota Republik Arab Suriah, kepada pasukan Tentara Pemberontakan Suriah (FSA) dari kelompok Tentara Komando Revolusioner (RCA) dan Ruang Operasi Selatan (SOR). SetelahDamaskus jatuh para pemberontak menyiarkan runtuhnya rezim tiran Bashar Al-Assad di studio Badan Berita Arab Suriah (SANA). Selain itu para pemberontak juga meminta pasukan mereka untuk menjaga seluruh institusi dan properti milik negara. Sementara itu pemimpin kelompok Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) dan pencetus operasi militer 27 November 2024 Abu Mohammad al-Julani memerintahkan pasukannya untuk tidak mendekati gedung institusi publik. Julani menambahkan bahwa seluruh institusi publik berada dibawah kendali Perdana Menteri Republik Arab Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali hingga transisi politik bisa dilakukan. Runtuhnya rezim Bashar Al-Assad menandakan berakhirnya kekuasaan Dinasti Al-Assad yang sudah berkuasa selama 54 tahun. Selain itu runtuhnya rezim ini juga menandakan berakhirnya kekuasaan Partai Sosialis Arab Ba’ath Suriah yang telah berkuasa selama 61 tahun dengan melancarkan kudeta terhadap pemerintah Republik Suriah pada 8 Maret 1963.
Beberapa jam setelah FSA mendeklarasikan kemenangan mereka pemimpin kelompok HTS Julani tiba di Damaskus dan memberikan pidato kemenangan di Masjid Umayyah Damaskus. Dalam pidatonya Julani menyatakan bahwa hal ini merupakan sebuah kemenangan bagi warga Suriah dan kawasan Timur Tengah. Selain itu Julani menyatakan bahwa Suriah bisa menjadi sebuah negara normal dengan membangun hubungan baik negara tetangga dan komunitas internasional. Di sisi lain para pemberontak yang tiba di Penjara Sednaya mulai membebaskan para tahanan yang dipenjara. Dalam sebuah video yang diunggah di media sosial X/Twitter terlihat para pemberontak sedang membebaskan belasan tahanan wanita dan seorang anak kecil yang telah dipenjara. Akan tetapi saat ini para pemberontak kesulitan untuk membebaskan para tahanan yang dipenjara di lantai bawah tanah penjara tersebut.
Tak lama setelah Damaskus jatuh ke tangan pasukan FSA Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk membentuk sebuah zona penyangga di beberapa wilayah Suriah Selatan. Aksi ini dilakukan karena Netanyahu menganggap perjanjian gencatan senjata tahun 1974 dengan Suriah sudah tidak berlaku setelah prajurit Angkatan Darat Suriah (SAA) meninggalkan posisi mereka. Selain itu Angkatan Udara Israel juga melancarkan serangan udara terhadap berbagai instalasi militer dan gudang senjata milik SAA di Suriah Selatan.