Rusia dan Iran Perkuat Aliansi Strategis Ekonomi dan Militer
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian sudah menandatangani perjanjian pada Jumat (17/1) yang berfokus kepada kemitraan strategis 20 tahun, mencakup berbagai bidang mulai dari pertahanan dan teknologi hingga ekonomi yang dianggap sebagai pencapaian baru dalam relasi hubungan dua negara tersebut. Sejak mengirim pasukan ke Ukraina pada Februari 2022, Moskow telah menganggap Iran sebagai sekutu strategis, mengkhawatirkan negara barat yang melihat keduanya sebagai ancaman di kancah internasional.
Sejarah hubungan historis mereka sangat kompleks dan panjang, Iran dan Rusia berperang pada abad ke-18 dan ke-19 untuk memperebutkan wilayah di Kaukasus, sementara Uni Soviet dan Inggris melakukan invasi bersama ke Persia selama Perang Dunia II. Rusia membangun pembangkit nuklir pertama Iran yang mulai beroperasi pada 2013 dan kini sedang mengerjakan dua reaktor nuklir tambahan di negara itu. Selain itu, Rusia juga terlibat dalam kesepakatan 2015 antara Iran dan enam negara pemilik senjata nuklir, yang memberikan pelonggaran sanksi kepada Teheran sebagai imbalan atas pengurangan program nuklirnya. Moscow juga memberikan dukungan politik kepada Iran ketika Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari kesepakatan tersebut pada masa jabatan pertama Presiden Donald Trump.
Putin menyebut kesepakatan itu sebagai “terobosan besar,” yang menciptakan peluang bagi perkembangan stabil dan berkelanjutan bagi Rusia, Iran, dan kawasan sekitarnya. Ia mengungkapkan bahwa volume perdagangan dan kerja sama ekonomi saat ini masih kurang, dan berharap perjanjian baru ini dapat menghilangkan hambatan birokrasi serta memperkuat hubungan. Putin juga menambahkan bahwa kedua negara sedang berusaha mengatasi hambatan teknis untuk mendukung proyek-proyek yang direncanakan, seperti pengiriman gas alam Rusia ke Iran dan pembangunan jalur transportasi ke pelabuhan-pelabuhan Iran di Teluk Persia dan Oman.
Kunjungan itu berlangsung di Moscow sebelum pelantikan Donald Trump sebagai Presiden terpilih, yang bertekad untuk mempromosikan perdamaian di Ukraina dan mengadopsi sikap yang lebih keras terhadap Iran, yang sedang dilanda masalah ekonomi yang semakin memburuk dan serta kemunduran dalam operasi militer di kawasan Timur Tengah. Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, menepis spekulasi terkait pelantikan Trump, dengan menyatakan bahwa penandatanganan kesepakatan ini telah direncanakan sejak lama dan tidak ada keterkaitan dengan pelantikan Trump.