Sebagai respons atas meningkatnya ketegangan dengan China di Laut China Selatan (LCS), Filipina berencana membeli kapal selam diesel-listrik. Langkah ini diambil untuk memperkuat pertahanan dan kedaulatan negara, terutama terhadap ancaman dari luar negara. Selain akibat meningkatnya ketegangan dengan China di LCS, keputusan membeli kapal selam ini juga diambil oleh Filipina sebagai respons atas serangkaian insiden panas seperti bentrokan dan penggunaan meriam air terhadap kapal Filipina oleh China[1]. Langkah ini menjadi bagian dari upaya modernisasi sistem pertahanan Filipina untuk menghalangi kapal-kapal besar China yang sering masuk ke perairan Filipina. Disamping itu, keputusan ini juga dipandang sebagai langkah untuk memperkuat kedaulatan negara dan menegaskan kedudukan Filipina di tingkat internasional di tengah klaim China yang meluas atas LCS.
Beberapa negara seperti Prancis, Spanyol, Korea Selatan, dan Italia juga menunjukkan minat untuk menawarkan kapal selam diesel-listrik kepada Filipina[2]. Kapal selam diesel-listrik dimaksud memiliki keunggulan dalam hal kesulitan deteksi sebelum muncul ke permukaan. Sementara itu, kepemilikan kapal selam memerlukan investasi besar untuk pengembangan infrastruktur pendukung, termasuk pangkalan dan personel terlatih, sedangkan saat ini, Filipina hanya memiliki armada laut yang terdiri dari kapal rudal kecil hingga kapal patroli. Oleh karena itu, Filipina juga berencana untuk memperbaiki fasilitas di pulau-pulau dan terumbu karang yang mereka klaim, seperti Pulau Thitu dan Pulau Nanshan. Filipina berencana melakukan pemasangan mesin desalinasi dan peralatan komunikasi guna meningkatkan kondisi kehidupan tentara di wilayah tersebut.
China dikabarkan semakin meningkatkan patroli di perairan LCS dengan mengirim kapal penjaga pantai dan membangun pulau buatan yang dimiliterisasi. Disisi lain, Filipina telah menuduh penjaga pantai China melakukan tindakan “biadab dan tidak manusiawi” terhadap kapal-kapal mereka, yang kemudian menambah ketegangan di wilayah tersebut[3].
Berdasarkan kejadian-kejadian tersebut, keputusan Filipina untuk mengakuisisi kapal selam merupakan komponen penting dari strategi modernisasi pertahanannya yang lebih luas yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan militer dan menegaskan kedaulatan di Laut Cina Selatan (LCS). Langkah ini terutama didorong oleh klaim teritorial China yang tegas di wilayah tersebut, yang telah meningkatkan ketegangan dan menyebabkan perselisihan mengenai wilayah maritim. Akuisisi kapal selam dimaksudkan untuk secara signifikan meningkatkan kemampuan pertahanan Filipina, memungkinkan pencegahan yang lebih baik terhadap potensi ancaman dan menjaga zona ekonomi eksklusif dan perairan teritorialnya[4]. Selain itu, kapal selam ini dapat berfungsi sebagai penegasan simbolis atas kekuatan militer dan hak kedaulatan Filipina di tengah ambisi ekspansif China di Laut China Selatan. Filipina bertujuan untuk mengelola ketegangan regional secara aktif dan tetap mendorong stabilitas di Asia Tenggara. Disamping itu, tantangan seperti besarnya biaya yang diperlukan untuk akuisisi dan pembangunan infrastruktur, serta potensi reaksi regional, menggarisbawahi kompleksitas keputusan strategis dalam pembelian kapal selam ini[5].
Confidence Building Measures (CBMs) antara Filipina dan China
Confidence Building Measures (CBMs) merupakan salah satu konsep atau disebut juga dengan langkah-langkah membangun kepercayaan, yang dirancang untuk mengurangi ketegangan antara negara-negara yang terlibat dalam konflik atau persaingan. CBMs diterapkan dalam konteks hubungan antar negara yang diambil oleh negara-negara untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan rasa saling percaya. Beberapa contoh CBMs yang dimaksud seperti pertemuan bilateral dan multilateral, pertukaran militer, dan sebagainya. CBMs menjadi satu hal yang penting karena memiliki tujuan untuk membangun kepercayaan, mempromosikan dialog terbuka, dan mengurangi potensi eskalasi konflik.
Dalam konteks situasi antara Filipina dan China di Laut China Selatan telah menunjukkan peningkatan ketegangan dibandingkan implementasi Confidence Building Measures (CBMs). Meskipun mungkin ada upaya untuk mengurangi ketegangan dan menumbuhkan rasa saling percaya, pada kenyataannya saat ini kedua negara terlibat dalam persaingan militer dan klaim wilayah yang saling bertentangan. Hal ini terbukti dari kehadiran kedua negara yang sering berinteraksi di forum internasional seperti ASEAN, APEC, dan G20. Melalui pertemuan ini memberikan kesempatan untuk berdialog dalam konteks multilateral dan memperkuat komitmen terhadap stabilitas regional. Selain multilateral, Presiden Filipina dan Presiden China juga beberapa kali telah melakukan kunjungan resmi ke masing-masing negara untuk membahas isu-isu bilateral. Kunjungan antara keduanya sering kali berfokus pada memperkuat hubungan ekonomi, kerjasama di bidang infrastruktur, serta mengelola ketegangan di LCS. Kedua negara bahkan memiliki Bilateral Consultation Mechanism (BCM). Mekanisme tersebut didirikan untuk membahas permasalahan di Laut Cina Selatan dan menjajaki kerja sama dalam pengembangan minyak dan gas. Sayangnya, enam tahun setelah MOU 2018 ditandatangani, kedua negara belum mencapai kesepakatan mengenai proyek tertentu[6].
Disisi lain, bentrokan yang terjadi antara kapal China dan Filipina baru-baru ini yang mengakibatkan cedera dan kerusakan parah, menyoroti sifat situasi yang tidak menentu. Ketika terjadi kekerasan pada bulan Juni 2024, personel Penjaga Pantai China secara paksa menaiki kapal angkatan laut Filipina, penggunaan meriam air dan laser tingkat militer, telah mengakibatkan kerusakan dan cedera pada kapal dan personel Filipina. Klaim teritorial China yang luas di Laut Cina Selatan, yang tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara tetangga seperti Filipina, masih menjadi perdebatan utama. Filipina dengan gigih mempertahankan klaimnya, didukung oleh keputusan internasional seperti keputusan pengadilan Den Haag tahun 2016 yang membatalkan klaim China, namun ditolak diterima oleh Beijing[7].
Ringkasnya, Keputusan Filipiina dan China dalam memperkuat kehadiran militer mereka dan mengembangkan infrastruktur di pulau-pulau buatan di wilayah tersebut, telah meningkatkan ketegangan regional. Pembelian kapal selam diesel-listrik oleh Filipina merupakan langkah strategis untuk memperkuat pertahanan dan kedaulatan di hadapan ancaman dari China di Laut China Selatan. Meskipun ada tantangan terkait biaya dan infrastruktur, upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kekuatan militer Filipina dan menunjukkan komitmen untuk melindungi wilayahnya. Meskipun ada upaya untuk membangun kepercayaan, dinamika antara Filipina dan China saat ini sebagian besar dibentuk oleh persaingan keamanan dan sengketa wilayah yang belum terselesaikan, sehingga menimbulkan tantangan bagi penerapan CBMs yang efektif. Filipina dan China perlu terus mengedepankan dialog dan kerja sama, termasuk melalui BCM, guna menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk meredakan ketegangan, meminimalisir konflik dan tetap menjaga stabilitas regional. Penekanan pada CBMs yang lebih kuat dan transparan akan menjadi kunci dalam mengurangi potensi eskalasi dan membangun kepercayaan di antara kedua negara.
[1] Teddy Tri Setio Berty, “Antisipasi Konflik Di Laut China Selatan, Filipina Modernisasi Sistem Pertahanan,” Liputan6, July 13, 2024, https://www.liputan6.com/global/read/5642944/antisipasi-konflik-di-laut-china-selatan-filipina-modernisasi-sistem-pertahanan.
[2] CNN Indonesia, “Filipina Borong Kapal Selam Perdana Saat China Makin Brutal Di LCS,” July 7, 2024, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20240707123249-106-1118506/filipina-borong-kapal-selam-perdana-saat-china-makin-brutal-di-lcs.
[3] Andika Hendra Mustaqim, “Filipina Kirim Kapal Perang Ke Pulau Buatan China Di Laut China Selatan,” SINDOnews, May 11, 2024, https://international.sindonews.com/read/1375061/40/filipina-kirim-kapal-perang-ke-pulau-buatan-china-di-laut-china-selatan-1715429115.
[4] Jeoffrey Maitem, “Philippines Confirm That It Will Acquire Submarines,” Navalnews, February 6, 2024, https://www.navalnews.com/naval-news/2024/02/philippines-confirm-that-it-will-acquire-submarines/.
[5] Jack Myint, “Philippines To Purchase First-Ever Submarine,” US-ASEAN Business Council, last modified 2024, accessed July 14, 2024, https://www.usasean.org/article/philippines-purchase-first-ever-submarine.
[6] Lye Liang Fook, The China-Philippines Bilateral Consultation Mechanism on the South China Sea : Has It Worked for China ?, Yusof Ishak Institute, 2024.
[7] Yuchen Li, “South China Sea Clash Raises Fears of Full-Blown Conflict,” DW (Taipei, June 25, 2024), https://www.dw.com/en/south-china-sea-tensions-rise-after-china-philippines-clash/a-69467882.