Terus Memanas, Taiwan Beli 400 Rudal Harpoon AS untuk Halau Militer China
Taiwan dilaporkan berencana untuk membeli setidaknya 400 rudal Harpoon dari Amerika Serikat sebagai bentuk respons terhadap manuver militer provokatif China yang terus meningkat belakangan ini. Dikutip dari Reuters, kabar ini datang dari seorang pemimpin bidang perdagangan dan beberapa sumber yang mengetahui perihal jual-beli kapabilitas militer.
Pembelian senjata ini telah direncanakan sejak 2020, namun baru disepakati pekan ini karena meningkatnya latihan militer China di sekitar Taiwan. Sebelumnya Taiwan pernah membeli Harpoon bersi rudal peluncur kapal buatan Boeing. Sebanyak tiga sumber, termasuk seorang pejabat industri pertahanan, telah mengonfirmasi kesepakatan pembelian senjata ini.
Menurut Presiden Dewan Bisnis AS-Taiwan, Rupert Hammond-Chambers, pembelian ini merupakan kontrak terbaru antara Boeing yang diwakili langsung oleh Komando Sistem Angkatan Laut AS dan Taiwan.
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) sempat mengumumkan bahwa nilai kontrak tersebut senilai USD1,7 miliar atau sekitar Rp17,3 triliun, namun Pentagon tidak menyebutkan Taiwan sebagai pembelinya.
Juru bicara Pentagon, Kolonel Angkatan Darat AS Martin Meiners, menolak mengkonfirmasi apakah Taiwan yang menjadi pembeli rudal Harpoon, namun ia menyatakan bahwa AS akan terus bekerja dengan industri untuk menyediakan peralatan pertahanan Taiwan pada waktu yang tepat. Namun, informasi soal pembelian rudal AS oleh Taiwan ini tampak selaras dengan pengumuman Pentagon tersebut.
Meiners juga menegaskan bahwa “penyediaan media pertahanan oleh Amerika Serikat ke Taiwan, yang mencakup keberlanjutan kemampuan yang ada melalui Penjualan Militer Asing dan Penjualan Komersial Langsung, sangat penting untuk keamanan Taiwan”.
Belakangan ini, China meningkatkan latihan militer di sekitar Taiwan setelah Presiden Tsai Ing Wen bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy saat transit di California usai kunjungan ke Amerika Latin.
Di saat suatu negara merasa terancam dengan negara lainnya, maka negara akan terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas militernya sebagai alat pertahanan maupun penangkal. Dengan kondisi ketidakteraturan dan persepsi negatif antar pihak, baik Taiwan dan China terus melakukan perlombaan senjata yang mampu memperkeruh suasana dan meningkatkan probabilitas perang terbuka kedua negara.