Rusia dan Ukraina telah melakukan pertukaran tahanan perang yang melibatkan hampir 300 orang, terbesar sejak invasi Moskow sejak bulan Februari. Tahanan yang dibebaskan merupakan warga negara dari Amerika Serikat, Inggris, dan Maroko. Bahkan di antara tahanan tersebut, beberapa di antaranya telah dijatuhi hukuman mati setelah ditangkap di Ukraina dan dituduh sebagai tentara bayaran.
Rusia juga membebaskan sekitar 215 warga Ukraina, termasuk lima komandan yang memimpin pertahanan Ukraina di kota pelabuhan selatan Mariupol sejak Februari lalu. Sebagai gantinya, Ukraina mengirim kembali 55 warga negara Rusia dan warga negara Ukraina yang pro-Moskow dan Viktor Medvedchuk, pemimpin partai pro-Rusia terlarang yang kini tengah dituduh pengkhianatan.
Kesepakatan itu, yang dicapai dengan bantuan Arab Saudi dan Turki telah dipersiapkan untuk beberapa waktu dan melibatkan negosiasi yang intens. “Ini jelas merupakan kemenangan bagi negara kita, bagi seluruh masyarakat kita. Dan hal utama adalah bahwa 215 keluarga dapat melihat orang yang mereka cintai aman dan di rumah,” kata Zelenskyy dalam pidato video di mana dia juga berterima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas bantuannya, dilansir dari Al Jazeera.
Legislator Inggris, Robert Jenrick mengatakan Aiden Aslin termasuk di antara mereka yang dibebaskan. Aslin ditangkap pada awal tahun 2022 dan sempat dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan di Republik Rakyat Donetsk, salah satu proksi Rusia di Ukraina timur.
Selain Aslin, Moskow juga membebaskan warga negara AS Alexander Drueke, 39, dan Andy Huynh, 27, dilansir dari kantor berita Reuters. Keduanya ditangkap pada bulan Juni saat mereka secara sukarela membantu Ukraina dalam pertempuran di wilayah Ukrain timur. Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde mengatakan di Twitter bahwa warga negara Swedia, yang ditahan di Donetsk, “sekarang telah ditukar dan baik-baik saja”. Dia juga berterima kasih kepada Ukraina dan Arab Saudi.
Untuk mendukung tindakannya, di sisi lain Arab Saudi juga mengumumkan pembebasan 10 orang asing yang namanya tidak dirilis, setelah mediasi oleh Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, “sebagai kelanjutan dari komitmen terhadap inisiatif kemanusiaan menuju krisis Rusia-Ukraina”, menurut sebuah pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi. Menurut Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, kelompok itu termasuk lima warga negara Inggris, dua orang Amerika, seorang berkewarganegaraan Kroasia, seorang Maroko, dan seorang warga negara Swedia yang “difasilitasi prosedur keselamatannya.”