Perjalanan Internasional Perdana Setelah Surat Penangkapan dari ICC, Putin Berkunjung ke Kyrgyzstan
Pada hari Kamis, 12 Oktober 2023 kantor berita Rusia TASS, Interfax, dan RIA Novosti mengumumkan bahwa Putin tiba di Kyrgyzstan. Kunjungannya bertujuan untuk mengadakan diskusi dengan Presiden Kyrgyzstan, Sadyr Japarov, dan berpartisipasi dalam pertemuan puncak Persemakmuran Negara-Negara Merdeka, bersama sekutunya dari Belarusia Alexander Lukashenko dan para pemimpin regional lainnya.
Kunjungan ini terjadi di tengah perpecahan dalam kelompok sekutu Rusia. Dua hari sebelum KTT, negara tuan rumah, Kyrgyzstan, mengumumkan bahwa pemimpin Armenia Nikol Pashinyan tidak akan menghadiri acara yang dihadiri Putin. Pashinyan mengkritik Moskow karena tidak melakukan intervensi ketika Azerbaijan melancarkan serangan yang berhasil untuk menguasai wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri pada bulan sebelumnya. Keputusannya untuk melewatkan KTT tersebut terjadi setelah anggota parlemen Armenia mengambil langkah untuk bergabung dengan International Crime Court (ICC), yang membuat marah Moskow dan mungkin semakin membatasi pilihan perjalanan Putin. Putin berencana bertemu dengan presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, musuh bebuyutan Armenia.
Menurut media pemerintah Rusia, Putin juga berencana melakukan kunjungan mendatang ke Korea Utara dan Tiongkok. Moskow sangat menentang gagasan penangkapan Putin di luar negeri, menyamakannya dengan tindakan perang dan mengecam surat perintah tersebut sebagai tindakan yang “ilegal.” Dalam praktiknya, Rusia telah mengambil tindakan pencegahan dalam menanggapi keputusan ICC. Pada bulan Agustus, mereka mengirim Menteri Luar Negerinya, Sergei Lavrov, ke pertemuan puncak BRICS di Afrika Selatan, sebagai anggota ICC.
Sejak memulai serangan terhadap Ukraina pada Februari 2022, Vladimir Putin jarang berpergian keluar dari perbatasan Rusia. Tahun ini, perjalanan internasionalnya terbatas pada wilayah Ukraina yang diduduki Rusia, dengan perjalanan luar negeri terakhirnya dilakukan pada bulan Desember lalu ke Belarus dan Kyrgyzstan. Bahkan Putin kerap absen dari berbagai pertemuan internasional. Statuta Roma, sebuah perjanjian yang mewajibkan anggotanya untuk mematuhi keputusan ICC, telah diratifikasi oleh 123 negara. Putin, bersama Komisaris Hak Anak, Maria Lvova-Belova, dicari atas tuduhan kejahatan perang, khususnya karena diduga mendeportasi ribuan anak Ukraina ke Rusia tanpa izin hukum. Moskow dengan keras membantah tuduhan tersebut.
Selain itu, serangan Moskow terhadap Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran di antara mitra-mitranya di Asia Tengah. Pada tahun 2022, Putin mengunjungi kelima negara regional, termasuk Uzbekistan, Kazakhstan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Kyrgyzstan, dan menjadikan mereka sebagai sekutu inti Rusia. Sebelum kunjungan Putin, Kyrgyzstan mengumumkan ratifikasi perjanjian sistem pertahanan udara bersama dengan Rusia. Moskow juga memiliki perjanjian serupa dengan negara sekutu lainnya, seperti Kazakhstan, Belarus, dan Tajikistan. Namun, tak satu pun negara Asia Tengah mendukung Rusia dalam pemungutan suara penting PBB mengenai Ukraina tahun lalu. Bahkan pemerintah negara-negara Asia Tengah yang sebagian besar warganya bekerja di Rusia, telah memperingatkan rakyatnya agar tidak ikut berperang bersama pasukan Moskow di Ukraina.