Pada pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kremlin memuji pembicaraan mereka dan menyatakan bahwa hal tersebut “sangat substansial,” tetapi selain pembahasan umum, rincian sebenarnya dari pembicaraan mereka di balik pintu tertutup tetap terbungkus dalam misteri.
Di Kosmodrom Vostochny di Wilayah Amur Rusia, Putin dan Kim saling berjabat tangan. Kim mendapat kehormatan untuk naik dalam mobil limusin buatan Rusia milik Putin, pada satu kesempatan dia mengangkat gelas untuk rekan sejawatnya, berjanji bahwa akan “mendukung” Rusia akan menghukum “kekuatan jahat.” Retorika ini tampaknya mendukung perang Putin di Ukraina. Namun, tidak ada konferensi pers yang diadakan, dan tidak ada pernyataan resmi atau kesepakatan yang diumumkan secara publik, meskipun implikasi globalnya sangat signifikan.
Setelah setahun setengah pertempuran intensif di Ukraina, stok amunisi Rusia telah habis terkuras, dan ada peringatan dari pejabat AS bahwa Korea Utara dan Rusia tengah mempertimbangkan potensi kesepakatan untuk memasok ulang upaya perang Moskow di Ukraina, dan seperti yang diketahui, Korea Utara memiliki arsenal besar di Semenanjung Korea. Pada bulan Juli, Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu berkunjung ke Pyongyang dengan dikatakan membawa “daftar belanja”.
Jika kesepakatan semacam itu memang sedang dinegosiasikan di Rusia, ini menandai masuknya Korea Utara ke dalam persaingan yang melibatkan anggota NATO dan AS yang telah secara bertahap memasok Ukraina dengan amunisi yang dibutuhkan untuk melawan Rusia. Di sisi lain, Putin tampaknya mengandalkan berkurangnya dukungan untuk Ukraina seiring dengan masuknya AS ke dalam musim pemilihan presiden.
Sebagai gantinya, Pyongyang mungkin memiliki sesuatu yang dapat diuntungkan. Rezim Kim terisolasi secara serius, dengan beberapa putaran sanksi yang ditargetkan terhadap Korea Utara karena program nuklir dan rudal balistiknya. Walaupun Rusia juga pernah mendukung sanksi terhadap Korea Utara, namun, Putin tampaknya menawarkan Kim kerjasama potensial, terutama ketika pemerintahannya sendiri dihadapkan pada sanksi atas invasi Ukraina. Ini mungkin dapat menjadi jalan untuk akses Korea Utara ke teknologi canggih milik Rusia.
Selama kunjungan ke kosmodrom, seorang reporter bertanya kepada Putin apakah Rusia akan membantu Korea Utara “meluncurkan satelit dan roket mereka sendiri” – terhadap pertanyaan ini, Putin menjawab, “Itulah sebabnya kami datang kemari.” Dia menambahkan, “Pemimpin Korea Utara sangat tertarik pada teknologi luar angkasa, roket, dan mereka sedang mencoba mengembangkan ruang angkasa. Kami akan menunjukkan objek-objek baru kami,” dilansir dari CNN.
pertukaran teknologi yang potensial antara Korea Utara dan Rusia, tetapi apa rencana khusus yang akan dilakukan kedua negara terisolir tersebut menjadi hal yang besar yang belum diketahui. AS percaya bahwa Korea Utara telah berperan dalam perang Ukraina dengan memasok senjata kepada kelompok tentara bayaran Rusia bernama Wagner. Walaupun mendiang Yevgeny Prigozhin, pendiri Wagner, menolak tuduhan tersebut sebagai “tidak lebih dari gosip dan spekulasi” sebelum kematiannya dalam kecelakaan pesawat bulan lalu.