22 September – Presiden Kennedy menandatangani undang-undang Peace Corps
Dalam sebuah kemenangan penting bagi kebijakan luar negerinya selama Perang Dingin, Presiden John F. Kennedy menandatangani undang-undang yang mendirikan Peace Corps sebagai lembaga pemerintah permanen di Amerika Serikat. Kennedy percaya bahwa Peace Corps bisa menjadi alat yang baru dan efektif dalam perang melawan komunisme.
Selama kampanye presidensial tahun 1960, calon presiden dari Partai Demokrat, John F. Kennedy, berjanji untuk menghidupkan kembali kebijakan luar negeri AS. Dia mengkritik administrasi Presiden Dwight D. Eisenhower, dengan menyatakan bahwa administrasi tersebut telah menjadi stagnan dan kurang memiliki imajinasi dalam menghadapi ancaman komunisme, terutama terkait dengan negara-negara Dunia Ketiga.[1]
Tak lama setelah dilantik pada bulan Januari 1961, Kennedy memenuhi janjinya untuk menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih dinamis.[2] Pada tanggal 1 Maret 1961, dia mengeluarkan perintah eksekutif yang mendirikan Peace Corps. Kebijakan ini kemudian mulai berjalan dengan penandatanganan legislasinya pada 22 September di tahun yang sama. Seperti yang dijelaskan oleh Kennedy, organisasi baru ini akan terdiri dari sukarelawan sipil seperti guru, insinyur, dan ilmuwan pertanian yang akan dikirim ke negara-negara berkembang di Amerika Latin, Afrika, Asia, dan tempat lainnya untuk membantu penduduk setempat.[3]
Harapan Kennedy adalah bahwa dengan meningkatkan kualitas hidup di negara-negara yang kurang berkembang, penduduknya akan menjadi lebih tahan terhadap daya tarik komunisme dan lebih yakin akan kesungguhan Amerika dan kemampuannya untuk membantu mereka.[4] Namun, banyak anggota Kongres skeptis.[5] Program ini memiliki biaya yang cukup besar. Meskipun pesertanya adalah sukarelawan, mereka memerlukan dukungan dasar dan, yang lebih penting, sumber daya dan dana untuk membantu orang-orang yang mereka kirim untuk membantu. Beberapa di Kongres melihatnya sebagai manuver hubungan masyarakat yang mahal—bantuan luar negeri (yang sejarahnya tidak pernah populer di Kongres atau di mata rakyat Amerika) yang dibungkus dalam kemasan baru.
Namun, akhirnya program ini mendapat dukungan dari masyarakat.[6] Kisah tentang para pemuda Amerika yang idealis menghadapi kesulitan di negeri asing untuk membantu masyarakat meningkatkan pertanian, membangun sekolah, atau membuat sumur ternyata menjadi materi hubungan masyarakat yang sangat baik bagi Amerika Serikat.[7] Pada bulan September 1961, Kongres mengesahkan undang-undang yang menjadikan Peace Corps sebagai lembaga permanen. Anggaran sebesar $40 juta untuk tahun fiskal berikutnya disetujui.
Dalam tahun-tahun setelah tahun 1961, ribuan sukarelawan Peace Corps dikirim ke seluruh dunia. Beberapa menghadapi ketidakpedulian, dan beberapa bahkan menghadapi bahaya. Namun, secara umum, “pasukan” Peace Corps membuktikan nilainya sebagai alat Perang Dingin yang berharga dan relatif hemat biaya bagi Amerika Serikat.[8] Sebagian besar negara menyambut sukarelawan yang idealis dan upaya mereka berkontribusi untuk meningkatkan kehidupan ratusan ribu orang. Meskipun Peace Corps tidak lagi dianggap sebagai senjata melawan komunisme, misi intinya untuk meningkatkan kehidupan tetap ada.
Perang Dunia Pertama menjadi saksi lahirnya pengembangan citra profesional melintasi batas negara, dan setelah perang, tidak dapat dihindari lagi bahwa studi akademis mengenai politik internasional akan menyadari pentingnya apa yang sekarang sering disebut sebagai ‘soft power’.[9] Diplomasi publik adalah salah satu instrumen utama soft power, dan hal ini telah diakui dalam praktik diplomasi jauh sebelum perdebatan kontemporer mengenai diplomasi publik. Amerika Serikat, negara-negara bekas Uni Soviet, dan tiga negara besar di Eropa melakukan investasi besar dalam ‘komunikasi dengan dunia’ selama Perang Dingin.
Dalam penyebaran paham liberalisme yang dimiliki AS sendiri. Para ahli seringkali menekankan pentingnya budaya, nilai-nilai, dan ideologi suatu bangsa sebagai sumber soft power. Mereka berasumsi bahwa daya tarik budaya suatu negara, termasuk seni, musik, sastra, dan cara hidup, dapat membentuk persepsi internasional dan membangun hubungan yang positif. Hal ini yang dilakukan AS untuk “mencegah” pengaruh Uni Soviet, mengedepankan pencegahan yang tidak konvensional dimana sebelumnya penyebaran pengaruh kerap dilakukan dengan agresi militer seperti pada Perang Dunia I dan II.
[1] “Statement Upon Signing Order Establishing The Peace Corps, March 1, 1961”, John F. Kennedy Presidential Library and Museum, https://www.jfklibrary.org/archives/other-resources/john-f-kennedy-speeches/peace-corps-establishment-19610301
[2] “President Kennedy signs Peace Corps legislation”, History, https://www.history.com/this-day-in-history/president-kennedy-signs-peace-corps-legislation
[3] “The Founding Moment”, Peace Corps, https://www.peacecorps.gov/about/history/founding-moment/
[4] “Peace Corps”, John F. Kennedy Presidential Library and Museum, https://www.jfklibrary.org/learn/about-jfk/jfk-in-history/peace-corps
[5] Op. Cit., History
[6] Ibid.
[7] Op. Cit., Peace Corps
[8] Op. Cit., History
[9] “Jan Melissen, “The New Public Diplomacy: Soft Power in International Relations”, Palgrave Macmillan, Hampshire, England, 2005