Shigeru Ishiba Pertahankan Posisi Sebagai Perdana Menteri
Pada 11 November 2024 Presiden Partai Liberal Demokratik (LDP) Jepang Shigeru Ishiba kembali terpilih sebagai perdana menteri setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jepang mengadakan pemungutan suara putaran kedua (runoff vote). Dalam pemungutan suara tersebut Ishiba memenangkan sekitar 221 suara sementara lawan politiknya yaitu Ketua Partai Konstitusional Demokrat (CDP) Yoshihiko Noda hanya memenangkan 160 suara. Dalam pidato kemenangannya Ishiba berjanji bahwa dia akan merubah Partai LDP menjadi sebuah partai yang melayani kepentingan publik Jepang. Selain itu Ishiba juga menambahkan bahwa dia akan meningkatkan kapabilitas pertahanan Jepang, mencapai kepentingan nasional Jepang, dan melakukan revitalisasi regional. Pemungutan suara tersebut merupakan suatu peristiwa bersejarah dalam politik Jepang karena ini merupakan pertama kalinya dalam 30 pemungutan suara untuk memilih Perdana Menteri Jepang mencapai dua putaran. Terpilihnya Ishiba sebagai Perdana Menteri Jepang menandakan bahwa koalisi partai LDP-Komeito akan tetap berkuasa sebagai pemerintahan minoritas (minority government).
Menurut Mantan Wakil Menteri Luar Negeri Kazuyuki Hamada, alasan utama Ishiba dapat memenangkan pemungutan suara perdana menteri adalah karena partai oposisi terpecah belah dan tidak dapat bersatu untuk mendukung pencalonan dari Ketua Partai CDP Yoshihiko Noda. Sementara itu kandidat oposisi lain yang dapat menjadi perdana menteri seperti Ketua Partai Demokrat Untuk Rakyat (DPFP) Jepang Yuichiro Tamaki sedang menghadapi tekanan akibat kasus perselingkuhan dengan seorang model yang diekspos oleh tabloid Jepang. Akibat dari kasus tersebut Tamaki menyelenggarakan sebuah konferensi pers dan meminta maaf kepada masyarakat Jepang yang memiliki harapan tinggi terhadap pemimpin Partai DPFP tersebut. Sementara itu kandidat perdana menteri Yoshihiko Noda meminta maaf karena dia tidak dapat mempersatukan kekuatan partai oposisi.
Setelah terpilih sebagai perdana menteri, Ishiba harus menghadapi berbagai macam isu domestik dan internasional yang dihadapi oleh Jepang. Menghadapi isu-isu tersebut tidak akan mudah karena saat ini DPR Jepang berada dalam posisi hung parliament karena tidak ada partai yang memiliki kursi cukup untuk mendapatkan mayoritas. Oleh karena itu Ishiba harus melakukan negosiasi dengan partai oposisi agar kebijakannya dapat disetujui.