Para pemimpin negara-negara forum politik dan ekonomi Kelompok Tujuh (Group 7 (G7)) mendukung usulan dari Presiden AS Joe Biden untuk gencatan senjata penuh. Negara G7 yakni Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol.
Pernyataan pada hari Senin tersebut berbunyi, “Kami, pemimpin dari Kelompok Tujuh, secara penuh mendukung kesepakatan komprehensif yang mengarah pada gencatan senjata segera di Gaza.” Pernyataan ini juga akan mengarah pada “pembebasan semua sandera, peningkatan bantuan kemanusiaan yang signifikan dan berkelanjutan” dan pengakhiran krisis yang berkelanjutan.
Pertemuan G7 di Italia tersebut memastikan kembali dukungan untuk arah perdamaian yang melibatkan solusi dua negara. Usulan Biden memiliki tiga fase yakni menghentikan konflik, membebaskan seluruh sandera, dan juga rekonstruksi teritorial Palestina tanpa Hamas berkuasa. Solusi ini akan dimulai dengan waktu enam minggu untuk gencatan senjata penuh yang juga akan mengarah pada tentara Israel mundur dari area Gaza.
Negara G7 juga mendorong agar Hamas menerima perjanjian ini dan meminta ‘negara berpengaruh kepada Hamas’ untuk memastikan Hamas juga melakukan hal tersebut. Hamas awalnya mengumumkan bahwa mereka mendukung perjanjian tersebut secara positif, namun, media Timur Tengah melaporkan bahwa dari sisi Hamas, mereka meminta jaminan dari gencatan senjata permanen.
Gedung Putih mengatakan bahwa Joe Biden sudah berbincang dengan Qatari Amir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani yang akan melakukan mediasi dan negosiasi. Biden juga meminta agar Amir Tamim melakukan segala cara agar Hamas, yang dinilai sebagai satu-satunya tantangan dalam perjanjian ini, untuk menerima gencatan senjata penuh.
Di sisi lain, anggota sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan protes, di mana mereka yakin bahwa Hamas tidak akan dengan mudah berkompromi.
Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan sepakat untuk mengadakan latihan gabungan trilateral baru pada musim panas ini. Pernyataan ini dikeluarkan setelah pertemuan menteri pertahanan ketiga sekutu tersebut dilakukan pada Minggu (2/6/2024).
Sekretaris Pertahanan AS, Llyod Austin, Perdana Menteri Jepang Minoru Kihara, dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Shin Won-siik bertemu di SIngapura dalam ditengah pertemuan Dialog Pertahanan Shangri-La. Ketiga negara berkomitmen untuk terus memperkuat kerja sama keamanan trilateral untuk memastikan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea, Indo-Pasifik, dan sekitarnya.
Tidak hanya itu, ketiga negara ini juga membentuk Kerangka Kerja sama Keamanan Trilateral tahun ini sebagai upaya untuk meninstitusionalisasi kerja sama keamanan mereka. Ketiga negara ini juga turut mengkritik tindakan Korea Utara yang baru-baru ini kembali meluncurkan misil balistik dan satelit militer mata-mata menggunakan teknologi rudal balistik sebagai pelanggaran resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB).
Kerja sama ketiga negara ini semakin meningkat sebagai bagian komitmen AS jika presiden Trump kembali terpilih di bulan November nanti. Terdapat juga kekhawatiran mengenai perubahan politik antara Seoul dan Tokyo yang dapat mengakibatkan konflik terhadap perjanjian kerja sama yang sudah disepakati sebelumnya.
Ahli politik dari Universitas Tokyo, Sebastian Maslow, menilai bahwa politik domestik menjadi faktor paling penting dari dinamika hubungan trilateral ketiga negara ini. Ketiga negara ini mencoba untuk fokus dalam membuat aliansi kerja sama yang kuat dan mampu menghadapi berbagai perubahan politik di AS. Pejabat resmi AS menyatakian bahwa kerangka kerja sama ini juga termasuk di dalamnya konsultasi kebijakan pada tingkat senior, berbagi informasi, kerja sama trilateral, dan kerja sama pertukaran lainnya, di mana mereka menyatakan akan menjadi tuan rumah berbagai pertemuan tingkat tinggi yang akan dilaksanakan.
Selain itu, pejabat dari Jepang juga mengonfirmasi bahwa latihan yang dilakukan akan mencakup berbagai sektor seperti daratan, laut, udara dan siber, namun keputusan lebih lanjut belum disepakati.
Di masa lalu, baik Jepang dan Korea Selatan sama-sama berisiko dalam hubungan luar negerinya terhadap China, di mana sedikit keretakan pun dapat dapat merusak hubungan dagang dengan China.
Pada akhir Maret 2024, pemerintahan Biden merilis aturan yang direvisi yang akan semakin memperketat akses China ke chip kecerdasan buatan (AI) AS dan alat pembuat chip. AS memberlakukan serangkaian langkah pengendalian ekspor pertama kali pada Oktober 2022 dengan tujuan membatasi akses China ke chip AI canggih yang dibuat dengan input AS. Langkah-langkah ini dirancang untuk membatasi upaya modernisasi militer China dan melindungi kepentingan keamanan nasional AS. Setahun kemudian pada Oktober 2023, Biro Industri dan Keamanan Departemen Perdagangan AS membuat aturan yang diperbarui dengan tujuan “untuk menjaga efektivitas kontrol ini, menutup celah, dan memastikan mereka tetap tahan lama.”[1]
Aturan pada Oktober 2023 direvisi lebih lanjut pada 31 Maret 2024. Menurut laporan Reuters[2], peraturan yang direvisi akan mulai berlaku dalam waktu satu minggu. Departemen Perdagangan AS, yang mengelola kontrol ekspor, dilaporkan mengatakan bahwa “pihaknya berencana untuk terus memperbarui pembatasan pengiriman teknologi ke China karena berusaha untuk meningkatkan dan menyempurnakan langkah-langkah tersebut.” Menurut laporan media[3], peraturan yang direvisi ini juga akan mempengaruhi laptop yang mengandung chip canggih ini. Aturan yang direvisi ini muncul dengan latar belakang penangguhan lisensi puluhan pemasok AS yang menjual bahan dan suku cadang pembuat chip senilai jutaan dolar kepada Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) dari China. Langkah ini diambil setelah SMIC mengembangkan chip 7 nanometer (7nm) generasi baru untuk Huawei. Sementara itu, berbagai pemerintah provinsi di China meningkatkan subsidi untuk pembuatan chip dan baik SMIC maupun Huawei tampaknya mendapatkan banyak keuntungan dari subsidi tersebut. Di Shanghai, 191 proyek besar akan disubsidi, di mana dua di antaranya adalah lini produksi 300mm SMIC, yang saat ini sedang dalam tahap konstruksi.[4]
Kabarnya, AS juga berencana untuk menyusun daftar yang berisi pabrik-pabrik chip canggih China yang akan dilarang untuk mendapatkan akses ke teknologi Amerika. Daftar ini dimaksudkan untuk membantu kepatuhan yang lebih baik terhadap sanksi AS.[5]
Tentu saja, China tidak senang dengan pembatasan baru ini. China mengkritik langkah terbaru ini dengan mengatakan bahwa hal ini akan “mengganggu pasar semikonduktor internasional serta kerja sama di antara perusahaan-perusahaan.” Sebuah berita di Global Times merujuk pada pernyataan Kementerian Perdagangan China bahwa[6] “Penyalahgunaan konsep keamanan nasional oleh AS, modifikasi peraturan yang sembrono, dan pengetatan langkah-langkah kontrol tidak hanya menimbulkan lebih banyak hambatan bagi kerja sama ekonomi dan perdagangan yang normal antara perusahaan-perusahaan China dan AS serta membebankan beban yang lebih berat untuk dipatuhi, tetapi juga menciptakan ketidakpastian yang sangat besar bagi industri semikonduktor global.” Kementerian Luar Negeri China juga tidak menanggapi dengan baik aturan terbaru ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian meminta “AS untuk segera memperbaiki kesalahannya dan menghentikan sanksi sepihak yang ilegal dan yurisdiksi tangan panjangnya terhadap perusahaan-perusahaan China.”[7]
Sementara itu, China dilaporkan mengambil langkah-langkah yang pada dasarnya akan memblokir penggunaan prosesor Amerika dan sebagai gantinya menggunakan chip China untuk komputer pemerintah.[8] China dikatakan telah “mengeluarkan panduan untuk menghapus prosesor Amerika[9] dari perusahaan seperti AMD dan Intel, dan lebih memilih chip dalam negeri untuk komputer pemerintah.” Menurut pedoman baru China, kantor-kantor pemerintah dan entitas Partai Komunis China “di atas tingkat kotapraja” harus menggunakan sistem yang “aman dan dapat diandalkan” termasuk prosesor dan sistem operasi. Oleh karena itu, Pusat Evaluasi Keamanan Informasi China telah mengumumkan daftar pertama prosesor dan sistem operasi yang “aman dan andal”, yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan China, termasuk Huawei dan Phytium, yang keduanya termasuk dalam daftar hitam di bawah peraturan kontrol ekspor AS.[10]
Meskipun pemerintah AS sejauh ini telah berhasil membuat perusahaan-perusahaannya serta mitra-mitra sekutunya mematuhi peraturan yang lebih ketat, perusahaan-perusahaan Barat tidak terlalu senang dengan prospek kehilangan bisnis di China. Nvidia, misalnya, dulunya memiliki 90 persen pangsa pasar chip AI di China dan kepala perusahaan, Jensen Huang dilaporkan telah mengatakan pada bulan Juni tahun lalu bahwa peraturan kontrol ekspor AS yang terus berlanjut “akan menyebabkan hilangnya peluang secara permanen bagi industri AS.” ASML, pemain penting lainnya dalam industri chip dan semikonduktor juga menyuarakan beberapa kekhawatiran. CEO ASML Peter Wennink dilaporkan telah mengatakan bahwa memutus hubungan dengan China pada dasarnya akan mendorong inovasi di China, yang berarti bahwa China dapat menjadi sangat kompetitif dengan mengorbankan yang lain. Berbicara kepada media, ia mengatakan, “Ada 1,4 miliar orang China, banyak dari mereka yang cerdas. Mereka memberikan solusi yang belum terpikirkan oleh kita. Anda memaksa mereka untuk menjadi sangat inovatif.”
Namun, aturan yang direvisi pada 17 Oktober 2023 jelas menunjukkan kekhawatiran AS tentang bagaimana China berencana menggunakan kemampuan AI yang canggih. Aturan yang direvisi pada Oktober 2023 mengatakan “kemampuan AI tingkat lanjut – yang difasilitasi oleh superkomputer, dibangun di atas semikonduktor canggih – menimbulkan kekhawatiran keamanan nasional AS karena dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan dan keakuratan pengambilan keputusan, perencanaan, dan logistik militer. Mereka juga dapat digunakan untuk perang elektronik kognitif, radar, intelijen sinyal, dan pengacau.”
Selama persaingan kekuatan besar antara AS dan China masih berlangsung dan China terus memanfaatkan teknologi canggih ini untuk mempertajam kekuatan tempur PLA China, kecil kemungkinan AS. akan memperlambat atau melonggarkan pembatasan kontrol ekspor ini. Kepentingan bisnis, perdagangan, dan teknologi mungkin mengeluh, dan mereka mungkin ada benarnya tentang ketidaklogisan ekonomi dari pembatasan yang terus meningkat ini, tetapi kepentingan politik pada akhirnya akan mengalahkan kekhawatiran tersebut.
[2] Reuters. U.S. updates export curbs on AI chips and tools to China.https://www.reuters.com/technology/us-commerce-updates-export-curbs-ai-chips-china-2024-03-29/
[3] Pollard, J. (2024, March 30). US releases detailed rules for export curbs on AI chips to China. Asia Financial. https://www.asiafinancial.com/us-releases-detailed-rules-for-export-curbs-of-ai-chips-to-china
[4] Saxena, V. (2024, February 21). SMIC, Huawei big winners as China ramps up chip funding. Asia Financial. https://www.asiafinancial.com/smic-huawei-big-winners-as-china-ramps-up-chip-funding.
[5] Times, G. (2024, March 31). China opposes revised US chip export restriction, calls for predictable business climate. Copyright 2021 by the Global Times. https://www.globaltimes.cn/page/202403/1309860.shtml
[6] Times, G. (2024b, March 31). China opposes US abuse of national security as chip export restrictions extended. Copyright 2021 by the Global Times. https://www.globaltimes.cn/page/202403/1309852.shtml
[7] China blocks use of Intel and AMD chips in government computers. (2024, March 23). Financial Times. https://www.ft.com/content/7bf0f79b-dea7-49fa-8253-f678d5acd64a
[8] Jowitt, T. (2024, March 29). China bans Intel, AMD chips, Windows OS from government computers. Silicon UK. https://www.silicon.co.uk/cloud/server/china-bans-intel-amd-chips-windows-os-from-government-computers-556720
[9] Lianhe Zaobao: China bans government use of Intel and AMD chips – Chinascope. (2024, April 1). http://chinascope.org/archives/34773
[10] Saxena, V. (2023, September 8). Threat of more chip curbs Spurs warnings on China innovation. Asia Financial. https://www.asiafinancial.com/threat-of-more-chip-curbs-spurs-warnings-on-china-innovation
Presiden Vladimir Putin menyatakan pada hari Rabu (13/03/2024) bahwa Rusia siap menggunakan senjata nuklir jika kedaulatannya atau kemerdekaannya terancam. Putin mengeluarkan peringatan tegas kepada Barat beberapa hari sebelum pemilihan, di mana Ia telah berkali-kali berbicara tentang kesiapannya menggunakan senjata nuklir sejak meluncurkan invasi penuh skala ke Ukraina pada tahun 2022 lalu tersebut.
Pada sebuah wawancara, Putin juga menilai tidak ada kebutuhan untuk menggunakan senjata nuklir saat ini. Putin menilai bahwa dunia tidak menuju ke arah perang nuklir, sehingga Ia melihat seharusnya Presiden AS Joe Biden sebagai seorang politisi veteran, mampu memahami bahaya eskalasi yang mungkin terjadi. Namun di sisi lain, Putin tetap menyatakan bahwa Ia siap menggunakan segala cara untuk melindungi kepentingannya di Ukraina.
Putin mengatakan bahwa sesuai dengan doktrin keamanan negara, Moskow siap menggunakan senjata nuklir dalam kasus ancaman terhadap “eksistensi negara Rusia, kedaulatan, dan kemerdekaan.” “Semua yang tertulis dalam strategi kita, tidak ada yang kita ubah,” katanya.
Putin mencatat pernyataan dari Biden dan administrasinya bahwa AS tidak akan mengirimkan pasukannya ke Ukraina. Dia menuduh bahwa jika AS bertindak sebaliknya, Moskow akan melihat pasukan Amerika sebagai penjajah dan melakukan perlawanan. Dia mengklaim bahwa bahkan jika beberapa sekutu NATO menbentuk pasukan ke Ukraina, itu tidak akan mengubah jalannya perang. Putin juga berargumen bahwa Ukraina dan sekutu-sekutunya di Barat pada akhirnya harus menerima kesepakatan untuk mengakhiri perang dengan syarat-syarat Rusia.
Putin mengatakan bahwa pasukan NATO di Ukraina “tidak akan mengubah situasi”
Selain itu, Putin mengatakan bahwa negara-negara Barat yang mengirimkan pasukan ke Ukraina tidak akan mengubah situasi di medan perang.
“Jika kita berbicara tentang kontingen militer resmi dari negara asing, saya yakin itu tidak akan mengubah situasi di medan perang. Itulah yang paling penting. Sama seperti pasokan senjata tidak mengubah apa pun,” kata Putin.
Komentarnya datang setelah pemimpin Prancis, Emmanuel Macron, bulan lalu menolak untuk menyingkirkan kemungkinan mengirim pasukan, pergeseran retorika yang signifikan saat Ukraina berjuang di medan perang.
Meskipun Macron telah menguatkan kembali pernyataannya, beberapa sekutu Ukraina — termasuk Washington — telah menjauh dari gagasan tersebut, yang mengejutkan banyak orang di Eropa.
Ukraina telah kehilangan tanah kepada pasukan Rusia dalam beberapa bulan terakhir karena menghadapi berbagai kekurangan, mulai dari artileri hingga pertahanan udara, sebagian karena paket bantuan senilai USD60 miliar terhenti di Kongres AS.
Dalam upaya sementara untuk memberikan bantuan sebanyak yang bisa dilakukan, Pentagon mengatakan bahwa mereka akan segera mengirim sekitar USD300 juta senjata ke Ukraina setelah menemukan beberapa penghematan biaya dalam kontrak mereka.
Amerika Serikat (AS) dan Inggris secara bersama melakukan serangkaian serangan udara baru pada kelompok Houthi di Yaman. Pentagon mengonfirmasi bahwa serangan pada hari Senin (22/1/2024) mengenai delapan target, termasuk penyimpanan bawah tanah, serta misil dan rudal milik Houthi. Pentagon menambahkan bahwa serangan ini merupakan respons dari peningkatan aktivitas ilegal Houthi.
Sebelumnya, Houthi yang didukung oleh Iran melakukan serangan dengan target Israel dan Barat yang melakukan perjalanan di rute Laut Merah. Namun, AS dan Inggris menyatakan mereka hanya mencoba untuk melindungi ‘jalur perdagangan bebas.’ Kedua negara Barat ini secara terbuka mengatakan mereka tidak akan ragu untuk membela nyawa dan aliran perdagangan bebas di salah satu jalur penting tersebut jika ancaman tersebut terus berlanjut.
Pernyataan bersama ini dikeluarkan oleh Pentagon, di mana mereka mengonfirmasi bahwa mereka melakukan ‘serangkaian serangan yang proporsional dan diperlukan’ terhadap Houthi.
Serangan kali ini merupakan serangan kedelapan oleh AS terhadap target Houthi di Yaman dan serangan kedua dengan Inggris, setelah serangan bersama pertaman yang dilakukan pada 11 Januari. Serangan-serangan ini juga didukung oleh beberapa negara lain seperti Australia, Bahrain, Belanda, dan Kanada setelah pasukan Houthi mengabaikan ultimatum untuk menghentikan serangan di wilayah tersebut.
Menteri Luar Negeri Lord Cameron mengatakan bahwa Inggris telah mengirim “pesan yang jelas” dan akan “terus merusak” kemampuan Houthi untuk melakukan serangan. Lord Cameron mengatakan bahwa Houthi yang meningkatkan situasi dan dia “yakin” serangan sebelumnya telah efektif.
Dia melanjutkan dengan mengatakan narasi Houthi bahwa serangan tersebut terkait dengan perang antara Israel dan Hamas “tidak boleh diterima”, dan Inggris ingin melihat “akhir yang cepat terhadap konflik” di Gaza, termasuk jeda kemanusiaan secepatnya.
Dunia menghadapi berbagai masalah yang saling berkaitan, mulai dari perubahan iklim dan penipisan sumber daya hingga kesenjangan ekonomi dan ketegangan geopolitik. Tantangan-tantangan ini menimbulkan hambatan besar dalam memastikan akses terhadap pangan yang aman, bergizi, dan cukup bagi semua orang. Sekitar 924 juta orang (11,7 persen dari populasi dunia) menghadapi kerawanan pangan akut – meningkat 207 juta orang sejak pandemi.[1] Meskipun telah ada kemajuan selama beberapa dekade, dunia masih bergulat dengan tiga tantangan, yaitu kekurangan gizi, kelebihan berat badan/obesitas, dan kekurangan gizi yang berkaitan dengan pola makan dan mikronutrien. Perjuangan melawan kelaparan dan kerawanan pangan akan membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan terarah, terutama di Asia dan Afrika Sub-Sahara,[2] di mana populasi terbesar di dunia menderita kelaparan kronis. Mengurangi kekurangan gizi memiliki implikasi yang luas bagi kesehatan dan pengurangan kemiskinan.[3]
Enam target gizi global telah ditetapkan dengan fokus pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 2.2: “Mengakhiri segala bentuk kekurangan gizi”. Target WHA telah diperpanjang hingga tahun 2030 untuk menyelaraskan dengan Agenda SDG 2030.[4] Mengingat meningkatnya prevalensi obesitas pada orang dewasa dan PTM (Penyakit Tidak Menular),[5] target WHA ditetapkan untuk menghentikan peningkatan obesitas pada orang dewasa dan dengan demikian mengurangi risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) sebesar 25 persen pada tahun 2025.
Sekitar 735 juta orang atau 9,2 persen dari populasi global mengalami kekurangan gizi. Afrika memiliki tingkat kelaparan tertinggi-hampir 20 persen-dibandingkan dengan Asia (8,5 persen), Amerika Latin dan Karibia (6,5 persen), dan Oseania (7,0 persen). Hampir 600 juta orang diperkirakan akan menderita kekuranga n gizi kronis pada tahun 2030,[6] menggarisbawahi kesulitan yang sangat besar dalam mencapai tujuan SDG untuk mengakhiri kelaparan. Sekitar 23 juta orang lainnya telah terdampak akibat perang di Ukraina. Demikian pula, hampir 119 juta lainnya terkena dampak akibat epidemi dan konflik. Prevalensi kerawanan pangan sedang atau parah secara global tetap stabil selama dua tahun berturut-turut setelah peningkatan substansial dari tahun 2019 ke 2020,[7] namun, masih jauh lebih tinggi daripada tingkat sebelum pandemi sebesar 25,3 persen.
Berdasarkan Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index/GHI) 2023,[8] kelaparan di seluruh dunia berada pada tingkat sedang. Namun, Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan memiliki tingkat kelaparan yang serius pada GHI 27.[9][1] Eropa dan Asia Tengah memiliki skor GHI 2023 terendah, yaitu 6,1, yang termasuk dalam kategori rendah.
Menurut Joint Malnutrition Estimate 2023,[10] stunting telah mempengaruhi 148,1 juta (22,3%) dari semua anak di bawah usia lima tahun. Wasting terus mengalami stagnasi, dengan perkiraan 45 juta (6,8%) anak pada tahun 2022. Kejadian kelebihan berat badan/obesitas sedikit menurun sejak tahun 2020, dengan 37 juta (5,6%) anak terdampak pada tahun 2022 (Gambar 1).
Gambar 1: Prevalensi dan jumlah anak balita yang terkena dampak Stunting, Wasting, dan Kegemukan[11]
Angka stunting memang telah menurun selama 20 tahun terakhir. Namun, di beberapa wilayah tertentu, angka stunting pada balita masih tinggi, dengan Asia (76,6 juta) dan Afrika (63,1 juta) memiliki angka tertinggi. Angka stunting di Afrika Sub-Sahara telah meningkat, karena alasan kemiskinan dan ketidaksetaraan, kurangnya akses ke layanan kesehatan, dan meningkatnya kerawanan pangan.[12] Wilayah yang paling parah terkena dampaknya adalah Asia Selatan, dengan prevalensi 30,7 persen, jauh lebih tinggi daripada prevalensi global sebesar 22 persen, di mana tiga dari 10 anak mengalami stunting.[13] Prevalensi rata-rata kelebihan berat badan adalah yang terendah di subkawasan Asia, yaitu 2,5. Prevalensi wasting di subkawasan Asia Selatan adalah 14,1 persen, lebih besar dari rata-rata global 6,7 persen.[14] Secara keseluruhan, keragaman pola makan, pendidikan ibu, dan tingkat kemiskinan keluarga merupakan faktor utama yang menjelaskan variasi tingkat stunting pada anak di Asia Selatan.[15] Selain itu, di Asia Selatan dan Afrika Sub-Sahara, stunting merupakan hasil dari gizi anak dan ibu yang tidak memadai serta sanitasi yang buruk.[16]
Di seluruh dunia, 45 juta (6,8 persen) anak di bawah usia lima tahun mengalami gizi buruk,[17] jauh lebih tinggi daripada target SDGs dan target Gizi Global yang masing-masing sebesar 3 persen dan 5 persen. Asia Selatan menyumbang 56 persen (25,1 juta) balita yang mengalami wasting dan sekitar 27 persennya tinggal di Afrika. Dari 31,6 juta anak yang terdampak wasting di Asia, hampir 80 persen tinggal di Asia Selatan. Bukti[18] dari Asia Selatan menunjukkan faktor-faktor seperti indeks massa tubuh ibu yang rendah, tinggi badan ibu yang pendek, sebagian besar rumah tangga berada di kuintil kekayaan terendah, dan kurangnya pendidikan ibu terkait dengan wasting pada balita.[19] The Lancet telah memperkirakan peningkatan wasting pada anak sebesar 14,3 persen (6,7 juta),[20] dengan sekitar 58 persen anak di Asia Selatan dan sekitar 22 persen di Afrika Sub-Sahara sebagai dampak dari COVID-19.
Obesitas pada balita dan orang dewasa terus meningkat. Beban kelebihan berat badan pada balita dan orang dewasa terus meningkat. Secara global, sekitar 37 juta (5,6 persen) balita mengalami kelebihan berat badan. Hampir setengah dari jumlah tersebut tinggal di Asia (17,7 juta); sebagian besar lainnya di Afrika (10,2 juta). Tren menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan di Oseania, Australia, dan Selandia Baru pada dekade antara tahun 2012 dan 2022. Jumlahnya meningkat dari 9,3 juta menjadi 13,9 juta di Oseania, dan dari 12,4 juta menjadi 19,3 juta anak di Australia dan Selandia Baru dalam satu dekade terakhir. Mayoritas wilayah berada di luar jalur untuk mencapai target yang ditetapkan untuk mengurangi obesitas pada anak-anak.
Di antara target Gizi Global, hanya pemberian ASI eksklusif yang tampaknya berada di jalur yang tepat untuk mencapai setidaknya 50 persen pada tahun 2025 (Gambar 2).[21] Pada tahun 2021, 47,7 persen anak mendapatkan ASI eksklusif di seluruh dunia, dengan Asia Selatan, Afrika Timur, dan Asia Tenggara berada di atas rata-rata dunia, yaitu masing-masing 60,2, 59,1, dan 48,3 persen. Wilayah Amerika Utara, Oseania, dan Asia Barat berada di luar jalur dengan tidak adanya kemajuan atau tren yang memburuk untuk berat badan lahir rendah dan pemberian ASI eksklusif. Beberapa wilayah di Asia, Amerika Latin, dan Oseania menunjukkan tren yang memburuk untuk obesitas pada anak.[22]
Hampir 15 persen anak yang lahir di seluruh dunia memiliki berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram).[24] Kemajuan dalam mengurangi berat badan lahir rendah telah terhenti dalam beberapa dekade terakhir. Asia Selatan, Afrika Sub-Sahara, dan Amerika Latin adalah tiga wilayah utama dengan berat badan lahir rendah, masing-masing 24,4, 13,9, dan 9,6 persen. Upaya untuk menurunkan angka BBLR sebesar 30 persen pada tahun 2030 berjalan lambat. Kehamilan ganda,[25] infeksi, dan penyakit tidak menular[26] dapat menyebabkan BBLR dan hasil negatif seperti kematian neonatal, perkembangan kognitif yang buruk, dan risiko penyakit kardiovaskular di masa depan. Intervensi yang meningkatkan akses awal dan berkelanjutan terhadap perawatan prenatal dan layanan prenatal yang berkualitas,[27] konseling gizi, dan perawatan bayi baru lahir primer sangat penting untuk mencegah dan mengobati berat badan lahir rendah.
Obesitas pada orang dewasa terus meningkat di semua wilayah, meningkat tiga kali lipat selama empat dekade terakhir.[28] Lebih dari satu miliar orang di dunia mengalami obesitas – 650 juta orang dewasa, 340 juta remaja, dan 39 juta anak-anak. Jumlah ini terus bertambah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025, sekitar 167 juta orang-dewasa dan anak-anak-akan mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.[29] Di antara penyebab utama kematian di dunia, obesitas dan kelebihan berat badan menempati urutan kelima.[30] Hal ini juga meningkatkan faktor risiko penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, dan kanker tertentu.[31]
Epidemi COVID-19 dan konflik Rusia-Ukraina, telah menyebabkan bencana pangan terburuk sejak Perang Dunia II, dengan 1,7 miliar orang hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, angka yang telah mencapai rekor tertinggi saat ini. Sebagai akibat dari gangguan rantai pasokan, terjadi pemborosan makanan karena permintaan yang lebih sedikit, dan petani yang tidak memiliki tempat penyimpanan yang layak dibiarkan dengan hasil panen yang tidak terjual. Negara-negara yang mengalami kerawanan pangan lebih sering mengalami dampak yang parah akibat gangguan rantai pasokan. Pembatasan perjalanan dan penutupan fasilitas tenaga kerja untuk menangani epidemi berdampak pada siklus produksi pangan yang mengandalkan pekerja migran. Perang telah mengganggu produksi pertanian di wilayah tersebut, yang menyebabkan penurunan hasil panen dan pengungsian masyarakat pedesaan. Implikasi geopolitik telah bergema di seluruh pasar global, berdampak pada ketersediaan dan keterjangkauan komoditas pangan utama.
Gambar 3 menunjukkan bahwa Rusia dan Ukraina merupakan produsen jagung, gandum, dan jelai yang signifikan, dengan rata-rata 27, 23, dan 15 persen dari ekspor seluruh dunia antara tahun 2016 dan 2020. Bahkan Program Pangan Dunia (World Food Programme), yang memasok 50 persen pasokan biji-bijian dari wilayah Ukraina-Rusia, saat ini sedang menghadapi kenaikan biaya yang tajam sebagai akibat dari upaya yang sedang berlangsung untuk mengatasi krisis pangan global. Penurunan ekonomi telah memperburuk kesenjangan yang sudah ada sebelumnya dan mempengaruhi ketersediaan pangan.
Gambar 3: Pangsa Ekspor Global Ukraina dan Rusia, 2016-2020[32]
Untuk mengakhiri siklus kemiskinan antargenerasi dan memberantas semua jenis malnutrisi, para pembuat kebijakan harus mengintensifkan upaya mereka. Meningkatkan implementasi perawatan gizi yang berdampak tinggi dan spesifik di seluruh negara berpenghasilan rendah dan menengah diprediksi dapat mengurangi stunting hingga 40 persen dan menghasilkan manfaat ekonomi sekitar US$417 miliar. Ekonomi sebesar US$11 akan dihasilkan dari setiap US$1 yang diinvestasikan untuk mengurangi stunting. Di luar bidang pertanian dan kesehatan, lebih banyak pemain dan sektor yang harus terlibat. Untuk memerangi malnutrisi, pendekatan “sistem pangan” membutuhkan kebijakan komprehensif yang memperhitungkan penawaran dan permintaan. Untuk menciptakan sistem pangan yang tangguh, sangat penting untuk memperkuat tindakan strategis untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik saat ini maupun ketika krisis berlalu.
[1] Food and Agriculture Organization of the United Nations. UN Report: Global hunger numbers rose to as many 828 million in 2021. https://www.fao.org/newsroom/detail/un-report-global-hunger-sofi-2022-fao/en
[3] Martins VJ, Toledo Florêncio TM, Grillo LP, do Carmo P Franco M, Martins PA, Clemente AP, Santos CD, de Fatima A Vieira M, Sawaya AL. Long-lasting effects of undernutrition. Int J Environ Res Public Health. 2011 Jun;8(6):1817-46. doi: 10.3390/ijerph8061817. Epub 2011 May 26. PMID: 21776204; PMCID: PMC3137999.
[4] United Nations. Transforming our world:the 2030 Agenda for Sustainable Development. https://sdgs.un.org/2030agenda
[5] WHO. The WHO Acceleration Plan to STOP Obesity: progress from WHA 75. https://cdn.who.int/media/docs/default-source/obesity/who-accelertaion-plan-to-stop-obesity-briefing.pdf
[6] FAO, IFAD, UNICEF, WFP and WHO. 2023. The State of Food Security and Nutrition in the World 2023. Urbanization, agrifood systems transformation and healthy diets across the rural–urban continuum. Rome, FAO.https://doi.org/10.4060/cc3017en
[8] Global Hunger Index 2023. https://www.globalhungerindex.org/pdf/en/2023.pdf
[9] GHI menilai jumlah orang yang mengalami kekurangan gizi, tingkat wasting pada anak, tingkat stunting pada anak, dan tingkat kematian anak.
[10]UNICEF / WHO / World Bank Group Joint Child Malnutrition Estimates. Level and trends in child malnutrition: Key finding of the 2023 edition. https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/368038/9789240073791-eng.pdf?sequence=1
[12] Quamme, S. H., & Iversen, P. O. (2022). Prevalence of child stunting in Sub-Saharan Africa and its risk factors. Clinical Nutrition Open Science, 42, 49-61.
[13] UNICEF. ROSA Humanitarian Situation Report Mid Yeat 2022. https://www.unicef.org/documents/rosa-humanitarian-situation-report-mid-year-2022
[14] 2022 Global Nutrition Report. https://globalnutritionreport.org/reports/2022-global-nutrition-report/
[15] Krishna, A., Mejía‐Guevara, I., McGovern, M., Aguayo, V. M., & Subramanian, S. V. (2018). Trends in inequalities in child stunting in South Asia. Maternal & child nutrition, 14, e12517.
[16] Smith, L. C., & Haddad, L. (2015). Reducing child undernutrition: past drivers and priorities for the post-MDG era. World Development, 68, 180-204.
[17] UNICEF / WHO / World Bank Group Joint Child Malnutrition Estimates. Level and trends in child malnutrition: Key finding of the 2023 edition. https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/368038/9789240073791-eng.pdf?sequence=1
[18] Li, Z., Kim, R., Vollmer, S., & Subramanian, S. V. (2020). Factors associated with child stunting, wasting, and underweight in 35 low-and middle-income countries. JAMA network open, 3(4), e203386-e203386.
[19] Harding, K. L., Aguayo, V. M., & Webb, P. (2018). Factors associated with wasting among children under five years old in South Asia: Implications for action. PloS one, 13(7), e0198749.
[20] Headey, D., Heidkamp, R., Osendarp, S., Ruel, M., Scott, N., Black, R., … & Walker, N. (2020). Impacts of COVID-19 on childhood malnutrition and nutrition-related mortality. The Lancet, 396(10250), 519-521.
[23] FAO. The State of Food Security and Nutrition in the World 2023: Urbanization, Agrifood Systems Transformation and Healthy Diets Across The Rural-Urban Continuum. https://www.fao.org/3/cc3017en/online/cc3017en.html
[25] Larroque, B., Bertrais, S., Czernichow, P., & Léger, J. (2001). School difficulties in 20-year-olds who were born small for gestational age at term in a regional cohort study. Pediatrics, 108(1), 111-115.
[26] Risnes, K. R., Vatten, L. J., Baker, J. L., Jameson, K., Sovio, U., Kajantie, E., … & Bracken, M. B. (2011). Birthweight and mortality in adulthood: a systematic review and meta-analysis. International journal of epidemiology, 40(3), 647-661.
[27] Unicef. Saving lives and giving newborns the best start: https://www.healthynewbornnetwork.org/hnn-content/uploads/Saving-lives-and-giving-newborns-the-best-start.pdf
[28] World Health Organization. Obesity and overweight. 9 Juni 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight
[29] World Health Organization. World Obesity Day 2022- Accelerating action to stop obesity. 4 Maret 2022. https://www.who.int/news/item/04-03-2022-world-obesity-day-2022-accelerating-action-to-stop-obesity
[30] The European Association for the Study of Obesity. https://easo.org/#:~:text=65%25%20of%20the%20world%E2%80%99s%20population,of%20being%20overweight%20or%20obese.
[31] World Health Organization. Obesity and overweight. 9 Juni 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/obesity-and-overweight
[32] Felix Ritcher. Why the War in Ukraine Threatens Global Food Security. Statista. 11 April 2022. https://www.statista.com/chart/27225/russian-and-ukrainian-share-of-global-crop-exports/
AS menghadapi perpecahan politik yang semakin dalam dan ketidakpuasan terhadap pemerintahan. Hal ini menandakan pemilihan umum yang tidak stabil dengan implikasi domestik dan internasional yang signifikan.
Amerika Serikat (AS) akan memilih presiden berikutnya pada bulan November 2024, menandai titik kritis dalam politik Amerika. Menjelang pemilihan yang sangat penting ini telah dipengaruhi secara dramatis oleh kontroversi domestik dan peristiwa geopolitik yang sedang berlangsung. Di dalam partai Republik, calon yang diperkirakan akan menjadi calon presiden, Donald Trump, menghadapi tantangan hukum yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam politik kepresidenan modern. Sementara itu, isu-isu kebijakan luar negeri yang menonjol seperti perang yang sedang berlangsung di Ukraina, perang Hamas melawan Israel pada Oktober 2022, penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan pada tahun 2021 yang penuh gejolak, dan meningkatnya ketegangan kekuatan besar dengan Tiongkok telah membentuk kekhawatiran para pemilih. Untuk memahami dinamika politik domestik yang rapuh di AS, kita perlu menelaahnya dengan latar belakang perkembangan internasional yang penuh konsekuensi ini. Setiap analisis tentang pemilu 2024 harus mempertimbangkan bagaimana kontroversi domestik seputar para kandidat, terutama di kalangan Partai Republik, dikombinasikan dengan realitas geopolitik yang terus berkembang, dapat berinteraksi untuk membentuk perlombaan utama dan hasilnya. Pemilu ini mungkin memiliki implikasi jangka panjang bagi peran Amerika di panggung global dan lintasan politik domestiknya.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan persaingan ketat dalam pemilihan presiden tahun 2024 antara Joe Biden dan Donald Trump, dengan Biden unggul di kalangan pemilih yang tidak berpartisipasi pada tahun 2020. Sementara itu, Biden telah menghadapi berbagai tantangan termasuk protes atas konflik Israel-Gaza dan hambatan dari Partai Republik dalam reformasi imigrasi dan bantuan Ukraina tanpa kebijakan perbatasan yang lebih ketat. Dinamika ini menggarisbawahi kerentanan Biden dengan pemilih progresif yang menginginkan lebih banyak kebijakan sayap kiri tentang Israel dan imigrasi dan pemilih swing yang peduli dengan keamanan perbatasan.[1] Untuk Trump, meskipun banyak anggota Partai Republik yang awalnya lebih memilih calon alternatif, dukungannya yang bertahan sekarang mencakup hampir dua pertiga dari partai.[2] Ketahanan ini terlepas dari sidang dengar pendapat pada tanggal 6 Januari dan masalah hukum yang mencerminkan kesetiaan yang berkelanjutan di antara para pemilihnya. Pada akhirnya, nasib para kandidat mungkin bergantung pada konteks politik dan ekonomi yang lebih luas. Fenomena global seperti meningkatnya populisme dan pengetatan kebijakan perdagangan dan imigrasi dapat menguntungkan kandidat sayap kanan seperti Trump.[3] Namun, memburuknya kondisi ekonomi atau “kejutan Oktober” sebelum pemilu juga dapat menggeser persaingan.[4]
Menjelang pemilihan pendahuluan calon presiden dari Partai Republik tahun 2024, Donald Trump memimpin secara nasional atas para pesaingnya dari dalam partai. Jajak pendapat terbaru menunjukkan Trump meraih lebih dari 60 persen dukungan di antara para pemilih Partai Republik dan mengalahkan para penantang terdekatnya, Ron DeSantis dan Nikki Haley, dengan selisih lebih dari 40 poin persentase.[5] DeSantis dan Haley masing-masing hanya mendapatkan 10-15 persen dukungan, sementara kandidat yang lebih rendah profilnya seperti Vivek Ramaswamy merana di kisaran 4 persen. Dukungan mayoritas Trump tetap bertahan bahkan ketika disurvei dalam pertarungan hipotetis head-to-head melawan kandidat anti-Trump yang terkonsolidasi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kontroversi seputar Trump, ia tetap memiliki basis yang sangat setia di antara para pemilih Partai Republik.[6] Trump tampaknya berada di posisi yang tepat untuk menyapu bersih nominasi GOP kecuali jika basis dukungan Partai Republik yang luas runtuh.[7]
Donald Trump menghadapi berbagai kontroversi dan investigasi yang menimbulkan ketidakpastian atas ambisi politiknya di tahun 2024. Retorika yang menghasut terus membangkitkan demagog historis, baru-baru ini menyamakan imigran dengan “racun” dalam “darah” bangsa dengan cara yang mengingatkan kita pada propaganda Nazi.[8] Meskipun bahasa polarisasi seperti itu membangkitkan basis populis Trump yang setia, namun hal ini menandakan ekstremisme yang semakin tidak sejalan dengan politik arus utama. Retorika ini memperparah kerentanan hukum Trump, karena ia menghadapi lebih dari 90 dakwaan kriminal atas subversi pemilu dan menghasut pemberontakan Capitol pada tanggal 6 Januari.[9] Dengan dua pemakzulan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah menodai rekornya, tuduhan-tuduhan ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai elektabilitas Trump dan kesesuaiannya untuk menjabat.[10] Gaya politik Trump yang keras dan kasar meningkatkan daya tariknya di mata orang luar. Trump mewakili kekuatan unik yang mengganggu dalam politik Amerika,[11] namun masa depannya kini bergantung pada peristiwa-peristiwa tak terduga yang dapat menjungkirbalikkan ambisinya. Pengabaian Trump terhadap peraturan yang kurang ajar justru mendukung posisinya di antara para pendukungnya yang mengagumi proyeksi ketangguhan maskulin dan selera untuk melanggar norma-norma.
Putusan Colorado
Keputusan terobosan Mahkamah Agung Colorado yang menyatakan bahwa Donald Trump tidak memenuhi syarat untuk menjadi presiden di bawah ‘klausul diskualifikasi’ Amandemen ke-14 memiliki implikasi yang sangat besar.[12] Meskipun sebelumnya tidak ada pengadilan yang melarang seorang kandidat berdasarkan ketentuan ini, interpretasi Colorado bahwa tindakan Trump di sekitar tanggal 6 Januari merupakan pemberontakan menghadirkan ancaman hukum yang signifikan terhadap ambisinya di tahun 2024. Dalam peristiwa episodik berikutnya, sekretaris negara bagian Maine, yang merupakan petugas pemilu tertinggi, mengikuti garis yang sama dan mendiskualifikasi Trump dari pemilihan pendahuluan 2024 di negara bagian tersebut.[13] Trump hampir pasti akan mengajukan banding atas keputusan tersebut ke Mahkamah Agung AS. Namun, hasilnya belum pasti mengingat susunan hakim Mahkamah Agung yang konservatif. Sebagian besar hakim saat ini ditunjuk oleh presiden dari Partai Republik, termasuk tiga hakim yang ditunjuk oleh Trump sendiri.[14] Keseimbangan ideologis ini pada awalnya menunjukkan bahwa Pengadilan dapat membatalkan penerapan baru Amandemen ke-14 di Colorado. Namun, Hakim Agung John Roberts terbukti kurang dapat diprediksi dalam kasus-kasus besar.[15] Penolakan Pengadilan baru-baru ini untuk menghentikan penyelidikan kriminal DOJ terhadap Trump juga mengindikasikan keengganan peradilan untuk memberikan kekebalan menyeluruh. Pada akhirnya, putusan Colorado menggarisbawahi wilayah konstitusional yang belum dipetakan dan ambiguitas penegakan hukum seputar diskualifikasi baru terhadap mantan presiden. Meskipun keberlakuan putusan tersebut secara nasional masih diragukan, putusan ini menyoroti risiko Amandemen ke-14 bagi Trump yang dapat memperoleh daya tarik di pengadilan negara bagian lain. Keputusan Mahkamah Agung Colorado yang mendiskualifikasi Trump dari pemungutan suara di bawah Amandemen ke-14 menimbulkan pertanyaan hukum yang rumit menjelang tahun 2024. Keputusan yang menentang Trump dapat membuat marah para pendukungnya, sementara keputusan yang mendukungnya dapat merusak kepercayaan terhadap integritas pengadilan. Di luar itu, masih ada pertanyaan apakah diskualifikasi merupakan masalah hukum atau politik.
Bahkan di tengah tingginya jumlah pemilih, orang Amerika memiliki pandangan yang sangat negatif terhadap politik dan politisi.[16] Biden menghadapi ketidakpuasan publik atas isu-isu seperti Gaza, pembagian bantuan Ukraina, dan imigrasi. Mengenai Gaza, Biden telah menghadapi protes yang menuntut tindakan yang lebih tegas untuk menahan operasi militer Israel terhadap Hamas.[17] Namun, memberikan tekanan berisiko mengasingkan para pemilih pro-Israel. Di Ukraina, hampir setengah dari anggota Partai Republik percaya bahwa bantuan AS berlebihan, yang mencerminkan kelelahan perang dan sentimen isolasionis.[18] Hal ini mengancam dukungan untuk melanjutkan bantuan untuk melawan agresi Rusia. Sementara itu, upaya reformasi imigrasi liberal Biden terhenti karena tuntutan GOP untuk meningkatkan keamanan perbatasan sebagai prasyarat untuk kerja sama.[19] Di sini, Biden harus menyeimbangkan sayap progresif partainya sendiri yang mendukung kebijakan yang lebih lunak dengan para swing voters yang peduli dengan migrasi tidak berdokumen. Dalam menghadapi tantangan-tantangan yang rumit ini, Biden telah berjuang untuk mendamaikan perpecahan ideologis di dalam partainya dan di antara para pemilih yang lebih luas. Pilihan kebijakannya masih terkendala oleh prioritas yang berbenturan dalam isu-isu emosional yang tidak memiliki konsensus. Menjelang pemilu 2024, Amerika menghadapi perpecahan politik yang semakin dalam dan ketidakpuasan yang meluas terhadap pemerintahan. Ketidakpastian hukum mengganggu Trump sementara rasa frustrasi membatasi Biden. Keduanya menghadapi faksionalisme dalam koalisi mereka. Hal ini menandakan pemilihan yang tidak stabil dengan implikasi yang signifikan. Secara lebih luas, pemilu ini akan mengukur komitmen pemilih terhadap prinsip-prinsip demokrasi versus dorongan otoriter. Meskipun pemenang akhirnya masih belum pasti, 2024 menjanjikan untuk membentuk kembali agenda partai dan lintasan Amerika. Momen penting ini akan menguji daya tahan aliansi dan mengguncang asumsi-asumsi tentang pemilih. Panggung telah disiapkan untuk pertarungan yang menentukan dengan dampak yang bertahan lama.
[1] Alexander Bolton. Biden faces battle with Democratic base over Israel, Ukraine, border. The Hill. 18 Desember 2023. https://thehill.com/homenews/administration/4364771-biden-faces-battle-with-democratic-base-over-israel-ukraine-border/
[2] Pew Research Center. In GOP Contest, Trump Suppoprters Stand Out for Dislike of Compromise. 14 Desember 2023. https://www.pewresearch.org/politics/2023/12/14/in-gop-contest-trump-supporters-stand-out-for-dislike-of-compromise/
[4] Scottie Andrew. Hoe the phrase óctober surprise’entered the political lexicon. CNN. 2 Oktober 2020. https://edition.cnn.com/2020/10/02/politics/october-surprise-what-is-trnd/index.html
[5] Project Five Thirty Eight. Who’s ahead in the national polls?. 21 Januari 2024. https://projects.fivethirtyeight.com/polls/president-primary-r/2024/national/
[6] Edward Lempinen. Despite drift toward authoritarianism, Trump voters stay loyal. Why?. 7 Desember 2020. Berkeley News. https://news.berkeley.edu/2020/12/07/despite-drift-toward-authoritarianism-trump-voters-stay-loyal-why
[7] Pew Research Center. In GOP Contest, Trump Suppoprters Stand Out for Dislike of Compromise. 14 Desember 2023. https://www.pewresearch.org/politics/2023/12/14/in-gop-contest-trump-supporters-stand-out-for-dislike-of-compromise/
[9] Derek Hawkins & Nick Mourtoupalas . Breaking down the 91 charges Trump faces in his four indictments. The Washington Post.3 Agustus 2023. https://www.washingtonpost.com/politics/2023/trump-charges-jan-6-classified-documents/
[10] Lauren Gambino. Donald Trump impeached a second time over mob attack on US Capitol. The Guardian. 13 Januari 2021. https://www.theguardian.com/us-news/2021/jan/13/trump-impeached-again-president-history-capitol-attack
[11]Robert Reich.. Is the fever of Trumpism starting to break ?. The Guardian. 3 Oktober 2023. https://www.theguardian.com/commentisfree/2023/oct/03/donald-trump-supporters-judges-prosecutors
[12] Brandon Drenon. Colorado’s top court disqualified Trump-will the Supreme Court overrule?. BBC. 22 Desember 2023. https://www.bbc.com/news/world-us-canada-67752010
[13] Marshal Cohen. Maine’s top election official removes Trumpfrom 2024 primary ballot. CNN. 29 Desember 2023. https://edition.cnn.com/2023/12/28/politics/trump-maine-14th-amendment-ballot/index.html
[14] Adan Liptak. New Trump Cases Shadowed by Rocky Relationship With Supreme Court. The New York Times. 21 Desember 2023. https://www.nytimes.com/2023/12/21/us/politics/trump-supreme-court.html
[15] Michael C.Dorf. The Evolution of Chief Justice John Roberts. Verdict. 15 Februari 2022. https://verdict.justia.com/2022/02/15/the-evolution-of-chief-justice-john-roberts
[16] Pew Research Center. Americans’ Dismal Views of the Nation’s Politics. 19 September 2023. https://www.pewresearch.org/politics/2023/12/08/americans-views-of-the-israel-hamas-war/
[17] Pew Research Center. Americans’ Views of the Israel-Hamas War. 8 Desember 2023. https://www.pewresearch.org/politics/2023/12/08/americans-views-of-the-israel-hamas-war/
[18] Andy Cerda. Abouth half of Republicans now say the U.S. is providing too much aid to Ukraine. Pew Research Center. 8 Desember 2023. https://www.pewresearch.org/short-reads/2023/12/08/about-half-of-republicans-now-say-the-us-is-providing-too-much-aid-to-ukraine/
[19] Lisa Mascaro, Stephen Groves & Rebecca Santana. Congress is eying immingration limits as GOP demands border changes in swap for Biden overseas aid. AP News. 30 November 2023. https://apnews.com/article/biden-immigration-border-security-asylum-872a1e126677d7e203bb51bdb23a7975
Ketika perang Israel-Hamas, yang dipicu oleh serangan teror terhadap Hamas pada tanggal 7 Oktober tahun lalu memicu protes global, perdebatan, perpecahan, dan kebakaran ideologi di seluruh dunia, dunia online menyaksikan sebuah kejadian aneh. Bagian-bagian dari sebuah surat yang konon ditulis oleh pendiri Al Qaeda, Osama bin Laden, pada tahun 2002 yang berjudul ‘Surat untuk Amerika’ menjadi viral di media sosial,[1] terutama di TikTok, sebuah platform yang dimiliki oleh perusahaan China, ByteDance.
Para pengguna muda di TikTok mendapatkan akses ke teks surat tersebut melalui sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 2003 di situs web surat kabar Inggris – The Guardian. Namun, tren viral itu kemudian berubah. Kebanyakan anak muda yang membaca surat bin Laden memiliki interpretasi yang melenceng, bukan sebagai teroris yang paling dicari yang menyerang Amerika Serikat dan menewaskan ribuan orang pada September 2001, namun melihat pandangannya sebagai pandangan dari orang-orang yang tertindas yang ikut serta dalam apa yang disoroti oleh cendekiawan Shiraz Maher sebagai sebuah ide tentang “perlawanan yang mulia”.[2] Di dunia maya, di mana konteks dan pengetahuan menjadi kebutuhan sekunder, bin Laden lebih dari satu dekade setelah kematiannya mendapati para pengikut muda, yang sering kali berasal dari Barat, yang memandangnya sebagai pejuang kebebasan. Konteksnya, tentu saja, adalah krisis di Gaza.
Maju cepat ke tahun 2023, dan Hamas juga berhasil mengaburkan batas antara terorisme dan romantisme “perlawanan yang mulia”. Dalam bagian yang baik dari wacana yang ada, serangan teror yang dilakukan oleh Hamas terhadap Israel yang juga menyebabkan krisis penyanderaan yang terus berlanjut hingga saat ini, kelompok militan Palestina ini sering kali dilihat dari sudut pandang yang baik sebagai front ‘perlawanan’ dan bukan sebagai kelompok teror. Amerika Serikat (AS) secara resmi menyatakan Hamas sebagai kelompok teror pada tahun 1997,[3] namun kelompok ini tampaknya telah membalikkan posisi publiknya selama beberapa bulan terakhir, bukan karena desainnya sendiri, tetapi hanya dengan cara menemukan basis dukungan online yang tak terduga termasuk di Barat.
Tren di atas tidak terjadi secara terpisah. Bahkan sebagai kebijakan resmi negara, keputusan Barat untuk bernegosiasi dengan aktor-aktor seperti Taliban Afghanistan telah memberikan aktor-aktor militan non-negara sebuah kekuatan yang luar biasa di tengah-tengah wacana publik sebagai aktor yang rasional. Kecepatan dan desain arus informasi online yang memungkinkan kelompok-kelompok ini untuk membentuk narasi atas kemauan mereka sendiri telah menjadi tren yang bermasalah sejak lama. Negara dan badan-badan keamanan telah berulang kali gagal dalam upaya mereka untuk melawan narasi semacam itu, dan kebijakan negara tradisional untuk melawan penyebaran informasi online yang bersifat terbuka akan selalu tertinggal beberapa langkah di belakang tren yang digerakkan oleh teknologi ini. ISIS, pada masa jayanya di pertengahan tahun 2010-an, bergerak berdasarkan fakta bahwa ide-idenya harus bertahan lebih dari sekadar kelompok teror fisik. Bahkan saat ini, tiga serangan teror yang terkait dengan ISIS telah terjadi dengan korban jiwa di Eropa di sela-sela perang di Gaza.[4] Hal ini terjadi meskipun kelompok-kelompok seperti Al Qaeda dan ISIS secara ideologis tidak mendukung Hamas[5] karena Hamas lebih bersifat politis daripada Islam murni dengan cara mengambil bagian dalam negosiasi, pemilihan umum, menerima aliansi dengan Iran yang beraliran Syiah, dan sebagainya. Meskipun demikian, kelompok-kelompok seperti Al Qaeda telah lama menyebarkan ideologi mereka untuk melawan aliansi Israel-AS sebagai ‘aliansi Zionis-Tentara Salib’, namun, seperti yang disoroti oleh cendekiawan Barak Mendelsohn, sejak peristiwa 9/11,[6] Al Qaeda tidak memiliki banyak hal yang dapat ditunjukkan untuk dirinya sendiri karena Taliban mengambil alih pertempuran di Afghanistan dan Al Qaeda di Irak hancur, yang kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai Negara Islam (ISIS atau Daesh dalam bahasa Arab).
Di era deepfake, Artificial Intelligence, dan pengambilan gambar dari menit ke menit, verifikasi informasi dan waktu untuk berpikir kritis menjadi alat yang terancam punah. Secara kolektif, video TikTok yang memberikan kepercayaan pada surat Bin Laden mendapatkan jutaan penayangan melalui distribusinya di berbagai platform media sosial. Artinya, jutaan kali, surat Bin Laden disaksikan melalui video singkat berdurasi 2-3 menit, memberikan kesempatan hidup baru bagi almarhum pemimpin Al Qaeda dan ideologinya dalam konteks yang sama sekali berbeda dan membingungkan. Al Qaeda, setelah pembunuhan bin Laden dan penggantinya, Ayman Al Zawahiri di Kabul pada tahun 2022, berada dalam posisi terdesak, tanpa ada pengumuman tentang pemimpin baru di era pasca-Zawahiri. Namun secara online, kelompok ini tiba-tiba dikenal oleh khalayak Barat sebagai seorang dermawan dan aktivis. Dalam pemikiran bin Laden, sikap publik seperti ini tidak pernah terdengar sebelumnya. Pada tahun 1993, lima tahun setelah bin Laden mendirikan Al Qaeda, wartawan terkenal Robert Fisk mewawancarainya di Sudan sebagai ‘pengusaha Saudi’ yang merekrut para mujahidin. Judul berita itu berbunyi: “Pejuang anti-Soviet menempatkan pasukannya di jalan menuju perdamaian”.[7] Pada saat itu, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yang mengarah pada kontestasi AS vs Soviet atau komunisme vs kapitalisme. Dua ideologi utama yang saling bersaing pada saat itu. Hari ini, di balik viralnya bin Laden, ada juga permainan dari wacana ideologi naif yang telah terjadi di Amerika. Ketenaran bin Laden yang baru ditemukan ini diperkuat oleh kenaifan para pengguna, yang didorong oleh konflik dan perang, yang terus menerus mengakses ponsel pintar mereka selama 24 jam sehari, tanpa filter, terdistorsi, dan lebih sering, tidak mendapat informasi, adalah masalah dengan sedikit solusi. ‘Tren’ ini, memberi makan pada bias kognitif individu yang sudah ada sebelumnya, dan memperkuatnya lebih jauh, hingga pada tahun 2023, bahkan bin Laden pun memiliki audiens yang masih muda dan baru.
Teknologi hari ini dan esok hari akan secara signifikan membentuk ideologi, politik, dan konflik. Dari akun-akun yang terkait dengan Hamas yang dilaporkan telah mengumpulkan lebih dari US$40 juta dengan menggunakan mata uang kripto dan tayangan langsung perang sipil Suriah pada tahun 2014-15 di Facebook[8] yang dijalankan oleh organisasi teror yang direspons dengan ‘like’ dan ’emoji’ dari para pengguna, hingga foto-foto yang dibuat oleh kecerdasan buatan (AI) tentang perang di Gaza saat ini di mana jutaan konsumen gagal membedakannya sebagai foto yang asli atau palsu, ruang digital merupakan garda terdepan di ruang keluarga masyarakat. Memahami masyarakat dan politik saat ini bermuara pada biner ‘penyelidikan vs algoritme’ yang sangat mendasar.
[1] Daysia Tolentino. TikTk removes hashtag for Osama bin Laden’s ‘Letter to America’after viral videos circulate. NBC News. 17 November 2023. https://www.nbcnews.com/news/osama-bin-laden-letter-to-america-tiktok-hashtag-removed-viral-videos-rcna125534
[2] Shiraz Maher. The lessons of Osama bin Laden’s viral “Letter to America”. The New Stateman. 21 November 2023. https://www.newstatesman.com/world/middle-east/2023/11/the-lessons-of-osama-bin-ladens-viral-letter-to-america
[3] Office of the Director of National Intelligence, Foreign Terorist Organizations:Hamas. September 2022. https://www.dni.gov/nctc/ftos/hamas_fto.html#:~:text=The%20group%20also%20uses%20cyber%20espionage%20and%20computer%20network%20exploitation%20operations.&text=The%20US%20State%20Department%20designated,terrorist%20organization%20in%20October%201997.
[4] Matthew Dalton & Betrand Benoit. Europe Faces New Terrorism Threat Fueled by Israel-Hamas War. The Wall Street Journal. 5 Desember 2023. https://www.wsj.com/world/europe/europe-faces-new-terrorism-threat-fueled-by-israel-hamas-war-12ecc4dd
[5] Tricia Bacon. The Jihadist Landscape Amidst Israel-Hamas War: Five Critical Factors. ICCT. 7 Desember 2023. https://www.icct.nl/index.php/publication/jihadist-landscape-amidst-israel-hamas-war-five-critical-factors
[7] Robert Fisk. 6 Desember 1993: Anti-Soviet warrior puts his army on the road to peace. Independent. 4 November 2020. https://www.independent.co.uk/news/long_reads/robert-fisk-osama-bin-laden-interview-sudan-1993-b1562374.html
[8] Angus Berwick. How crypto funded the Hamas war. Mint. 13 November 2023. https://www.livemint.com/news/world/how-crypto-funded-the-hamas-war-11699887224089.html
Dengan pemilihan pendahuluan di beberapa negara bagian yang akan berlangsung antara awal Maret dan September 2024, Amerika Serikat (AS) telah memasuki tahun pemilihan presiden yang krusial. Meskipun hanya sedikit orang dewasa di AS yang menginginkan pertandingan ulang Biden-Trump pada tahun 2024,[1] tampaknya hal ini merupakan kemungkinan yang paling kuat. Di kubu Partai Republik, Trump memimpin saingan terdekatnya Ron DeSantis dengan selisih 46 persen.[2] Beberapa proyeksi memperkirakan Nikki Haley akan segera menyalip DeSantis untuk mendapatkan posisi kedua dalam persaingan Partai Republik.[3] Ketidakhadiran Trump dalam semua debat partai Republik hingga saat ini tidak mempengaruhi prospeknya. Jika ada, hal ini secara diam-diam telah menyebabkan ‘Trumpisme tanpa Trump’ di partai Republik.[4] Di kubu Demokrat, Biden memimpin pertarungan sendirian dan telah memprediksikan pencalonannya secara khusus untuk melawan Donald Trump.[5] Mengenai isu-isu, Partai Republik telah menyerang pemerintahan Biden karena penanganan perbatasan selatan yang buruk, dan salah mengarahkan pengeluaran federal, terutama melalui kesepakatan iklim dan infrastruktur serta ‘wokisme’. Biden telah mencanangkan kampanyenya untuk menopang ekonomi melalui ‘Bidenomics’, memulihkan demokrasi, berfokus pada kelas pekerja, dan meyakinkan sekutu dan mitra di seluruh dunia.
Pertarungan untuk jiwa
Pemilu AS 2024 mengandalkan kampanye yang berpusat pada isu, mengingat terbatasnya dampak persona dari salah satu partai. Di antara Biden dan Trump, Biden mungkin memiliki lebih banyak kemampuan untuk mengumpulkan suara berdasarkan citra. Seorang septuagenarian melawan seorang oktogenarian sementara keduanya mendapatkan tekanan buruk karena tidak begitu ‘bersih’. Donald Trump menghadapi kemungkinan dakwaan yang diperkirakan akan memukul popularitasnya dalam jajak pendapat dan Biden telah mencoba untuk menjauhkan diri dari berbagai tuduhan yang dihadapi putranya, Hunter Biden.[6] Sejumlah besar pemilih independen yang terdaftar yang telah berkembang selama bertahun-tahun juga menunjukkan bahwa isu-isu dapat mengalahkan kepribadian pada tahun 2024. Namun, kepribadian presiden telah menjadi komponen kunci untuk membangun narasi politik dalam pemilihan umum di Amerika Serikat. Pada pemilu tahun 1993, Presiden George H.W. Bush yang memimpin runtuhnya Uni Soviet dan kemenangannya dalam Perang Teluk tahun 1991 dikalahkan oleh Bill Clinton dari Partai Demokrat yang relatif baru. Pada pemilu kali ini, ada fokus yang terpusat pada kepemimpinan Biden yang ‘lemah’, terlepas dari berbagai keberhasilannya. Di antara para pemilih, ada kekhawatiran mengenai kemampuan Presiden Biden untuk mencalonkan diri dalam pemilu berikutnya. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh New York Times dan Sienna College,[7] seperti halnya jajak pendapat lain di negara-negara bagian swing states Ohio, Georgia, dan Arizona, para pemilih sangat mengkhawatirkan usia Presiden Biden.[8] Biden tertinggal dari Trump di 7 negara bagian swing states-Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin.[9]
Pertanyaan yang membayangi tentang stabilitas politik dan sosial di AS adalah masalah utama dalam pemilihan presiden 2024, bahkan ketika Presiden Biden memperingatkan “Make America Great Again” (MAGA) dan bayang-bayang yang tersisa dari kerusuhan Capitol Hill pada tanggal 6 Januari.[10] Retorika tentang kecurangan pemilu dan pemilu yang dicuri, pemberontakan 6 Januari, dan anti-vaksin mendominasi kampanye Trump. Partai Republik telah menanyai Biden tentang isu-isu serupa. Perpecahan atas masalah ini dianggap sebagai hiperpartisan yang terakhir kali terlihat pada pemilu 2016 dan 2020. Masalah kekacauan di perkotaan telah menambah teka-teki politik Amerika dengan perpecahan yang tajam di antara para pemilih mengenai pembunuhan rasial, kota-kota yang menjadi tempat perlindungan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi, dan kekerasan geng. Biden telah mengarahkan kampanyenya pada ‘pertarungan untuk jiwa bangsa’.[11] Kampanye yang berlawanan seperti kampanye Black Lives Matter versus All Lives Matter dan munculnya antisemitisme di ruang publik dan universitas dengan latar belakang perang Israel-Hamas di Gaza telah mengoyak masyarakat Amerika. Isu-isu ini semakin mengukir ruang dalam politik domestik AS dan kemungkinan akan berdampak pada pemilu 2024. Sebagai contoh, sebuah jajak pendapat menemukan bahwa Biden berisiko kehilangan suara kaum muda pada tahun 2024 karena menunda gencatan senjata di Gaza.[12] Partai Demokrat telah menekankan masalah-masalah domestik yang progresif, terutama pada isu-isu seperti aborsi. Selama pemilu paruh waktu 2022, hak aborsi menjadi titik fokus di berbagai negara bagian yang kritis. Hal ini terlihat jelas di Ohio di mana para pemilih menyetujui amandemen konstitusi untuk menjamin hak-hak aborsi dan reproduksi, serta dalam pemilihan umum di Georgia dan Pennsylvania di mana isu ini juga menjadi isu utama.[13]
Masuknya imigran di AS adalah masalah yang mendesak, dengan lonjakan besar-besaran di perbatasan Selatan yang membawa rekor jumlah pencari suaka.[14] Imigrasi kembali menjadi isu yang menentukan antara Partai Republik dan Partai Demokrat dan saat ini menjadi alasan utama untuk menyeret RUU bantuan Ukraina.[15] Biden pada awal masa kepresidenannya membalikkan kebijakan imigrasi Trump yang ditafsirkan sebagai pendekatan lunak dan mengalami lonjakan besar-besaran.[16] Situasi ini semakin memburuk dengan keputusan pemerintahan Biden untuk membangun sebagian tembok dan meningkatkan jumlah agen perbatasan.[17]
Pemerintahan Biden telah berhasil meloloskan inisiatif kebijakan utama termasuk Kesepakatan Infrastruktur bipartisan,[18] rencana penyelamatan Amerika,[19] dan CHIPS dan Undang-Undang Sains.[20] Namun, masalah inflasi dan keputusan kebijakan luar negeri, terutama penarikan AS dari Afghanistan, telah membebani peringkat jajak pendapat Biden. Kenaikan harga energi secara historis telah mempengaruhi pemilihan presiden di AS dengan cara yang signifikan, mungkin yang paling signifikan adalah ketika hal ini membuat Jimmy Carter kehilangan jabatannya sebagai presiden pada pemilihan tahun 1980, kalah dari Ronald Reagan. Politik energi kemungkinan akan kembali menjadi sorotan utama dengan adanya perang yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan Eropa, dan Partai Republik yang memandang skeptis terhadap kesepakatan energi ramah lingkungan Biden.[21]
Kebijakan luar negeri
Isu-isu domestik di dalam negeri AS terkait erat dengan kebijakan luar negeri, dengan China menjadi perhatian utama. Kekhawatiran ini tidak hanya bergeser di antara para elit kebijakan tetapi juga di antara publik Amerika, di mana 59 persen yang signifikan memandang China secara negatif,[22] menganggapnya sebagai musuh atau negara yang tidak bersahabat di tengah-tengah ketegangan militer dan ekonomi yang meningkat. Mengatasi ancaman China telah menjadi isu yang sangat penting, sehingga mendorong kedua belah pihak untuk mengadvokasi pendekatan yang lebih keras.
Dalam debat Partai Republik, diskusi berkisar pada peningkatan kekuatan angkatan laut dengan meningkatkan jumlah kapal perang untuk melawan China, terutama di tengah meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan dan Taiwan. Salah satu tantangan utama terletak pada penawaran alternatif terhadap investasi yang dipimpin oleh China yang disoroti di KTT Amerika.[23] Upaya ini sejalan dengan kelanjutan dari rencana “Build Back Better” atau Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik. Tarif yang diprakarsai terhadap China selama masa kepresidenan Trump sebagian besar bertahan di pemerintahan Biden, menikmati dukungan bipartisan yang kuat, dan menunjukkan sikap terpadu di seluruh partai politik. Di tengah berbagai masalah dengan China, kekhawatiran yang berkembang atas Fentanil menonjol, dengan beberapa politisi melabelinya sebagai ancaman yang mengerikan. Partai Demokrat menekankan kesepakatan baru-baru ini dengan China mengenai masalah Fentanil sebagai sikap yang kuat, sedangkan Partai Republik mengkritik posisi Biden yang lemah dalam menghadapi China, sebuah sentimen yang juga digaungkan oleh para anggota DPR.
Terlepas dari dukungan kuat Biden untuk Ukraina[24] dan Israel,[25] partainya terpecah dengan kaum progresif yang meminta penarikan dukungan dan gencatan senjata di Gaza.[26] Dukungan Biden telah berkurang di kalangan pemilih muda karena perang Israel-Hamas. Hal ini dapat semakin menguntungkan Trump. Pada debat primer ketiga Partai Republik di bulan November,[27] sebagian besar pertanyaan berkisar pada keamanan nasional, pekerjaan, perdagangan, dan kekuatan militer. Meskipun ada tanggapan yang kuat terhadap perang yang sedang berlangsung oleh pemerintahan Biden, peringkat jajak pendapatnya tetap rendah. Donald Trump hingga saat ini mungkin memimpin dalam jajak pendapat, tetapi putusan Mahkamah Agung Colorado terbaru yang melarangnya memegang jabatan publik apa pun telah menjadi kemunduran,[28] terutama karena hal itu dapat memicu gugatan dan putusan serupa di negara bagian lain. Trump menyoroti dukungannya yang kuat untuk Israel dan kredibilitasnya dalam pemindahan ibu kota di antara para pemilih atas ibu kota abadi Yerusalem dan rencana perdamaian di tengah-tengah selama masa kepresidenannya.
Selain isu-isu ini, kontrol politik Kongres AS akan menjadi pusat perhatian dalam pemilu mendatang, dengan adanya kursi-kursi yang kosong di DPR dan Senat. Sebagian besar kepresidenan dalam sejarah baru-baru ini telah berjuang dengan Kongres yang terpecah. Ada 33 kursi Senat untuk pemilihan umum dengan 10 kursi dipegang oleh Partai Republik, 20 oleh Partai Demokrat dan 3 Independen. Di Dewan Perwakilan Rakyat, semua 435 kursi akan diperebutkan dalam pemilihan dua tahunan untuk Kongres ke-119. Komposisi saat ini di DPR dipimpin oleh Partai Republik, sementara Partai Demokrat memiliki sedikit margin di Senat. Baik Biden maupun Trump akan berusaha sebaik mungkin untuk menghindari perpecahan di DPR.
[1] Steve Peoples. Biden and Trump are poised for a potential rematch that could shake American politics. AP News. 2 Januari 2024. https://apnews.com/article/biden-trump-election-2024-a6c4a7518cf5a265caa6914f621bdb6a
[3] Niall Stanage. Ranking the 2024 Republican presedential candidates. The Hill. 22 November 2023. https://thehill.com/homenews/campaign/4321996-2024-gop-presidential-candidates-rankings/
[4] Julia Azari. How Republicans Are Thinking About Trumpism Without Trump. Five Thirty Eight. 15 Maret 2022. https://fivethirtyeight.com/features/how-republicans-are-thinking-about-trumpism-without-trump/
[5] Nandita Bose & Trevor Hunnicutt. Biden ‘not sure’he’d running if Trump was not in 2024 race. Reuters. 6 Desember 2023. https://www.reuters.com/world/us/biden-not-sure-he-would-seek-re-election-if-trump-was-not-2023-12-05/
[7] Nandita Bose & Ashraf Fahim. Hunter charges hit Biden emotionally, but political impact unclear. Reuters. 12 Desember 2023. https://www.reuters.com/world/us/hunter-charges-hit-biden-emotionally-political-impact-unclear-2023-12-11/
[8] The New York Times.Times/Siena Poll Takeaways and analysis from our survey of battleground states. 6 Desember 2023. https://www.nytimes.com/live/2023/11/06/us/trump-biden-times-siena-poll-updates
[9] Calvin Woodward & Emily Swanson. Biden is widely seen as too old for office, an AP-NORC poll finds. Trump has problem of his own. AP News. 28 Agustus 2023. https://apnews.com/article/biden-age-poll-trump-2024-620e0a5cfa0039a6448f607c17c7f23e
[10] Sara Dorn. Biden Trails Trump In 7 Battleground States- Shedding Support Among Key Demographic. Forbes. 14 Desemebr 2023. https://www.forbes.com/sites/saradorn/2023/12/14/biden-trails-trump-in-7-battleground-states-shedding-support-among-key-demographics/?sh=202021b461aa
[11] Gabe Gutierrez & Peter Nicholas. In forceful condemnation of Trump, Biden warns that ‘MAGA’backers pose grave threat to democracy. NBC News. 28 September 2023. https://www.nbcnews.com/politics/2024-election/biden-trump-describe-maga-extremist-rcna117796
[12] CBS News. Biden delivers speech on “battle for the soul of nation”in Philadelphia Full Speech. 2 September 2022. https://www.youtube.com/watch?v=NA3Outfs7K8
[13] Eva Borgwardt.IfNotNow: Biden Risking the Youth Vote in 2024 Over Ceasefire in Gaza. Teen Vogue. 7 Desember 2023. https://www.teenvogue.com/story/ifnotnow-biden-risking-the-youth-vote-in-2024-over-ceasefire-in-gaza
[14] Rebecca Santana. What’s behind the influx of migrants crossing the U.S. southern border?. PBS. 21 September 2023. https://www.pbs.org/newshour/politics/whats-behind-the-influx-of-migrants-crossing-the-u-s-southern-border
[15]Karoun Demirjian. Hopes for Quick Passage of Ukraine Aid Bill DDim as Border Talks Drag On. The New York Times. 18 Desember 2023. https://www.nytimes.com/2023/12/18/us/politics/congress-border-talks-ukraine.html
[16] National Archives and Records Administration. Revision of Civil Immigration Enforcement Policies Priorities. 20 Januari 2021. https://www.federalregister.gov/documents/2021/01/25/2021-01768/revision-of-civil-immigration-enforcement-policies-and-priorities
[17] Brian Bennet. In Reversal, Biden Moves to Expand Border Wall. Time. 5 Oktober 2023 https://time.com/6320907/border-wall-biden-migrant-surge/
[18] The White House. Fact Sheet: The Bipartisan Infrastructure Deal. 6 November 2021. https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2021/11/06/fact-sheet-the-bipartisan-infrastructure-deal/
[19] The White House. American Rescue Plan. https://www.whitehouse.gov/american-rescue-plan/
[20] The White House. Fact Sheet: CHIPS and Science Act Will Lower Costs, Create Jobs, Strengthen Supply Chains, and Counter China. 9 Agustus 2022. https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2022/08/09/fact-sheet-chips-and-science-act-will-lower-costs-create-jobs-strengthen-supply-chains-and-counter-china/
[21] The White House. Fact Sheet: Presiden Biden toCatalyze Global Climate Action through the Major Economies Forum on Energy and Climate. 20 April 2023. https://www.whitehouse.gov/briefing-room/statements-releases/2023/04/20/fact-sheet-president-biden-to-catalyze-global-climate-action-through-the-major-economies-forum-on-energy-and-climate/
[22] Jason McMann & Scott Moskowitz. US-China Barometer. Morning Consult. 3 November 2023. https://pro.morningconsult.com/trackers/tracking-us-china-relations
[23] The Times of India. Biden pledges at Americas summit an alternatice to Chinese-led infrastructure and development loans. 3 November 2023. https://timesofindia.indiatimes.com/world/us/biden-pledges-at-americas-summit-an-alternative-to-chinese-led-infrastructure-and-development-loans/articleshow/104951546.cms?from=mdr
[24] News Nation. Biden faces greater party divide over Ukrainian aid: Journalist. 14 Desember 2023. https://www.newsnationnow.com/video/biden-faces-greater-party-divide-over-ukrainian-aid-journalist-morning-in-america/9253386/
[25] Lauren Fox. Democrats divided over whether to attach conditions to Israel aid. CNN. 29 November 2023. https://edition.cnn.com/2023/11/29/politics/democrats-israel-aid-border-talks/index.html#:~:text=Democrats%20in%20the%20Senate%20on,and%20the%20US%20southern%20border.
[26] Ed Kilgore. Can Foreign Policy Help Joe Biden Win Reelection?. Intelligencer. 24 Oktober 2023. https://nymag.com/intelligencer/2023/10/can-foreign-policy-help-joe-biden-win-reelection.html
[27] Sarah Mc Cammon. 6 takeaways from the third Republican primary debate. NPR. https://www.npr.org/2023/11/09/1211715610/third-republican-debate-miami
[28] Adam Liptak. Colorado Ruling Knocks Trump Off Ballot: What It Means, What Happens Next. 19 Desember 2023. The New York Times. https://www.nytimes.com/2023/12/19/us/politics/colorado-trump-legal-questions-supreme-court.html
Dunia tampaknya berada di titik balik karena Amerika Serikat (AS) memasuki masa pemilihan umum. Partai Republik yang beroposisi di Senat AS memblokir rancangan undang-undang bantuan Ukraina dan Israel atas tuntutan agar pemerintahan Biden menerapkan langkah-langkah kontrol perbatasan baru di AS. RUU ini akan memberikan bantuan sebesar US$ 64 miliar untuk Ukraina dan Israel.[1]
Sementara itu, sebuah paket Uni Eropa yang diusulkan sebesar 50 miliar euro masih belum disetujui karena perbedaan dalam pengelompokan mengenai bagaimana mendanainya. Namun, dana tersebut kemungkinan besar masih akan cair. Namun, kesan ketidakpastian dan keengganan tidak bisa menjadi pertanda baik untuk masa depan. Hal ini terjadi pada saat Ukraina berada dalam kesulitan. Dengan serangan musim panasnya yang gagal membuat kemajuan yang signifikan, Ukraina kini menghadapi mesin perang Rusia yang terus bergerak maju, tanpa mempedulikan jumlah korban yang sangat besar.
Hingga saat ini, dua pendukung utama Ukraina telah memberikan sedikit bantuan, memasok peralatan dan material yang cukup untuk membuat semuanya berjalan. Sekarang, pada saat yang genting ini, kedua pendukung tersebut sekali lagi ditemukan kekurangan. Yang lebih buruk lagi adalah fakta bahwa di kedua sisi Atlantik, dukungan untuk Ukraina, yang tadinya dianggap biasa saja, telah surut dan menjadi sebuah sepakbola politik. Menurut Pew Research, 50 persen anggota Partai Republik sekarang mengatakan bahwa AS memberikan terlalu banyak bantuan kepada Ukraina.[2] Blokade di Polandia dan Slovakia menghalangi truk-truk Ukraina untuk membawa pasokan yang sangat dibutuhkan ke negara tersebut. Keluhannya adalah para pengemudi truk Ukraina meremehkan mereka.[3]
Apa yang terjadi di Ukraina dapat berdampak signifikan di belahan dunia lain, yaitu di Taiwan. Pernyataan China bahwa mereka dapat mencaplok Taiwan dengan paksa telah menjadi sangat penting mengingat invasi Rusia ke Ukraina. Aliansi Barat yang meraba-raba di Ukraina dapat bergaung di Asia Timur dan membujuk China bahwa mereka dapat lolos dari aneksasi paksa terhadap Taiwan.
Pada bulan Januari, republik Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri akan mengadakan pemilihan presiden. Saat ini, Lai Ching-te alias William Lai dari Partai Progresif Demokratik yang pro-kemerdekaan memimpin dalam jajak pendapat. Hou Yu-ih dari Kuomintang (KMT) tidak jauh di belakang dan telah menjelaskan bahwa ia mendukung kebijakan negosiasi dan kompromi dengan China.
Lai, yang merupakan wakil dari Presiden Tsai Ing-wen saat ini, berniat untuk mengikuti kebijakan pendahulunya untuk mendorong kedaulatan Taiwan dan menjadi mitra yang bersedia untuk AS dalam melawan China. Ini adalah kebijakan yang telah menyebabkan gesekan besar antara China dan Taiwan, serta Cina dan AS.
Dalam pertemuan antara Xi dan Biden pada bulan November,[4] pemimpin China mendesak AS untuk berhenti mempersenjatai Taiwan dan “mendukung penyatuan kembali China secara damai.” Meskipun AS tidak memiliki perjanjian pertahanan dengan Taiwan, Biden telah mengatakan beberapa kali bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang. Kesalahan langkah di Ukraina dapat meyakinkan rakyat Taiwan bahwa AS adalah penjamin yang tidak dapat diandalkan untuk status mereka dan berkompromi dengan China mungkin merupakan pilihan yang lebih baik.
Namun, tantangan terbesar bagi sistem global datang dari kemungkinan kembalinya Donald Trump sebagai presiden AS. Saat ini, hampir dapat dipastikan bahwa Trump akan menjadi calon dari Partai Republik dalam pemilihan Presiden AS berikutnya.[5] Hal ini mungkin dapat mengarah pada situasi di mana AS sendiri dapat mengubah arah kebijakan yang telah ditetapkan oleh Trump pada masa jabatan pertamanya.
Pada hari pertamanya sebagai presiden,[6] ia menarik AS keluar dari Trans Pacific Partnership (TPP), dan pada masa jabatannya, ia menolak dan merusak model pro-globalisasi dari sistem global dan juga memutuskan bahwa Cina adalah saingan Amerika yang paling konsekuen. Pada hari-hari terakhirnya, ia berusaha melakukan kudeta. Tidak semua kebijakan Trump buruk; mereka membujuk Eropa dan Jepang untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan mereka dan memulai proses pemotongan akses China ke teknologi kelas militer AS. Baik atau buruk, dia mengubah kebijakan AS dalam kebijakan luar negeri dan domestik AS dengan tegas seperti yang terlihat dari fakta bahwa Presiden Biden mengadopsi banyak kebijakan dan mengembangkannya.
Semua krisis global baru-baru ini akan masuk ke dalam kampanye pemilu AS yang akan datang. Trump akan menuduh Biden sebagai sosok yang lemah dan memimpin kemunduran Amerika, mulai dari Afghanistan, Ukraina, Gaza, dan Taiwan. Pendekatan Trump sendiri terhadap krisis-krisis yang sedang berlangsung dapat menjadi kacau dan berlawanan, memperdalam kesan kemunduran dan pelemahan AS.
Masa kepresidenan Trump yang kedua dapat berarti banyak hal,[7] dan tentunya akan lebih buruk bagi AS dan dunia daripada masa jabatan pertamanya. Di dalam negeri, seperti yang tampaknya ditunjukkan oleh Trump sendiri, hal ini bahkan dapat berarti kediktatoran di dalam negeri. Jika pengadilan dan media tidak dapat memeriksa ekses-ekses Trump saat dia tidak berkuasa, kecil kemungkinan mereka akan melakukannya saat dia menjadi presiden lagi. Terlepas dari pencapaian tahun-tahun Biden, suasana nasional menunjukkan ketidakbahagiaan dengan sistem politik dan pesimisme yang melingkupi semuanya.
Dalam skenario terburuk, kepresidenan Trump dapat membuat AS menarik diri dari NATO,[8] meninggalkan Ukraina untuk mengurus dirinya sendiri dan Taiwan untuk membuat kesepakatannya sendiri dengan China. Sekutu dan teman-teman di seluruh dunia akan menghadapi dunia di mana AS tidak lagi menjamin keamanan mereka. Rencana Trump untuk memberlakukan tarif 10 persen untuk semua impor akan mengakhiri sistem perdagangan terbuka yang biasa digunakan dunia.
Negara-negara yang bergantung pada AS untuk keamanan akan kehilangan anggota tubuhnya. Hal ini akan menimbulkan tekanan pada Jepang dan Korea Selatan untuk melewati ambang batas nuklir. Tergantung pada bagaimana détente dengan Iran, hal ini juga dapat mendorong Riyadh ke arah itu. Keberhasilan Rusia di Ukraina dapat mengguncang tatanan Eropa. Apakah Berlin memutuskan untuk melewati ambang batas akan tergantung pada Prancis dan Inggris.
[1] Patricia Zengerle. US Senate Republicans block Ukraine, Israel aid bill over border dispute. Reuters. 7 Desember 2023. https://www.reuters.com/world/us/us-senate-sets-test-vote-ukraine-aid-despite-republican-opposition-2023-12-06/
[2] Andy Cerda. About half of Republicans now say the U.S. is providing too much aid to Ukraine. Pew Research Center. 8 Desember 2023. https://www.pewresearch.org/short-reads/2023/12/08/about-half-of-republicans-now-say-the-us-is-providing-too-much-aid-to-ukraine/
[3] Jan Lopatka. Slovak truckers block Ukraine border crossing, joining Polish protests. Reuters. 1 Desember 2023. https://www.reuters.com/world/europe/slovak-truckers-start-ukraine-border-crossing-blockade-joining-polish-protests-2023-12-01/
[4] The Economist. Who will be the next president of Taiwan?. 2 Januari 2024. https://www.economist.com/interactive/2024-taiwan-election
[5] Thompson Chau. Taiwan’s defining moment:Election to determine future of relations with China. Asia Nikkei. 6 Desember 2023. https://asia.nikkei.com/Spotlight/The-Big-Story/Taiwan-s-defining-moment-Election-to-determine-future-of-relations-with-China
[6] The Economist. Who will be the next president of Taiwan?. 2 Januari 2024. https://www.economist.com/interactive/2024-taiwan-election
[7] The Economist. Donald Trump poses the biggest danger to the world in 2024. 16 November 2023. https://www.economist.com/leaders/2023/11/16/donald-trump-poses-the-biggest-danger-to-the-world-in-2024