China Kecam Rencana Kontingensi Taiwan yang Dibentuk Amerika Serikat dan Jepang
Pada 25 November 2024 Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Mao Ning menyampaikan China menolak rencana kontingensi Taiwan yang sedang dibentuk Amerika Serikat dan Jepang sebagai alasan untuk meningkatkan kehadiran militer di kawasan Indo-Pasifik. Juru Bicara Kemlu China Mao menambahkan bahwa pembentukan rencana tersebut akan meningkatkan ketegangan dan konfrontasi, serta merusak stabilitas dan perdamaian regional. Selain itu Mao juga menekankan bahwa Taiwan merupakan wilayah China dan satu-satunya cara yang bisa digunakan untuk menjaga stabilitas dan perdamaian adalah dengan mempertahankan komitmen terhadap prinsip satu China (one China principle).
Dilansir dari Kyodo News, dalam rencana kontingensi tersebut Amerika Serikat akan mengerahkan pasukan Marine Littoral Regiment mereka yang dilengkapi dengan sistem artileri roket HIMARS ke pangkalan sementara yang akan dibuat di Kepulauan Ryukyu/Nansei. Sementara itu Angkatan Darat Amerika Serikat akan mengerahkan Multi Domain Task Force (MTDF) ke Filipina untuk menghadapi ancaman multidomain. Dalam rencana kontingensi ini Pasukan Pertahanan Jepang (JSDF) memiliki peran utama sebagai penyedia logistik bagi Marinir Amerika Serikat yang dikerahkan ke Kepulauan Ryukyu/Nansei. Menurut pakar pertahanan dari Universitas Nasional Australia (ANU) Jennifer Parker hal ini merupakan sebuah perkembangan signifikan bagi kawasan Indo-Pasifik. Hal ini dianggap signifikan karena aksi tersebut menunjukan komitmen Amerika Serikat untuk mendukung sekutu dan mitra mereka di kawasan tersebut dari retorika dan aksi agresif China. Sementara itu peneliti kawasan Asia Tenggara Lowly’s Institute Dr. Abdul Rahman Yaacob menyatakan hal ini merupakan tanda bahwa Amerika Serikat memiliki kepentingan di kawasan Indo-Pasifik. Yacoob menambahkan Jepang dan Filipina memiliki peran penting dalam dua skenario yakni evakuasi warga Taiwan dan mempertahankan wilayah kedua negara dari serangan militer China.
Saat ini China sedang meningkatkan tekanan terhadap Taiwan dan sekaligus memperkuat kapasitas militer mereka. Menurut Komandan Angkatan Udara Amerika Serikat di Wilayah Pasifik (PACAF) Jendral Kevin B. Schneider dalam lima bulan terakhir aksi provokasi yang dilakukan China terhadap Taiwan telah meningkat sebesar 300 persen. Aksi tersebut dianggap oleh Taiwan sebagai bagian dari taktik gray zone warfare yang dilakukan China. Menanggapi eskalasi tersebut Taiwan telah meningkatkan latihan pertahanan udara untuk memastikan kesiapan militer mereka dalam menghadapi ancaman dari China.