Kelompok Taliban yang memegang pemerintahan Afghanistan berencana akan membangun “pasukan militer besar” untuk Afghanistan. Baik pejabat dan tentara yang telah terlebih dahulu bergabung dengan kelompok Taliban akan termasuk pada jajaran kekuatan militer ini.
Latifullah Hakimi, kepala Komisi Pembebasan Pangkat Taliban, juga mengatakan pada konferensi pers bahwa mereka telah memperbaiki setengah dari 81 helikopter dan pesawat yang diduga tidak dapat digunakan oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat selama penarikan pasukan tahun lalu.[1]
Dilansir dari Al Jazeera, pasukan Taliban menguasai lebih dari 300.000 senjata ringan, 26.000 senjata berat, dan sekitar 61.000 kendaraan militer selama mereka mengambil alih negara itu. Hakimi mengatakan bahwa orang-orang yang sempat menarget masyarakat dan jajaran Taliban kini berada dalam sisi pemerintah. Pada sebuah konferensi pers, Taliban menyatakan telah mengeliminasi hampir 4.500 “orang yang tidak diinginkan” dari jajarannya.[2]
Terdapat beberapa bukti yang terlihat bahwa Taliban telah merekrut beberapa mantan pasukannya ke dalam jajaran militer mereka. Dalam beberapa pekan terakhir, Taliban telah menunjuk dua mantan perwira senior Tentara Nasional Afghanistan untuk menduduki posisi teratas di kementerian pertahanan.[3] Keduanya dikabarkan adalah ahli bedah spesialis yang melekat pada rumah sakit militer utama negara itu.
Menurut Hakimi, proyek pembentukan tentara militer sedang berlangsung. Banyak dari professional di bidangnya seperti pilot, insinyur, dan staf-staf dari pemerintahan Afghanistan sebelumnya untuk berada di proyek kekuatan militernya dan sektor-sektor lain yang menunjang sektor keamanan. Hakimi mengatakan mereka akan membentuk “pasukan besar … sesuai dengan kebutuhan negara dan kepentingan nasional”, meskipun dia tidak merinci jumlahnya.
Aset Afghanistan sendiri telah dibekukan semenjak Taliban mengambil alih kekuasaan. Sehingga Hakimi sendiri mengatakan bahwa salah satu sektor yang “terjangkau” oleh pemerintah Taliban. Rencana Taliban terkait pembangunan kekuatan militer pemerintahannya sendiri telah dibeberkan pada akhir tahun 2021. Para pemimpin Taliban telah menugaskan Menteri Pertahanan Mullah Mohammad Yaqoob, putra mendiang pendiri gerakan Taliban Mullah Mohammad Omar, dan panglima militer Qari Fasihuddin untuk membentuk pasukan militer baru.[4]
“Negara ini membutuhkan tentara reguler yang kecil tapi kuat tidak hanya untuk melindungi dan mempertahankan perbatasan tetapi juga untuk melawan ancaman keamanan internal,” Mohammad, salah satu pemimpin Taliban yang bekerja di Kementerian Pertahanan di Kabul, mengatakan kepada Nikkei Asia.[5]
Mengapa Taliban membuat kekuatan militernya sendiri? Hal ini berkaitan dengan kekuatan nasional dari sebuah negara. Pada dasarnya, kekuatan militer digunakan untuk mempertahankan negara dari ancaman. Kekuatan nasional sendiri memiliki banyak komponen yang dapat diukur maupun tidak. Salah satu komponennya adalah kekuatan militer yang kuat dan modern dapat menjadi aspek kekuatan yang kredibel bagi negara dimana menurut beberapa ahli teori, kekuatan militer dapat digunakan dalam krisis apapun.[6]
Kekuatan militer juga merupakan salah satu aspek penting bagi negara berkembang, dimana dalam kasus ini Taliban baru saja menggulingkan kekuasaan Pemerintah Afghanistan sebelumnya. Taliban membutuhkan suatu kekuatan yang dapat menjamin keamanan dan kelancaran pemerintahannya. Di antaranya adalah, pencegahan ancaman dan juga menjaga keamanan dan stabilitas berbagai sektor negara.
Ketika dihadapkan pada sistem internasional, jika dilihat dari pendekatan realisme, sistem yang anarki membuat kekuatan militer sangat penting dan tidak bisa dihindari. Osgood dan Kissinger (1971) berpendapat bahwa penggunaan kekuatan militer ketika dikendalikan dapat digunakan untuk memeriksa ekses negara-negara kejam dalam sistem internasional.[7] Dengan kata lain, sebuah negara memerlukan kekuatan militer untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Walaupun begitu, kekuatan militer menjadi salah satu alat yang digunakan sesuai dengan kepentingan nasional sebuah negara. Jika AS menggunakan kekuatan militernya untuk menjaga keamanan dunia, Taliban tentu tidak akan melakukan hal yang sama.
Taliban sendiri merupakan sebuah kelompok yang sebelumnya telah memiliki kekuatan bersenjatanya, banyak dari anggotanya yang terlibat pada perang melawan pemerintahan Afghanistan sebelumnya yang dibantu oleh AS. Namun, karena kini Taliban menjadi pemimpin—walaupun belum diakui negara manapun—ia berusaha untuk menstabilkan Afghanistan di bawah kepemimpinannya.
Aset Afghanistan yang dibekukan oleh AS membuat kekuatan militer menjadi salah satu opsi yang dapat diunggulkan saat ini. Walaupun dalam kenyataannya, pembentukan kekuatan militer yang besar membutuhkan dana—yang saat ini tidak dimiliki Taliban—yang tidak sedikit.
Taliban sendiri berjanji untuk menghalau pertumbuhan kelompok terorisme di Afghanistan semenjak pemerintahannya pada Agustus tahun lalu. Untuk itu, Taliban memerlukan sebuah kekuatan militer yang terinstitusionalisasi. Hal ini bertujuan agar kekuatan militer dapat digunakan sesuai dengan kepentingan nasional Afghanistan yang jika memang benar, akan berusaha meruntuhkan kelompok terorisme seperti ISIS-K yang melancarkan aksinya di berbagai wilayah di Afghanistan yang sampai saat ini tercatat memakan korban sebanyak 397 jiwa.[8]
Pada akhir Februari lalu, Taliban dikabarkan tengah berusaha “mengamankan” situasi internal negaranya dengan melakukan penyisiran keamanan besar-besaran di Kabul dan kota-kota Afghanistan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencari senjata dan criminal yang dicurigai menjadi pelaku dari beberapa penculikan dan perampokan baru-baru ini.[9]
Menurut pengakuan beberapa warga kepada AFP, anggota Taliban melakukan pencarian secara kasar, tetapi beberapa orang lainnya mengatakan “kunjungan” Taliban dinilai sopan. Etika juga menjadi hal penting mengapa Taliban perlu menginstitusionalkan kekuatan militernya. Kesamaan moral dapat membuat pandangan masyarakat terhadap pemerintah Taliban Afghanistan menjadi baik dan oknum dapat ditindaklanjut dengan tata cara yang benar.
Dalam operasi pencarian tersebut, pihak berwenang Afghanistan mengatakan bahwa Taliban berhasil menemukan dua korban penculikan selama operasi dan juga membebaskan dua gadis remaja yang mereka temukan dirantai di ruang bawah tanah.[10] Dukungan dari masyarakat terhadap kekuatan militer juga menjadi hal penting bagi berlangsungnya pemerintahan sebuah negara. Taliban yang masih erat dengan citranya yang cukup buruk dapat memanfaatkan pembentukan kekuatan militer ini bahwa Taliban saat ini telah berubah.
[1] “Taliban to create Afghanistan ‘grand army’ with old regime troops”, Al Jazeera, 22 Februari 2022, https://www.aljazeera.com/news/2022/2/22/taliban-create-grand-army-afghanistan-old-regime-troops
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Zia Ur Herman, “Taliban quietly forming regular army to make Afghanistan a state”, Nikkei Asia, 12 Desember 2021, https://asia.nikkei.com/Politics/International-relations/Afghanistan-turmoil/Taliban-quietly-forming-regular-army-to-make-Afghanistan-a-state
[5] Ibid.
[6] Caspar W. Weinberger (1984), “The Use of Military Power”, Frontline by Public Broadcasting Service, https://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/military/force/weinberger.html
[7] Alaibo Sinikiem Johnson, “Military Power and the Use of Force in International Politics: A Realist Perspective”, 1 Mei, 2021, International Journal of Comparative Studies in International Relations and Development, Volume 7, No. 1.
[8] “Nearly 400 civilians killed in Afghanistan under Taliban rule: UN”, Al Jazeera, 7 Maret 2022, https://www.aljazeera.com/news/2022/3/7/un-400-civilians-killed-in-afghanistan-under-taliban-rule
[9] “Taliban conducting house-to-house sweep across Afghan capital”, Al Jazeera, 27 Februari 2022, https://www.aljazeera.com/news/2022/2/27/taliban-conducting-house-to-house-sweep-across-afghan-capital
[10] Ibid.