Pada Minggu, 3 April 2022, Taliban mengumumkan pelarangan budidaya narkotika di Afghanistan, negara produsen opium terbesar. “Sesuai keputusan pemimpin tertinggi Imarah Islam Afghanistan, semua warga Afghanistan diberitahu bahwa mulai sekarang, penanaman opium telah dilarang keras di seluruh negeri,” menurut perintah dari pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada.
“Jika ada yang melanggar keputusan tersebut, tanaman (opium) akan segera dimusnahkan dan pelanggar akan diperlakukan sesuai dengan hukum Syariah,” perintah tersebut diumumkan pada konferensi pers oleh Kementerian Dalam Negeri di Kabul. Menyusul keputusan tersebut, penjabat Wakil Perdana Menteri Afghanistan, Abdul Salam Hanafi mendesak masyarakat internasional untuk bekerja sama dengan Afghanistan terkait rehabilitasi pecandu narkotika dan membantu petani “mengalihfungsikan” lahannya untuk tanaman lain selain opium, dilansir dari kantor berita lokal Afghanistan, TOLO News.
Dilansir dari CNN, memang pengendalian narkoba telah menjadi salah satu tuntutan utama komunitas Islam internasional kepada Taliban yang sedang mencari pengakuan internasional. Pada tahun 2000, Taliban sendiri pernah melarang budidaya opium, namun mendapat kritikan keras dari masyarakat karena tanaman tersebut merupakan komoditas yang laku di pasar. Namun, setelah AS mulai berkuasa pada tahun 2001, para petani di banyak bagian negara itu kembali memproduksi opium.
Bunga poppy yang menghasilkan opium adalah sumber pendapatan utama dan pekerjaan harian yang menghasilkan lebih dari $300 dolar AS perbulannya untuk tiap petani. Washington menghabiskan lebih dari $8 miliaruntuk mencoba memberantas produksi opium di Afghanistan selama perang hampir 20 tahun. Hampir 80% produkopium Afghanistan sendiri mencapai pasar gelap Eropa melalui Asia Tengah dan Pakistan
Pada tahun 2017, produksi opium Afghanistan mencapai diperkirakan bernilai $ 1,4 miliar dolar pada tahun 2017 menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, dilansir dari Reuters. Hal ini terjadi karena kondisi ekonomi masyarakat Afghanistan yang terjun bebas akibat instabilitas politik. Masyarakat di wilayah tenggara Afghanistan memilih untuk menggiatkan penanaman opium dibandingkan tanaman legal.
Larangan penanaman opium ini tampaknya akan semakin memperburuk perekonomian warga Afghanistan.Sumber-sumber Taliban mengatakan kepada Reuters bahwa mereka mengantisipasi perlawanan keras dari beberapa elemen masyarakat terhadap larangan opium karena kondisi ekonomi.
Seorang petani di Provinsi Helmand, Afghanistan mengatakan bahwa dalam beberapa pekan terakhir harga opium telah naik lebih dari dua kali lipat karena rumor bahwa Taliban akan melarang penanamannya. Disamping efek dari tanaman poppy sendiri, petani itu tetap memilih untuk menanam opium karena memiliki keluarga yang perlu dinafkahi. Ia juga menyampaikan bahwa “Tanaman lain tidak menguntungkan”. Penduduk dengan tingkat ekonomi yang rendah sering menggunakan opium sebagai bahan barter dengan bahan pokok.
Mengapa Taliban akhirnya melarang penanaman opium? Selain larangan secara agama, Taliban juga berusaha untuk meyakinkan bahwa Afghanistan di bawah pemerintahan Taliban bekerja untuk memperbaiki negara pimpinannya itu. Hal ini dapat menjadi argumen kuat bahwa Taliban kali ini tidak seperti Taliban sebelumnya dan berharap bisa mendapatkan pengakuan dari lebih banyak negara.