Taliban telah melarang wanita dari universitas di Afghanistan, memicu kecaman internasional dan keputusasaan di kalangan anak muda di negara itu. Menteri pendidikan tinggi mengumumkan regresi pada hari 20 Desember 2022, dengan mengatakan kebijakan itu akan segera berlaku.
Larangan itu semakin membatasi pendidikan perempuan. Beberapa wanita melakukan protes di ibu kota Kabul pada hari 21 Desember 2022 lalu. Namun, demonstrasi kecil dengan cepat dibubarkan oleh pejabat Taliban.
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara telah mengutuk perintah tersebut, yang membawa Afghanistan kembali ke periode pertama pemerintahan Taliban ketika anak perempuan tidak dapat menerima pendidikan formal. Pelapor Khusus PBB untuk Afganistan mengatakan itu adalah “pelanggaran baru yang semakin melanggar hak atas pendidikan yang setara dan memperdalam penghapusan perempuan dari masyarakat Afganistan.”
Namun di negara tetangga Pakistan, menteri luar negeri mengatakan meski dia “kecewa” dengan keputusan Taliban, dia masih menganjurkan keterlibatan. Taliban telah menjanjikan aturan yang lebih lunak setelah merebut kekuasaan tahun lalu menyusul penarikan AS dari negara itu. Namun para Islamis garis keras terus memutar balik hak dan kebebasan perempuan di negara tersebut.
Pemimpin Taliban, Hibatullah Akhundzada dan lingkaran dalamnya menentang pendidikan modern terutama untuk perempuan. Sikap ini ditentang oleh pejabat yang lebih moderat, dan analis mengatakan masalah ini telah menjadi titik perpecahan faksi sepanjang tahun.
Kementerian pendidikan mengatakan para sarjananya telah mengevaluasi kurikulum dan lingkungan universitas, dan kehadiran untuk anak perempuan akan ditangguhkan “sampai lingkungan yang sesuai” tersedia.
Padahal pada bulan Maret lalu, Taliban telah berjanji untuk membuka kembali beberapa sekolah menengah untuk anak perempuan tetapi kemudian membatalkan langkah tersebut pada hari mereka akan kembali. Tindakan keras itu juga mengikuti kebijakan pembatasan baru terhadap perempuan dalam beberapa bulan terakhir. Pada November, perempuan dilarang masuk ke taman, gimnasium, dan pemandian umum di ibu kota.
Taliban baru tiga bulan lalu mengizinkan ribuan anak perempuan dan perempuan untuk mengikuti ujian masuk universitas di sebagian besar provinsi di seluruh negeri. Tetapi ada batasan pada mata pelajaran yang dapat mereka ambil, seperti teknik, ekonomi, ilmu kedokteran hewan dan pertanian diblokir dan jurnalisme sangat dibatasi.
Sebelum pengumuman pelarangan perempuan untuk masuk universitas, universitas di Afghanistan telah beroperasi di bawah aturan diskriminatif bagi perempuan sejak pengambilalihan Taliban pada 2021. Ada pintu masuk dan ruang kelas yang disekat berdasarkan jenis kelamin, dan siswa perempuan hanya dapat diajar oleh profesor perempuan atau laki-laki tua.