Pada 22 Oktober 2025 Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Swedia Ulf Kristersson di Linkopping untuk membahas tentang kerja sama pertahanan antara kedua negara serta implementasi dari PURL Initiative yang digagas oleh Traktat Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mempercepat pengiriman persenjataan canggih kepada Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU). Dalam kunjungan tersebut Presiden Zelenskyy mengunjungi pabrik Saab untuk melihat bagaimana pesawat tempur JAS-39E Gripen dapat berkontribusi dalam menghadapi serangan udara yang dilancarkan Angkatan Udara Rusia (VKS). Tidak lama setelah kunjungan tersebut rampung PM Ulf mengumumkan dalam sebuah konferensi pers bahwa kedua negara telah menandatangani sebuah nota kesepahaman (MoU) pembelian 100 hingga 150 JAS-39E Gripen untuk memperkuat armada pesawat tempur Angkatan Udara Ukraina (UAF).
Keputusan untuk membeli pesawat tempur JAS-39E Gripen merupakan perkembangan positif karena UAF membutuhkan pesawat tempur yang dapat menggantikan warisan dari era Uni Soviet seperti MiG-29UB Fulcrum, Su-27/30 Flanker, Su-24 Fencer, dan Su-25 Frogfoot. Seluruh pesawat tempur tersebut perlu diganti karena persenjataan warisan Uni Soviet memiliki kekurangan besar sehingga mereka tidak mampu menghadapi lawan modern yang digunakan oleh VKS di wilayah udara Ukraina seperti Su-35 Flanker-E dan Su-34 Fullback. Kekurangan tersebut diantaranya adalah radar dengan jarak deteksi terbatas dan kurang canggih dibandingkan pesawat tempur VKS. Kedua hal tersebut merupakan bahaya besar bagi pilot UAF, keterbatasan tersebut membuat mereka rentan terhadap serangan musuh yang memiliki radar dengan jarak deteksi lebih jauh seperti Su-35 milik VKS. Selain keterbatasan jarak deteksi, radar yang digunakan oleh pesawat tempur Ukraina era Uni Soviet masih menggunakan sistem semi-active radar homing (SARH). Sistem ini merupakan kekurangan signifikan di era rudal anti-udara yang memiliki kapabilitas fire and forget di mana pesawat yang menembakkan rudal harus memandu misil secara manual menggunakan pemancar radar. Hal ini membuat pesawat tempur yang menembakkan misil berada dalam posisi rentan karena mereka tidak bisa melakukan manuver untuk menghindar dari serangan musuh sebelum rudal kena atau meleset dari target.
Untuk mengatasi disparitas kekuatan tersebut UAF membutuhkan pesawat tempur baru yang memiliki radar dengan jarak deteksi yang cukup jauh dibandingkan dengan armada warisan Uni Soviet. Kapabilitas ini merupakan sebuah keharusan karena saat ini pertempuran udara ditentukan oleh pihak yang mampu menjatuhkan lawan di luar jangkauan mata (BVR). Selanjutnya pesawat tempur tersebut harus memiliki kapabilitas multiguna dan mampu mengangkut rudal anti-udara canggih dengan kapabilitas fire and forget yang saat ini digunakan negara anggota NATO seperti AIM-120 AMRAAM, MBDA Meteor, IRIS-T, dan AIM-9 Sidewinder. Kapabilitas ini diperlukan oleh UAF untuk menghadapi aset udara VKS, karena dengan adanya kapabilitas fire and forget pesawat tempur UAF dapat meluncurkan rudal sekaligus menghindar dari serangan musuh. Selain memiliki kapabilitas multiguna dan BVR memadai, pesawat tempur baru tersebut juga mampu beroperasi di wilayah dengan infrastruktur terbatas. Saat ini Ukraina tidak bisa menempatkan seluruh aset udara pangkalan udara mereka karena VKS secara konsisten berusaha untuk menggerus armada pesawat tempur UAF dengan menargetkan pesawat yang berada di hanggar dan landasan pacu.
Berdasarkan seluruh kebutuhan tersebut pembelian pesawat tempur JAS-39E Gripen yang memiliki beberapa ciri khas sesuai realita perang udara di Ukraina merupakan pilihan tepat bagi UAF. Salah satu ciri khas pesawat tempur tersebut, memiliki desain yang membuatnya mampu untuk beroperasi di wilayah dengan infrastruktur terbatas. Ciri khas tersebut membuat pesawat JAS-39E Gripen cocok untuk UAF karena mereka dapat melakukan perbaikan berkala, pengisian bahan bakar, dan mempersenjatai kembali pesawat tersebut tanpa harus mendarat di pangkalan udara. Hal ini merupakan sebuah keuntungan bagi Ukraina karena armada pesawat tempur mereka akan lebih sulit dideteksi dan dihancurkan oleh aset udara VKS, tambahan pula setiap jalan raya yang ada di negara tersebut memiliki potensi untuk menjadi sebuah landasan pacu. Selain ketangguhan, pesawat tempur JAS-39E Gripen juga dapat mengangkut rudal anti-udara paling canggih yang saat ini telah digunakan oleh negara NATO. Hal ini dapat memberikan UAF keunggulan dalam menghadapi aset udara VKS karena kapabilitas fire and forget yang dimiliki oleh rudal tersebut membuat JAS-39E mampu dalam melancarkan serangan BVR tanpa harus memandu misil sehingga sang pilot pesawat tempur hanya perlu fokus untuk menghindar dari serangan yang dilancarkan musuh. Terakhir, pesawat tempur ini dilengkapi dengan radar PS-05 yang memiliki jarak deteksi jauh dan mampu mengunci puluhan target sekaligus. Adanya kemampuan tersebut, menjadikan UAF dapat menghancurkan salvo drone atau rudal penjelajah yang ditembakkan VKS ke fasilitas strategis mereka, sehingga merupakan potensi keunggulan bagi UAF dalam operasi pertahanan udara.