1000 Hari Invasi Rusia Terhadap Ukraina: Pelajaran Penting Yang Terlupakan
Pada 19 November 2024 Ukraina memperingati 1000 hari sejak pasukan Rusia melancarkan invasi terhadap negara mereka. Dalam sebuah pidato video yang disiarkan di dalam sesi khusus Parlemen Eropa (EPP) Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menekankan pentingnya bagi Eropa untuk terus menekan Presiden Rusia Vladimir Putin agar perang ini dapat berakhir dengan sebuah perdamaian yang adil (just peace). Selain itu Zelenskyy juga mendorong negara-negara Eropa untuk mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh untuk menghancurkan pangkalan udara, pusat logistik, markas komando, dan infrastruktur militer Rusia. Sementara itu di Ukraina sendiri Kepala Staf Angkatan Bersenjata Ukraina (AFU) Oleksandr Syrskyi menyampaikan bahwa AFU sedang menghadapi musuh di garis depan yang memiliki panjang lebih dari 1000 km. Beberapa hari sebelumnya Ukraina menghadapi serangan udara terbesar yang dilancarkan oleh Rusia, serangan tersebut menargetkan sektor energi Ukraina dan mengakibatkan pemadaman listrik di berbagai daerah.
Selain itu Ukraina juga menghadapi kemungkinan bahwa salah satu negara sekutu mereka, Amerika Serikat, akan mengurangi atau menghentikan bantuan finansial dan militer yang diberikan. Kemungkinan ini merupakan suatu realita yang harus dihadapi oleh Ukraina sejak pasangan Donald Trump dan J.D Vance memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat pada 6 November 2024. Dalam pidato kemenangannya Donald Trump menyatakan keinginannya untuk menghentikan perang di Ukraina. Untuk mencapai hal tersebut terdapat kemungkinan Trump akan mengurangi atau mengakhiri bantuan militer Amerika Serikat terhadap Ukraina karena sebelumnya Donald Trump pernah mengkritik Zelenskyy sebagai pencetus perang tersebut karena Ukraina tidak memberikan konsesi terhadap Rusia. Selain itu beberapa sekutu dan loyalis politik Donald Trump mengkritik bantuan militer yang diberikan Amerika Serikat kepada Ukraina. Walaupun saat ini belum diketahui kebijakan luar negeri yang Trump akan lakukan untuk mengakhiri invasi Rusia terhadap Ukraina, retorika yang diberikan membuka kemungkinan berkurangnya bantuan militer terhadap Ukraina.
Kemungkinan ini merupakan bahaya bagi Ukraina karena saat ini AFU kesulitan membendung kemajuan pasukan Rusia di wilayah Donbass, dekat Kota Kupyansk di utara, dan dekat Vuhledar di selatan. Kesulitan ini terjadi karena tiga hal yaitu alokasi sumber daya manusia terbatas yang tidak efisien, kekurangan amunisi untuk persenjataan berat seperti peluncur roket dan artileri, serta bantuan material yang diberikan oleh China dan bantuan pasukan yang dikirimkan Korea Utara. Untuk menghadapi kemungkinan tersebut sekutu Ukraina di Eropa sedang mempersiapkan diri untuk terus mendukung Ukraina jika Amerika Serikat dibawah pimpinan Donald Trump memutuskan untuk mengurangi atau menghentikan pengiriman bantuan militer dengan meningkatkan kapasitas industri pertahanan mereka dalam memproduksi senjata dan amunisi. Komitmen ini dapat membantu Ukraina, akan tetapi tidak dapat sepenuhnya menutup kekurangan yang terbentuk jika Amerika Serikat memutuskan untuk menghentikan bantuan militer kepada Ukraina. Untuk menutupi kekurangan tersebut Ukraina dapat meningkatkan kapasitas industri pertahanan mereka untuk memproduksi senjata dan amunisi, serta melanjutkan program pengembangan senjata strategis seperti rudal balistik jarak pendek (SRBM) Hrim-2 dan senjata lain yang bisa menjadi force multiplier di medan pertempuran. Seluruh hal tersebut diperlukan karena kemenangan Donald Trump merupakan pelajaran penting bagi Ukraina untuk tidak terlalu bergantung terhadap sekutu mereka karena politik domestik dari negara sekutu dapat menentukan apakah mereka dapat diandalkan atau tidak.
Selain itu pelajaran penting lain yang berkaitan dengan keharusan untuk meningkatkan kapasitas industri pertahanan dalam negeri adalah realita bahwa invasi Rusia terhadap Ukraina berbeda dengan perang global melawan terorisme (GWOT). Fokus utama dalam GWOT adalah untuk melawan kelompok teroris menggunakan counterinsurgency (COIN). Dalam GWOT negara tidak memerlukan kapasitas industri pertahanan besar karena kekuatan militer kelompok teroris seperti Boko Haram, Al-Qaeda, dan Negara Islam Iraq dan Suriah (ISIS) dapat dihancurkan dengan mengerahkan kekuatan terbatas dalam waktu yang relatif cepat. Sementara itu invasi Rusia terhadap Ukraina merupakan perang industri, sebuah tipe perang yang terlupakan oleh Ukraina, Amerika Serikat, dan Eropa sejak 1945 akibat deindustrialisasi. Dalam perang industri negara harus memiliki kapasitas industri pertahanan masif karena kemenangan total hanya dapat tercapai jika mereka bisa memproduksi dan mengerahkan lebih banyak senjata, amunisi, dan peralatan pendukung dibandingkan musuh. Perang industri sendiri cenderung jangka panjang karena atrisi (attrition rate) nya secara berkala akan mengikis kekuatan negara dengan industri lebih lemah. Contoh paling nyata dari ini adalah Teater Pasifik Perang Dunia 2. Dalam teater tersebut Amerika Serikat berhasil menghancurkan kekuatan maritim dan udara Kekaisaran Jepang berkat kekuatan industri mereka yang memproduksi 513 kapal perang dan 325 ribu pesawat tempur dari Desember 1941 hingga Agustus 1945, sementara Jepang di waktu yang sama hanya bisa memproduksi 171 kapal perang dan 76 ribu pesawat tempur.