Gabon Gelar Referendum Konstitusi Satu Tahun Setelah Kudeta Militer
Pada 16 November 2024 Junta Militer Gabon yang bernama Komite Transisi dan Restorasi Institusi (CTRI) menyelenggarakan sebuah referendum untuk menentukan pembentukan konstitusi baru yang akan digunakan negara tersebut. Dalam referendum tersebut 91 persen pemilih menyetujui pembentukan konstitusi baru dengan jumlah pemilih (turnout) sebanyak 53,5 persen dari seluruh populasi Gabon. Dalam konstitusi baru terdapat beberapa poin penting yang menarik perhatian pengamat seperti penghapusan jabatan perdana menteri, pembentukan sistem pemerintahan presidensial, batasan masa jabatan, dan pembasmian politik dinasti. Selain itu konstitusi baru Gabon juga melarang warga negara yang memiliki kewarganegaraan ganda dalam waktu tiga tahun setelah mereka mengajukan diri untuk berpartisipasi dalam pemilu. Sebelum referendum diselenggarakan CTRI mendeklarasikan hari libur selama dua hari dan memberikan pemilih kebebasan untuk mengikuti referendum di TPS berbeda untuk menghindari bahaya musim hujan.
Referendum konstitusi ini dianggap penting oleh pemimpin CTRI Presiden Brice Oligui Nguema karena dalam sebuah pernyataan dia mendorong warga Gabon untuk tidak abstain. Setelah hasil dari referendum diumumkan oleh Mahkamah Agung (MA) Presiden Nguema menyampaikan di media sosial X/Twitter bahwa hal ini merupakan kemenangan bagi demokrasi dan langkah bersejarah bagi pemulihan institusi. Selain itu Keuskupan Katolik Gabon menyatakan bahwa referendum tersebut merupakan langkah pertama untuk pemulihan demokrasi. Keuskupan Katolik Gabon juga memuji mekanisme yang dibuat untuk pembentukan konstitusi seperti kontribusi inklusif dan dialog nasional. Akan tetapi hal ini tidak berarti konstitusi baru Gabon sepenuhnya diterima karena terdapat oposisi seperti serikat pekerja Dynamique Unitaire yang mendorong masyarakat untuk memberikan suara “tidak”. Oposisi ini terbentuk karena mereka menganggap konstitusi baru memberikan presiden kekuasaan terlalu besar. Menurut seorang pengacara, Marlene Fabienne Essola Efountame, konstitusi ini dibuat untuk mengakomodasi seorang diktator.
Presiden Brice Oligui Nguema diangkat sebagai presiden Gabon setelah dia mengkudeta Presiden Ali Bongo Ondimba pada 30 Agustus 2023, tak lama setelah memenangkan pemilu yang dianggap curang oleh partai oposisi. Kudeta yang dilakukan oleh Nguema yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Garda Republik mengakhiri kekuasaan dinasti politik keluarga Bongo yang sudah berkuasa selama 55 tahun. Setelah diangkat sebagai presiden Nguema berjanji untuk mengadakan pemilu dan memulihkan demokrasi di Gabon namun dia mengatakan hal tersebut membutuhkan waktu agar kesalahan yang dilakukan pemerintahan sebelumnya tidak terulang.