Kembali Menjadi Presiden AS, Bagaimana Langkah Trump Terkait Palestina?
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat ke-45 dari tahun 2017 hingga 2020, kembali meraih kemenangan sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 tahun 2024. Berdasarkan penghitungan New York Times[1], Trump mengamankan 51 persen atau sekitar 71 juta suara populer serta 277 suara elektoral dari total 538, mengalahkan lawannya, Kamala Harris.
Dalam hal konflik Israel-Palestina, AS sebelumnya sering dikritik atas dukungannya kepada Israel, terutama sejak negara tersebut meningkatkan serangannya terhadap Palestina. Yon Machmudi, Guru Besar Hubungan Internasional Universitas Indonesia, mengemukakan bahwa Trump tidak menjadikan Palestina sebagai prioritas dalam kebijakan luar negerinya; dimana menurutnya, Trump justru secara terang-terangan mendukung Israel dan tidak memiliki komitmen pada solusi dua negara—kerangka yang disepakati komunitas internasional untuk menyelesaikan konflik tersebut dengan membentuk dua negara berdampingan yang saling mengakui kedaulatan.
Yon memperkirakan kebijakan Trump akan semakin mempersulit tercapainya solusi dua negara dan mewujudkan negara Palestina yang merdeka. Yon juga menambahkan bahwa Trump kemungkinan besar akan melanjutkan proposal “Deal of the Century,” yang berisi peta jalan versi pemerintahan Partai Republik untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.
Apa itu Deal of the Century?
Deal of the Century adalah rencana perdamaian yang diusulkan oleh Donald Trump pada tahun 2020 untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Deal of the Century merupakan kerangka umum yang menawarkan penyelesaian final masalah perbatasan, status negara Palestina, status Yerusalem, dan pengungsi yang diklaim oleh Trump sebagai tawaran yang adil bagi kedua pihak[2]. Namun demikian, Deal of the Century mencakup beberapa poin kontroversial[3], dimana proposal tersebut disambut baik oleh Israel, namun ditolak keras oleh pihak Palestina, dengan menganggapnya berat sebelah dan menguntungkan Israel[4]. Zuhair Al Shun, Duta Besar Palestina untuk Indonesia, juga menyatakan bahwa usulan tersebut hanyalah “kesepakatan terburuk” bagi Palestina. Sementara itu, pengamat hubungan internasional lainnya dari Universitas Indonesia, Sya’roni Rofii, mengatakan bahwa Deal of the Century cenderung berfokus pada penciptaan perdamaian melalui ekonomi;
Dalam perspektif konstruktivisme, hubungan internasional dipahami bukan hanya sebagai interaksi yang didasari kepentingan material, tetapi juga sebagai hasil dari nilai-nilai, identitas, persepsi, dan norma yang dibangun oleh aktor-aktor negara[5]. Ketika diterapkan pada kebijakan luar negeri Trump terkait Israel-Palestina, konstruktivisme menjelaskan bagaimana persepsi ideologis dan norma-norma pro-Israel dalam pemerintahan AS membentuk pendekatan kebijakan luar negeri yang mendukung posisi Israel secara konsisten, dalam uraian berikut:
Identitas AS sebagai Sekutu Israel
Identitas Amerika Serikat sebagai sekutu utama Israel telah lama terbentuk melalui sejarah kerja sama yang erat dalam bidang ekonomi, militer, dan politik. Pemerintahan Trump melanjutkan dan memperkuat identitas ini dengan memberikan dukungan penuh pada kepentingan Israel, termasuk pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota. Hal ini bukan hanya didasari kepentingan strategis, tetapi juga persepsi yang mendalam bahwa Israel adalah sekutu alami dan “tangguh” AS di kawasan Timur Tengah. Bagi konstruktivisme, identitas ini mempengaruhi pandangan Trump dalam mendefinisikan apa yang dianggap sebagai solusi “damai,” yang mana lebih berfokus pada keuntungan bagi Israel.
Norma Kebijakan Luar Negeri Pro-Israel
Di bawah pemerintahan Trump, norma kebijakan luar negeri pro-Israel diperkuat melalui inisiatif seperti “Deal of the Century.” Konstruktivisme menunjukkan bahwa norma-norma ini bukan sekadar respons terhadap kondisi objektif, tetapi merupakan hasil dari konstruksi sosial yang berakar pada kepercayaan bahwa aliansi dengan Israel memperkuat posisi AS di Timur Tengah. Norma ini juga terlihat dalam pendekatan Trump yang tidak terlalu memprioritaskan solusi politik, melainkan lebih menekankan hubungan ekonomi sebagai jalan untuk mencapai perdamaian.
Persepsi Ekonomi sebagai Solusi Perdamaian
Pandangan Trump bahwa ekonomi dapat menjadi sarana utama menuju perdamaian di Timur Tengah mencerminkan narasi atau konstruksi tertentu terhadap konsep “perdamaian.” Dalam perspektif konstruktivisme, ini adalah contoh bagaimana narasi dapat membentuk persepsi dan, pada gilirannya, kebijakan. Dengan menawarkan pembangunan ekonomi sebagai jalan utama menuju perdamaian, Trump seolah membangun persepsi bahwa masalah Palestina-Israel lebih bersifat ekonomi ketimbang politik atau kedaulatan. Pandangan ini mengabaikan tuntutan politik Palestina atas hak kedaulatan dan keadilan yang juga merupakan bagian penting dari proses perdamaian.
Jika melihat pemerintahan Donald Trump sebelumnya, kemungkinan untuk tetap memperkuat pendekatan pro-Israel dalam kebijakan luar negeri di masa pemerintahannya pun hadir. Identitas AS sebagai sekutu utama Israel akan tetap menonjol, mengingat persepsi yang kuat dalam pemerintahan Trump bahwa menjaga kedekatan dengan Israel memperkuat stabilitas AS di Timur Tengah, yang mungkin dapat mengakibatkan lebih banyak tekanan diplomatik pada Palestina untuk menerima kompromi berbasis ekonomi daripada tuntutan kedaulatan atau keadilan. Namun demikian, disisi lain, Sya’roni Rofii, pengamat Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia memprediksi bahwa Trump akan memberikan sesi khusus untuk membahas isu Israel-Palestina serta mitra-mitra AS di Timur Tengah.
[1] The New York Times. (2024, November 5). Kamala Harris vs. Donald Trump: Latest Polls in 2024 Presidential Election. The New York Times, from https://www.nytimes.com/interactive/2024/us/elections/polls-president.html
[2] Broto Wardoyo, “Proposal ‘Deal of the Century’ Dan Dampaknya Bagi Proses Perdamaian Palestina-Israel,” Andalas Journal of International Studies (AJIS) 10, no. 2 (2021).
[3] CNN Indonesia. (2024, November 7). Menerka Langkah AS soal Palestina saat Trump jadi Presiden. CNN Indonesia, from https://www.cnnindonesia.com/internasional/20241107082722-134-1163854/trump-menang-pilpres-as-bagaimana-langkah-as-soal-palestina/1
[4] FISIP UI. (2021, June 22). Konflik Palestina-Israel: Indonesia Terus Mendorong Negosiasi Perdamaian Multilateral – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Indonesia. Fisip UI, 2024, from https://fisip.ui.ac.id/proyeksi-masa-depan-hubungan-palestina-israel-dan-posisi-indonesia/
[5] Theys, S. (2018, February 23). Introducing Constructivism in International Relations Theory. E-International Relations, from https://www.e-ir.info/2018/02/23/introducing-constructivism-in-international-relations-theory/