Kepala CIA memperingatkan bahwa China sepertinya berencana untuk “menggunakan” kekuatannya di Taiwan, dimotivasi oleh tindakan Rusia di Ukraina, membuat Beijing memperhitungkan terkait kapan, bagaimana, dan apakah China akan menyerang Taiwan.
Direktur Badan Intelijen Pusat AS, William Burns mengatakan pada 20 Juli 2022 bahwa China mungkin melihat di Ukraina bahwa “Anda tidak mencapai kemenangan yang cepat dan menentukan dengan kekuatan yang tidak seberapa” dilansir dari Al Jazeera. Burns berkata di Forum Keamanan Aspen bahwa China “gelisah” ketika melihat perang lima bulan Rusia di Ukraina, yang ia sebut sebagai “kegagalan strategis” bagi Presiden Vladimir Putin karena ia berharap untuk menggulingkan pemerintah Kyiv dalam waktu seminggu. “Saya menduga pelajaran yang diambil oleh kepemimpinan dan militer China adalah bahwa Anda harus mengumpulkan kekuatan yang luar biasa jika Anda akan merenungkannya di masa depan,” lanjut Burns.
AS sendiri menyebut China sebagai saingan strategis utamanya dan mengatakan keterlibatan tingkat tinggi penting untuk menjaga hubungan yang sulit itu tetap stabil dan mencegah terjadinya konflik. Di sisi lain, ketegangan antara Beijing dan Washington meningkat ketika Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS berencana mengunjungi Taiwan bulan depan dan kapal perusak USS Benfold yang kini dalam perjalanan melalui Selat Taiwan.
Beijing mengatakan akan menanggapi rencana perjalanan oleh pihak AS itu dengan “langkah-langkah tegas” jika dilanjutkan. Hal ini langsung diberi tanggapan oleh Presiden AS bahwa ia meragukan perjalanan tersebut. “Saya pikir militer menganggap itu bukan ide yang baik saat ini, tetapi saya tidak tahu apa statusnya,” kata Biden dilansir dari Al Jazeera.
Burns sendiri mengatakan bahwa spekulasi bahwa China akan menyerang Taiwan mengecil, namun resikonya menjadi lebih tinggi. “Saya tidak akan meremehkan tekad Presiden Xi untuk menegaskan kendali China atas Taiwan”, katanya. Pernyataan ini dijawab oleh duta besar China untuk AS, Qin Gang yang mengatakan bahwa Beijing lebih memilih cara “penyatuan kembali secara damai” , tetapi Gang kemudian menuduh AS mendukung pasukan “kemerdekaan” di Taiwan. “Hanya dengan berpegang teguh pada kebijakan Satu-China, hanya dengan bergandengan tangan untuk membatasi dan menentang kemerdekaan Taiwan, kita dapat memiliki reunifikasi damai,” katanya.