Sekretaris Jenderal the North Atlantic Treaty Organization (NATO) Jens Stoltenberg bertemu dengan pejabat tinggi Korea Selatan di Seoul sebelum mengunjungi Jepang. Stoltenberg dijadwalkan melakukan kunjungan tersebut dari tanggal 29 Januari 2022 hingga 1 Februari 2023.
Dilansir dari laman NATO, Stoltenberg akan berada di Seoul pada 29 dan 30 Januari dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Park Jin, Menteri Pertahanan Nasional Lee Jong-Sup, dan pejabat senior lainnya. Dia juga akan memberikan sambutan di CHEY Institute, dan berpartisipasi dalam upacara peletakan karangan bunga di Pemakaman Nasional.
Selanjutnya, Sekjen NATO akan berada di Tokyo dari 30 Januari hingga 1 Februari dan akan bertemu dengan Perdana Menteri Fumio Kishida dan pejabat senior lainnya. Ia juga akan menyampaikan sambutan di Universitas Keio.
Kunjungan kedua negara ini bertujuan untuk mengatasi ancaman keamanan dari Korea Utara dan China. Baik Korea Selatan dan Jepang telah berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan NATO di tengah ancaman nuklir dan rudal dari Korea Utara dan meningkatnya ketegangan dengan China.
Kunjungan ke Korsel, bahas program nuklir Korut
Selama pertemuannya dengan menteri luar negeri Korea Selatan Park Jin, Stoltenberg membahas program nuklir dan rudal Korea Utara yang “gegabah.” Dia mengatakan Eropa dan Asia “saling berhubungan” karena Stoltenberg yakin Korea Utara membantu Rusia dalam perangnya di Ukraina.
Stoltenberg juga menunjuk meningkatnya ancaman keamanan dari China sebagai alasan perjalanannya ke Asia-Pasifik.
NATO mengatakan pada Korea Selatan bahwa baik NATO dan Korsel memiliki nilai ‘bersama’
Park bersumpah solidaritas dengan NATO, menekankan “nilai-nilai bersama” antara negara-negara NATO dan Korea Selatan.
“Mengingat tantangan global yang belum pernah terjadi sebelumnya, kami percaya bahwa solidaritas di antara negara-negara yang memiliki nilai bersama seperti nilai kebebasan, demokrasi, dan supremasi hukum lebih penting dari sebelumnya,” kata Park Jin.
Korea Selatan membuka misi diplomatik untuk NATO pada bulan November, dan berjanji untuk memperkuat koordinasi dalam isu-isu seperti non-proliferasi dan cyberterrorism.
Berkaitan dengan kunjungan ini, kantor berita Korea Selatan menyatakan bahwa sumber tepercaya menyatakan bahwa Korea Utara mengkritik kunjungan Sekjen NATO ke Korea Selatan dan menilainya sebagai “awal perang,” dan membawa “awan gelap Perang Dingin baru ke kawasan Asia-Pasifik.”
Strategi Info-Pasifik, fokus pada China
Choo Jae-woo, seorang profesor studi Tiongkok di Universitas Kyung Hee di Seoul, mengatakan bahwa kemungkinan besar kunjungan NATO ke Asia akan membahas tujuan negara-negara tersebut dalam strategi Indo-Pasifik mereka, dengan pembicaraan yang sebagian besar berfokus pada Tiongkok.
Choo berharap pembicaraan itu menjadi awal dialog di masa depan tentang keamanan dan membangun saluran komunikasi dengan kedua negara.
Tokyo dan Seoul – yang memiliki ketegangan sendiri atas kerja paksa selama Perang Dunia II – telah memperkuat hubungan dengan mitra Barat mereka, terutama Washington, di Indo-Pasifik.
Selanjutnya, menurut Neil Thomas, seorang analis senior untuk China dan Asia Timur Laut di Eurasia Group, sebuah konsultan risiko politik, melihat bahwa kemitraan yang berkembang antara NATO dan Korea Selatan dan Jepang mencerminkan “kekhawatiran bersama tentang pembangunan militer China dan ambisi keamanan di Indo-Pasifik.”
Dia mengatakan langkah-langkah baru untuk meningkatkan kerja sama dan dialog dapat mencakup domain keamanan non-tradisional seperti keamanan siber dan perang ekonomi.