Jepang pada akhir Januari 2023 meluncurkan rencana keamanan nasional baru yang menandakan pembangunan militer terbesar negara itu sejak Perang Dunia II, menggandakan pengeluaran pertahanan dan membelok dari konstitusi pasifisnya dalam menghadapi meningkatnya ancaman dari saingan regional.
Dalam pidato Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pemerintah telah menyetujui tiga dokumen keamanan yaitu Strategi Keamanan Nasional (NSS), Strategi Pertahanan Nasional, dan Rencana Pengembangan Angkatan Pertahanan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Jepang di tengah meningkatnya lingkungan keamanan yang tidak stabil.
Langkah-langkah baru tersebut mencakup ketentuan yang akan memungkinkan Jepang untuk memiliki kemampuan serangan balik, serta kemampuan untuk secara langsung menyerang wilayah negara lain dalam keadaan darurat. Jepang menggambarkan salah satu saingannya, China sebagai “tantangan strategis terbesarnya,” lapor lembaga penyiaran publik NHK. China telah mengembangkan angkatan laut dan udaranya di daerah dekat Jepang sambil mengklaim Kepulauan Senkaku, rangkaian tak berpenghuni yang dikendalikan Jepang di Laut China Timur, sebagai wilayah kedaulatannya.
Sementara Jepang dianggap memiliki salah satu militer paling modern dan kuat di dunia, persenjataannya dirancang untuk menyerang musuh di dekat pulau-pulaunya. Tetapi strategi pertahanan baru, yang dikatakan penyiar publik NHK awal pekan ini akan memberi Tokyo senjata seperti rudal Tomahawk buatan AS, yang dapat menyerang pangkalan dari kemungkinan musuh seperti China, Korea Utara, atau Rusia dapat menyerang wilayah Jepang.
Strategi pertahanan baru Tokyo mendapat pujian dari sekutu No. 1, Amerika Serikat yang berbagi perjanjian pertahanan bersama dengan Jepang dan berjanji untuk mempertahankan wilayah Jepang dari serangan. “Kami menyambut baik perilisan dokumen strategi Jepang yang diperbarui … yang mencerminkan komitmen kuat Jepang untuk menegakkan tatanan berbasis aturan internasional dan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin dalam sebuah pernyataan.
Di sisi lain, China telah memperingatkan Tokyo tentang kemungkinan konsekuensi dari peningkatan kekuatan militernya. Dalam jumpa pers reguler di awal Desember lalu, Kementerian Luar Negeri China menuduh Jepang “meningkatkan ketegangan regional untuk mencari terobosan militer,” dan mengatakan Jepang perlu “dengan sungguh-sungguh merenungkan sejarah agresinya, menghormati masalah keamanan tetangga Asia, bertindak dengan hati-hati di bidang keamanan militer, dan melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.”