Setahun setelah protes terbesar dalam beberapa dekade mengguncang pemerintah Kuba, ratusan pengunjuk rasa telah ditangkap, namun kondisi politik dan ekonomi negara tersebut tidak banyak berubah. Satu tahun lalu, jalan-jalan dan alun-alun dipenuhi pengunjuk rasa untuk mengekspresikan frustrasi dengan kekurangan komoditas vital, dan kurangnya pilihan politik.
Sejak itu, beberapa hal telah berubah: Pemerintah Partai Komunis telah memberi perizinan pembukaan perusahaan swasta, memberi wewenang kepada perusahaan kecil dan menengah. Walaupun usaha pemerintah cukup menjanjikan untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara itu, kondisi ekonomi Kuba nyatanya tetap kacau dilihat dari antrean panjang untuk mendapatkan bahan bakar dan makanan, serta pemadaman listrik biasa terjadi setelah penurunan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi besar dan rebound lemah.
Walaupun Kementerian Ekonomi Kuba mengumumkan pada pertengahan Juni bahwa 3.980 perusahaan swasta kecil dan menengah telah disetujui beroperasi sejak September, menciptakan 66.300 lapangan pekerjaan. Masalah terberat yang diarasakan masyarakat Kuba adalah inflasi yang mengikuti penghapusan sistem mata uang ganda lama di negara itu.
Mengenai pengunjuk rasa yang ditangkap, para pejabat belum mengatakan berapa banyak pengunjuk rasa yang ditangkap selama protes yang terjadi di puluhan tempat di seluruh Kuba, tetapi sebuah organisasi independen yang dibentuk untuk melacak kasus, Justice 11J, telah menghitung lebih dari 1.400 orang yang dipenjarakan oleh pemerintah. Kantor kejaksaan nasional mengatakan pada bulan Juni bahwa pengadilan telah menjatuhkan 488 hukuman kepada pengunjuk rasa, dengan berbagai masa tahanan, beberapa diantaranya mendapatkan hukuman hingga 25 tahun penjara.
“Pemerintah telah menunjukkan sifat otoriternya,” kata Giselle Morfi, seorang pengacara Kuba dilansir dari AP News. Walaupun begitu, pihak berwenang bersikeras bahwa mereka yang ditangkap bukanlah tahanan politik tetapi orang-orang yang telah melanggar undang-undang terhadap gangguan publik, vandalisme atau hasutan, seringkali atas hasutan kelompok oposisi yang berbasis di AS menggunakan media sosial untuk menyerang negara sosialis itu. Hal ini membuat banyak masyarakat Kuba lebih memilih untuk migrasi besar-besaran ke Amerika Serikat.
Kondisi kacau di Kuba membuat migrasi menjadi pilihan bagi banyak masyarakatnya. Patroli Pabean dan Perbatasan AS mencatat pertemuan dengan sekitar 140.000 orang Kuba di perbatasan darat AS dari awal tahun fiskal pada bulan Oktober hingga Mei. “Ada semakin sedikit orang muda yang siap untuk hidup di negara ini,” kata pengacara dan analis politik kelahiran Kuba, Luis Carlos Battista, yang mengatakan kerugian itu secara ekonomi merusak negara kecil dengan populasi yang menua yang mencoba mengatasi ekonomi AS. “Dengan mudah bisa jadi bahwa 1,5% dari populasi Kuba telah pergi hanya dalam 10 bulan,” katanya.