Sedikitnya 14 Orang Tewas Akibat Awan Panas Gunung Semeru di Jawa Timur

Bencana alam gunung berapi aktif kembali terjadi di Indonesia tepatnya Gunung Semeru di Provinsi Jawa Timur pada Sabtu (4/12) lalu. Gunung Semeru yang terletak di Kabupaten Lumajang tersebut mengalami awan panas guguran sekitar pukul 3 sore waktu setempat.
Dilaporkan bahwa sekitar pukul 14:47 terjadi banjir lahar atau guguran awan panas dengan amplitudo maksimal 20 milimeter. Beberapa titik lokasi juga memperlihatkan area gelap akibat kabut dari abu vulkanik. Hujan abu juga terjadi di beberapa wilayah lain seperti Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, serta wilayah Supiturang, Pronojiwo, dan Lumajang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyatakan yang terjadi di Gunung Semeru bukanlah erupsi, melainkan Awan Panas Guguran (APG), yakni adanya aliran suspensi dari material gunung seperti batu, abu, pasir, dan kerikil dalam suatu massa gas vulkanik panas yang keluar dari gunung api.
Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa, mengeluarkan abu disertai awan panas yang menyelimuti wilayah pedesaan, sehingga warga panik dan berlarian menyelamatkan diri. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur menyatakan sedikitnya 14 orang dilaporkan tewas, di mana sembilan orang di antaranya berhasil diidentifikasi, dan sekitar 56 orang mengalami luka ringan dan berat.
Kurang lebih 1,300 warga setempat dievakuasi, di mana bantuan baik berupa makanan, pakaian, dan obat-obatan diberikan kepada korban bencana alam. Presiden Joko Widodo sudah meminta jajarannya agar dilakukan tindakan cepat mengatasi dampak awan panas guguran Gunung Semeru.
Peringatan Dini Bahaya Gunung Api Semeru
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Andiani mengatakan peringatan dini terkait bahaya erupsi gunung api aktif sudah dilakukan, bukan hanya untuk Gunung Semeru, namun juga gunung api aktif lain yang dipantau oleh PVBMG.
Pemantauan dilakukan menggunakan peralatan pemantauan dan pengamatan visual selama 24 jam, di mana pada 1 Desember sudah terdapat guguran lava pijar di lereng Gunung Semeru. Andiani meyatakan sudah ada penyebaran informasi tersebut ke Pemda, BPBD, dan relawan pengamat gunung api. Di hari selanjutnya, petugas pengamatan gunung api Semeru sudah mengeluarkan peringatan juga terutama bagi warga sekitar Besuk Kobokan, Kembar, Bang, dan Sarat untuk tidak beraktivitas disekitarnya. Hal ini dilakukan untuk antisipasi guguran atau awan panas guguran.
Di sisi lain, Kepala Bidang Kedaruratan dan Rekonstruksi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang menilai tidak ada Sistem Peringatan Dini di Desa Curah Kobokan, yang padahal penting untuk mendeteksi peringatan dini bencana. Hanya ada alat seismometer di daerah Dusun Kamar A untuk memantau pergerakan air dari atas untuk disampaikan pada penambang di bawah.
Kondisi ini membuat terisolasinya masyarakat di wilayah “paling terdampak” yakni Kecamatan Pronojiwo dan Candi Puro. Tidak hanya berdampak pada jatuhnya korban tewas, namun juga banjir lahar menyebabkan terputusnya akses jembatan penghubung wilayah. Akses ke kota Malang ke Lumajang turut terputus sehingga tidak bisa dilintasi oleh para warga.