Bangga, Indonesia Resmi Jadi Ketua Pertemuan G20 Berikutnya
Group of 20 atau G20 baru saja menyelesaikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dua hari di Roma, Italia. Forum kerja sama ekonomi internasional beranggotakan 19 negara perekonomian besar dan Uni Eropa tersebut bertemu pertama kali dalam G20 sejak pandemi Covid-19 terjadi. KTT G20 diakhiri dengan perjanjian isu iklim yang mendukung komitmen para negara anggota untuk mengakhiri pendanaan proyek batubara akhir tahun.
Negara anggota G20 juga setuju untuk menegaskan kembali Perjanjian Paris untuk membatasi peningkatan suhu global di bawah 2 derajat. Lebih jauh lagi, negara anggota G20 berupaya membatasi pemanasan global hingga 1.5 derajat di atas tingkat pra-industri.
Setelah menghadiri pertemuan G20, para kepala negara anggota G20, termasuk Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, berangkat langsung ke Glasgow guna menghadiri KTT Conference of the Parties (COP) ke-26 UNFCCC.
KTT COP26 di bawah Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau UNFCCC akan membahas penanggulangan isu perubahan iklim. Negara anggota dari G20 merupakan negara penghasil hampir 80 persen emisi karbon. Mereka berjanji akan berpartisipasi secara aktif untuk mendukung pertemuan COP26 yang akan dilaksanakan di Glasgow.
Perdana Menteri Italia, Mario Draghi, membuka diskusi formal mengenai iklim di hari kedua dengan mengatakan, “Keputusan yang kita tetapkan hari ini akan berdampak secara langsung pada kesuksesan Pertemuan Glasgow dan juga kemampuan kita dalam mengatasi krisis iklim.” Draghi menambahkan perlunya penentuan upaya jangka panjang yang konsisten dengan perjanjian Paris dan membuat perubahan jangka pendek guna mencapai tujuan tersebut setahap demi setahap.
Di aspek lain, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno LP Marsudi, menyatakan para pemimpin G20 sudah setuju untuk mencapai strategi vaksinasi global yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia. “Para pemimpin menilai pentingnya memvaksinasi sekitar 40 persen populasi sampai akhir tahun 2021, dan bertambah menjadi 70 persen dalam pertengahan 2022. Pertemuan G20 membahas mulai dari kerja sama kementerian keuangan dan kesehatan, bersama Organisasi Kesehatan Dunia, Bank Dunia, dan Dana Moneter Internasional untuk mendukung ketersediaan dana dalam menghadapi pandemi.” kata Retno Marsudi.
Skeptisme mengenai Target G20
Analis lingkungan menyatakan untuk mencapai target 1.5 derajat berarti perlu mengurangi emisi global hingga setengahnya pada tahun 2030 dan “nol emisi karbon” pada 2050. Namun, dalam draf deklarasi G20 tidak disampaikan mengenai tenggat waktu mencapai netralitas karbon. Kesepakatan G20 hanya menyatakan ingin mencapai target nol emisi karbon pada “pertengahan abad.” Tidak hanya dari ahli, Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson juga menyatakan ketidakpuasan terhadap kesepakatan para pemimpin dunia yang dinilai “tidak cukup” sehingga konsekuensi tambahan bagi planet ini akan terjadi lebih cepat.
Para aktivis iklim yakni Greenpeace juga menilai bahwa tidak adanya ambisi dan visi yang kuat dari para pemimpin G20.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) Hadiri KTT G20 dan Keketuaan Indonesia
Presiden Jokowi mengatakan Indonesia akan menerima keketuaan G20 di Italia mulai 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Setiap tahunnya, negara anggota G20 akan digilir untuk menjadi tuan rumah pertemuan G20, di mana keketuaan kali ini merupakan pertama kalinya bagi Indonesia sejak tahun 1999.
Presiden Jokowi dalam pidatonya menekankan pentingnya memperkuat arsitektur kesehatan global yang berdasarkan pada prinsip solidaritas, keadilan, transparansi, dan keadilan. Presiden Jokowi menilai tujuan ini dapat dicapai melalui adanya mekanisme meningkatkan sumber daya kesehatan global. Langkah yang perlu diambil yakni menyusun protokol kesehatan global untuk aktivitas lintas batas dan mengoptimalisasi peran negara G20 untuk mengatasi kelangkaan dan kesenjangan vaksin, obat, dan alat kesehatan lainnya.
Selanjutnya, agenda prioritas dalam keketuaan Indonesia di G20 akan berfokus pada pemulihan pasca pandemi Covid-19. Tema yang diambil yakni “Bersama-sama Pulih, Menjadi Lebih Kuat” yang akan fokus pada distribusi vaksin global yang adil, mulai dari kesediaan dana yakni adanya kerja sama ekonomi. Upaya ini dapat dimulai melalui pembentukan gugus tugas keuangan dan kesehatan bersama untuk mengatasi masalah yang terkait dengan pencegahan, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Selain itu, Indonesia juga akan mempromosikan kebudayaan, turisme, dan industri kreatif. Kesempatan ini penting bagi Indonesia untuk memperlihatkan dan memperkuat kepemimpinan dalam aspek kerja sama internasional, mengingat banyaknya negara-negara yang mendukung keketuaan Indonesia.
Diplomasi Indonesia dalam Kepemimpinan G20 Tahun 2022 - DIP Institute
March 1, 2022 @ 10:39 am
[…] tuan rumah perhelatan pertemuan negara anggota G20. Terdapat tiga fokus isu Presiden Jokowi dalam G20 tahun 2022 ini yakni transisi menuju green economy, tren ekonomi digital, serta perbaikan arsitektur kesehatan […]
Indonesia Choose Not to Choose between the West and Russia at the G20 Summit - DIP Institute
May 10, 2022 @ 9:25 am
[…] Both Putin and Zelenskyy have confirmed they will attend the G20 Summit in Indonesia. Then, why did Indonesia decide to invite them to the G20 […]