Israel Melancarkan Invasi Terhadap Lebanon Selatan
Pada 1 Oktober 2024, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan invasi ke Lebanon Selatan dengan dukungan artileri dan bantuan udara dari Angkatan Udara Israel (IAF). Operasi ini dilancarkan tidak lama setelah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa fase selanjutnya dari perang terhadap Hezbollah akan dilancarkan dalam waktu dekat.
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh IDF, tujuan utama dari invasi ini adalah menyerang infrastruktur militer Hezbollah untuk melindungi pemukiman Israel di perbatasan utara yang terancam akibat dari kehadiran organisasi tersebut. Sehari sebelum melancarkan invasi, IDF mengerahkan pasukan khusus untuk melakukan penyerangan terbatas pengintaian pertahanan yang telah disiapkan oleh organisasi tersebut. Selain itu IDF juga telah menghimbau warga Lebanon Selatan untuk mengungsi ke daerah utara dari Sungai Awali.
Serangan ini telah mendapatkan reaksi dari berbagai pihak. Beberapa negara seperti Prancis, Kanada, dan Inggris telah menyewa penerbangan sewaan (charter flight) atau mengerahkan kapal perang untuk mengevakuasi warga negara mereka dari Lebanon. Sementara itu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd James Austin III menyatakan Amerika Serikat mendukung invasi yang dilancarkan oleh Israel.
Di sisi lain invasi ini menyebabkan banyak warga Lebanon ketakutan seperti aktor dan pembuat film Walid Fayed yang menyatakan bahwa dia tidak bisa istirahat di siang hari akibat dari serangan udara yang dilancarkan Israel.
Sementara itu, Iran merespon invasi yang dilancarkan oleh Israel dengan menembakkan setidaknya 400 rudal balistik dalam dua gelombang ke Israel. Iran menyatakan bahwa serangan tersebut dilancarkan sebagai balas dendam dari pembunuhan yang dilakukan oleh Israel terhadap wakil komandan Korps Revolusioner Penjaga Islam (IRGC) Abbas Nilforoushan pada 27 September 2024.
Sebelum invasi ini dilancarkan, Israel telah melaksanakan shaping operations untuk mengurangi kapabilitas tempur dari Hezbollah dan hal tersebut dapat dilihat dengan ledakan ribuan alat komunikasi penyeranta dan serangan udara yang terjadi setelah ledakan tersebut. Terdapat kekhawatiran bahwa invasi yang dilancarkan oleh Israel dapat mengubah Lebanon menjadi sebuah negara gagal (failed state) karena invasi yang pernah dilakukan oleh Israel pada 1972 dan 1982 telah menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan masif.