NATO Sebut China sebagai Pendukung Kunci Rusia dalam Konflik Ukraina, Beijing Protes Keras
Untuk pertama kalinya sejak 2022, Aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan secara tegas bahwa China merupakan ancaman nyata karena mendukung Rusia dalam invansi Ukraina. Hal ini dibuktikan dalam sebuah deklarasi yang disetujui oleh 32 pemimpin aliansi pada Rabu (10/7), NATO menuding Beijing menjadi “pendukung yang menentukan perang Rusia melawan Ukraina”. Menurut NATO, China memberikan dukungan yang signifikan kepada Rusia, termasuk dalam bentuk pasokan senjata dan peralatan militer lainnya, serta mengecam tindakan ini dan menuntut agar China menghentikan dukungan tersebut, mengancam dengan sanksi jika Beijing tidak berubah.
Dikutip The New York Times, penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan menyebutkan “Deklarasi itu menunjukkan bahwa sekutu NATO sekarang secara kolektif memahami tantangan ini dan menyerukan RRC untuk menghentikan kegiatan ini”. Sampai setahun lalu, para pemimpin Eropa masih ragu-ragu untuk menekan Beijing dengan mempertimbangkan China sebagai pasar penting untuk mobil kelas atas dan barang-barang mewah.
Adapun Beijing menanggapi pernyataan tersebut, dalam jumpa pers pada Kamis (11/7), melalui Kementerian Luar Negerinya menilai bahwa pernyataan NATO tersebut bias dan “memicu perselisihan”. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jin, NATO dianggap membesar-besarkan tanggung jawab China. “Itu tidak masuk akal dan niatnya jahat”, “Kami mendesak NATO merenungkan akar penyebab krisis ini dan apa yang telah dilakukannya, dan mengambil tindakan nyata untuk meredakan ketegangan daripada menyalahkan,” kata juru bicara Lin, mengutip Reuters.
Deklarasi NATO yang menyebut China sebagai pendukung utama dalam perang Rusia-Ukraina telah menimbulkan reaksi keras dari Beijing. Sikap ini menegaskan bahwa konflik di Ukraina tidak hanya mempengaruhi dinamika regional di Eropa Timur, tetapi juga memicu respons yang luas dari pihak-pihak internasional seperti NATO dan China, menunjukkan ketegangan yang semakin meningkat, serta implikasi geopolitik yang mendalam terkait dengan respons global terhadap krisis di Ukraina.