Dalam forum yang diselenggarakan oleh Sekretariat Kerja Sama Trilateral, sebuah lembaga yang dibentuk berdasarkan kesepakatan antara Beijing, Seoul, dan Tokyo, diplomat China, Wang Yi, menyatakan perlunya memberikan sinyal jelas tentang pemulihan kerja sama dan menolak “intimidasi dan dominasi” yang terkesan ditujukan kepada Amerika Serikat.
Pernyataan ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat ketika Amerika Serikat berusaha memperkuat hubungan dengan sekutu-sekutunya, Jepang dan Korea Selatan, untuk menahan pengaruh regional China yang semakin kuat.
Wang menekankan pentingnya untuk “membangun rasa otonomi strategis, menjaga kesatuan dan stabilitas regional, menolak kembali mentalitas Perang Dingin, dan bebas dari intimidasi dan dominasi,” kata Kementerian Luar Negeri China.
Meskipun Wang tidak secara langsung menyebut Amerika Serikat, dia mengatakan bahwa “beberapa negara besar di luar wilayah ini” telah mencoba menggantikan kesatuan dengan perpecahan sambil mencari keuntungan geografis, demikian pernyataan kementerian tersebut.
Wang menambahkan, “Jika tren ini dibiarkan berkembang, tidak hanya akan serius mengganggu kemajuan kerja sama trilateral, tetapi juga meningkatkan ketegangan dan konfrontasi di wilayah ini.” Selain itu, Wang menekankan perlunya menyelesaikan perselisihan melalui dialog dan konsultasi, serta menentang kata-kata atau tindakan yang dapat menyebabkan wilayah ini terperosok ke dalam perang.
Mengajukan perundingan zona perdagangan bebas
Dalam acara tersebut yang diselenggarakan di kota pesisir timur Qingdao, Wang juga mengajukan agar perundingan tentang zona perdagangan bebas dipercepat dan upaya untuk membebaskan dan melancarkan perdagangan antara negara-negara tetangga.
Berdasarkan data terbaru, Data Bea Cukai China menunjukkan bahwa China telah menjadi mitra dagang terbesar Jepang dan Korea Selatan. Sementara itu, Korea Selatan dan Jepang masing-masing menjadi mitra dagang keempat dan kelima terbesar China. Pada tahun 2022, perdagangan barang antara China dan Korea Selatan mencapai sekitar $362,3 miliar, dengan ekspor China ke Korea Selatan mencapai $162,6 miliar dan impor China dari Korea Selatan sebesar $199,7 miliar.
Komoditas yang diperdagangkan antara China dan Korea Selatan telah berubah dari produk industri ringan dan kimia berat seperti pelat baja dan serat menjadi bahan bernilai tinggi seperti semikonduktor.
Perdagangan barang antara China dan Jepang pada tahun lalu mencapai $357,4 miliar, dengan ekspor China ke Jepang sebesar $172,9 miliar dan impor China dari Jepang sebesar $184,5 miliar, menurut data Bea Cukai China.
Namun, di sisi yang lain, Wang juga menegaskan penentangan Beijing terhadap rencana Jepang untuk membuang air yang telah diolah dari pembangkit listrik nuklir Fukushima milik Tokyo Electric Power Co ke laut, dengan alasan hal tersebut akan mempengaruhi ekosistem laut dan keselamatan masyarakat. Isu ini menunjukkan bahwa China tetap menunjukkan kepentingan ekonomi, politik, dan keamanannya dalam isu kerja sama dengan Jepang dan Korea Selatan.