Presiden Belarusia Alexander Lukashenko, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan perjalanan ke China dalam kunjungan kenegaraan mulai dari 28 Februari hingga 2 Maret.
Pengumuman perjalanan itu dilakukan sehari setelah Beijing, yang ingin memainkan peran penting dalam menengahi resolusi perang Rusia di Ukraina, menerbitkan “kertas posisi” berisikan 12 poin yang bertujuan untuk mengakhiri konflik. Kertas posisi tersebut juga mendesak semua pihak untuk menahan diri dari eskalasi nuklir, posisi yang dimiliki Beijing sama dengan AS dan para pemimpin barat lainnya.
Kunjungan presiden Belarusia tersebut juga terjadi setelah pemimpin China dan Belarusia sepakat untuk meningkatkan hubungan negara mereka menjadi “kemitraan strategis yang komprehensif” untuk setiap kondisi, pada pertemuan di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Uzbekistan, yang juga dihadiri Putin.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko memuji peran utama China dalam politik global dengan mengatakan bahwa tidak ada yang dapat menahan pertumbuhann China dan tidak ada masalah di dunia yang dapat diselesaikan tanpa masukan dari Beijing.
Kunjungan ini juga terjadi di tengah kekhawatiran dari Washington bahwa Beijing sedang mempertimbangkan untuk mengirim bantuan ‘mematikan’ untuk Rusia. Namun, Beijing membantah klaim tersebut, di mana Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa China “secara aktif mempromosikan pembicaraan damai dan penyelesaian politik dari krisis,” sementara AS “memberikan senjata mematikan ke medan perang di Ukraina.”
“Atas undangan Presiden Xi Jinping, Presiden Belarus Alexander Lukashenko akan melakukan kunjungan kenegaraan ke China dari 28 Februari hingga 2 Maret,” kata kementerian luar negeri China dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.
Kementerian luar negeri Belarusia mengkonfirmasi rencana kunjungan tersebut, dengan mengatakan menteri luar negeri China dan Belarusia membahasnya melalui panggilan telepon pada hari Jumat.
Sebelumnya, Lukashenko secara terus terang menyatakan dukungan terhadap invasi Moskow ke Ukraina dan mengizinkan wilayahnya digunakan dalam serangan Rusia. Lukashenko mengatakan pekan lalu bahwa negaranya siap untuk bergabung dalam perang Rusia melawan Ukraina, jika diserang. Pernyataan ini membuat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan memperingatkan agar pemimpin Belarusia tersebut tidak terlibat langsung dalam perang.
Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Sabtu mengatakan dia akan mengunjungi China pada awal April dan meminta bantuan Beijing untuk mengakhiri perang di Ukraina. “Fakta bahwa China terlibat dalam upaya perdamaian adalah hal yang baik,” kata Macron, menurut laporan media Prancis.
Zelenskyy dari Ukraina juga mengatakan dia ingin terlibat dengan Beijing menyusul proposal yang diungkapkan pada hari Jumat untuk menyelesaikan konflik. Zelenskyy mengatakan dia terbuka untuk mempertimbangkan beberapa aspek dari “kertas posisi” China dan akan menyambut baik kesempatan untuk membahas proposal tersebut dengan Presiden China Xi Jinping. Pertemuan dengan Xi bisa “berguna” bagi kedua negara dan untuk keamanan global, kata Zelenskyy.
Di sisi lain, peneliti yakni Bobo Lo, dari Pusat Analisis Kebijakan Eropa, mengatakan bahwa Washington yang semakin vokal memperingatkan dukungan China untuk Rusia merupakan upaya untuk memberi tahu Eropa bahwa “Beijing mungkin tampak berperan’positif’, namun terdapat garis merah yang tidak berubah”. Hal ini terlihat sangat jelas ketika China memblokir G20 untuk mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk perang di Ukraina pada hari Sabtu. Pertemuan Xi dengan Lukashenko, sekutu dekat Putin, dipandang secara internasional sebagai tanda di mana simpati China masih ada.