Pada 24 Februari tahun 2022, Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan militernya untuk meningvasi Ukraina untuk tujuan demilitarisasi dan denazifikasi untuk melindungi etnis Rusia, mencegah masuknya Ukraina ke NATO, dan untuk mempertahankan Ukraina di “lingkup pengaruh” Rusia.
Di sisi lain, Ukraina dan pihak Barat mengatakan bahwa aksi itu adalah tindakan agresi ilegal terhadap negara dengan pemerintahan yang dipilih secara demokratis dan presiden Yahudi yang kerabatnya terbunuh dalam Holocaust.[1] Pada masa awal invasi, pasukan Rusia dengan cepat mencapai pinggiran Kyiv, tetapi upaya mereka untuk merebut ibu kota dan kota-kota lain di timur laut mendapat perlawanan keras dari pihak Ukraina.
Pada bulan Maret tahun lalu, Rusia berhasil mengklaim kendali atas kota selatan Kherson dan menduduki sebagian besar wilayah Zaporzhzhia, termasuk sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang terbesar di Eropa. Di bulan itu, Rusia dapat dikatakan berhasil menyerang beberapa wilayah Ukraina dengan cepat, seperti penyerangan di wilayah Mariupol menewaskan ratusan orang dalam salah satu serangan paling mematikan dalam perang.[2]
Namun, Rusia kemudian menarik pasukannya pada awal April 2022 dari wilayah Kyiv dan pindah untuk menyerang wialyah timur Donbas, pusat industri Ukraina yang telah menjadi tempat separatis yang didukung Rusia telah memerangi pasukan Ukraina sejak 2014 menyusul aneksasi Krimea secara ilegal.[3] Penarikan itu sendiri memperlihatkan ratusan korban jiwa hanya setelah dua bulan invasi itu berlangsung yang ditinggalkan di jalanan kota Bucha, membuat Ukraina dan pihak Barat kembali menyalahkan Rusia atas kejahatan perang.
Pada bulan Mei, pihak Ukraina semakin terdesar, para pejuang dan pembela Ukraina yang berada di pabrik baja raksasa Azovstal, benteng terakhir Ukraina yang tersisa di Mariupol, setuju untuk menyerah kepada pasukan Rusia setelah pengepungan selama hampir tiga bulan. Kejatuhan Mariupol memotong Ukraina dari pantai Azov dan mengamankan koridor darat dari perbatasan Rusia ke Krimea. Keterpojokan ini kemudian membuat Finlandia dan Swedia mengajukan diri untuk bergabung dengan NATO.
Aliansi AS dan negara-negara barat, NATO, kemudian mulai mengirimkan banyak senjata ke Ukraina, termasuk beberapa peluncur roket HIMARS yang dipasok AS.[4] Hal ini berdampak pada pejuang Ukraina yang berhasil memukul pasukan Rusia pada akhir Juni di pulau Ular. Invasi antara kedua negara ini telah membuat banyak aspek terganggu secara global masyarakat global telah merasakan efek langsung dari konflik karena inflasi dan harga energi melonjak dan juga ketakutan bahwa akan ada kemungkinan invasi lain oleh kekuatan global yang berbeda.[5]
Pada 22 Juli, Rusia dan Ukraina, dengan mediasi oleh Turki dan PBB, menyepakati kesepakatan untuk membuka blokir pasokan biji-bijian yang tersangkut di pelabuhan Laut Hitam Ukraina, mengakhiri kebuntuan yang mengancam keamanan pangan global.
Mediasi itu ternyata tidak membuat kedua negara yang berkonflik berusaha menghentikan invasinya. Pada 9 Agustus, Ukraina meledakan pangkalan udara di Krimea dan berbagai wilayah di sana yang menjadi wilayah pusat pasokan utama perang milik Rusia.Memperlihatkan perlawanan Kyiv terhadap tentara Rusia. Bahkan pada awal September, pasukan Ukraina meluncurkan serangan balasan kejutan di wilayah Kharkiv timur laut yang memaksa Rusia mundur dari wilayah luas yang ditahan selama berbulan-bulan oleh Kremlin.
Kemunduran Rusia sendiri tidak berhenti disitu, pada akhir September, Putin memerintahkan mobilisasi 300.000 cadangan, sebuah langkah yang ditentang oleh ratusan ribu masyarakat Rusia yang berusaha melarikan diri dari perekrutan.[6] Di sisi lain, Rusia juga secara tiba-tiba menggelar “referendum” ilegal untuk wilayah Donetsk, Luhansk, Kherson, dan Zaporizhzhia Ukraina yang langsung ditandatangani pada akhir September lewat sebuah upacara yang dilakukan oleh Kremlin.
Pada awal Oktober, sebuah truk bermuatan bahan peledak meledak di jembatan yang menghubungkan Krimea ke daratan Rusia dalam serangan yang ditudingkan Putin dilakukan oleh Ukraina. Rusia menanggapi dengan serangan rudal di pembangkit listrik Ukraina dan infrastruktur utama lainnya.
Bulan November menandai serangkaian kemunduran Kremlin dari wilayah Ukraina. Rusia mengumumkan penarikan mundur dari kota Kherson di bawah serangan balasan Ukraina, meninggalkan satu-satunya pusat regional yang direbut Moskow, dalam kemunduran yang memalukan bagi Kremlin. Bahkan pada awal Desember, militer Rusia menuduh Ukraina menggunakan drone untuk menargetkan dua pangkalan pembom jarak jauh jauh di dalam wilayah Rusia.
Di sisi lain, Ukraina yang mendapat berbagai bantuan dari pihak Barat khususnya NATO semakin kuat, pada akhir Desember, Zelenskyy menyempati dirinya untuk mengunjungi Amerika Serikat dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak perang dimulai, bertemu dengan Presiden Joe Biden untuk “mengharapkan” tambahan bantuan senjata.[7] Hal ini berkaitan dengan aktifitas pejuang grup militer swasta, Wagner Group di Ukraina yang membantu pihak Rusia.
Banyak pihak juga mengkhawatirkan bahwa kini sudah banyak dari pasukan Rusia yang mendapat pelatihan perang yang berkaitan dengan Wagner Group, sebuah perusahaan militer swasta yang dipimpin oleh seorang pebisnis Rusia, Yevgeny Prigozhin. Keberhasilan kelompok Wagner di medan perang sendiri telah meningkatkan profil Prigozhin,[8] membuatnya kini lebih dekat dengan Putin dan jika bisa, perusahaan yang bergerak atas dasar profit itu tentu dapat memobilisasi pasukan untuk perang yang lebih hebat.
Pada awal tahun 2023, dapat dikatakan kini Ukraina cukup dapat mengimbangi invasi dari RUsia. Pada 1 Januari, puluhan tentara Rusia yang baru dimobilisasi tewas oleh serangan rudal Ukraina di kota Makiivka, tetapi Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan 89 tentara tewas, sementara pejabat Ukraina menyebutkan jumlah korban tewas mencapai ratusan.[9]
Pada awalnya, banyak yang mengkhawatirkan bahwa ibu kota Ukraina akan jatuh dalam beberapa hari setelah invasi, tetapi saat ini dapat dikatakan Ukraina memperoleh keuntungan spektakuler di medan perang yang mengakibatkan kerugian besar tentara Rusia, membuat kedua belah pihak mendapatkan dan kehilangan berbagai wilayah kekuasaannya sepanjang tahun ini.
Kini, perang tidak hanya terjadi antara Rusia dan Ukraina, tapi juga melibatkan pihak Barat yang secara terus menerus menyalurkan bantuan dan senjata untuk Kyiv, hal ini juga membuat Moskow “menggandeng” Korea Utara untuk mendapatkan roket dan juga Iran untuk drone yang sempat membuat heboh pihak Barat. Satu tahun sejak pasukan Rusia menyerang wilayah Ukraina, belum ada tanda-tanda jalan keluar yang nyata dari konflik tersebut. Tidak ada pihak yang tampak siap untuk kemenangan militer langsung, dan kemajuan di meja perundingan tampaknya tidak mungkin terjadi.[10]
Menurut Hodge, Putin sudah tidak memiliki pilihan untuk mundur, walaupun ia kecewa dengan kinerja militernya yang buruk dalam apa yang disebutnya sebagai “operasi militer khusus” yang hasilnya tidak sesuai dengan pemikiran Putin, bahwa ia akan dengan mudah untuk mengambil alih wilayah Ukraina. Selain itu, sejak invasi Februari lalu, Putin mengabaikan protes dan sanksi internasional, bahkan Media independen dan kelompok hak asasi manusia telah dicap sebagai agen asing yang operasinya ditutup seluruhnya oleh Kremlin,[11] membuat Kremlin tidak bisa mundur dari apa yang telah ia perbuat.
Selain itu, kemenangan oleh Rusia berarti munculnya kekuatan baru di tatanan global,[12] sebuah cita-cita nasional yang diinginkan Rusia semenjak keruntuhan Uni Soviet. Satu hal yang dapat membuat kemenangan Rusia untuk merubah tatanan kekuatan global adalah meskipun sanksi Barat menghambat Rusia di segala aspek, bahkan untuk pembuatan senjata berteknologi tinggi, pasukan Kremlin masih memberikan pukulan yang kuat.
Sementara itu, aliran senjata canggih dari AS dan sekutu NATO lainnya yang hingga kini membantu Ukraina dalam pertarungan bisa semakin menipis, namun, sejauh ini, semangat tinggi di antara pasukan Ukraina untuk mempertahankan tanah air mereka adalah motivasi terkuat mereka.[13] Tetapi, memasuki bulan Februari, Pejabat Ukraina telah memperingatkan selama berminggu-minggu bahwa Rusia mungkin sedang mempersiapkan serangan besar baru, mungkin bertepatan dengan peringatan invasi tahun 2022.[14]
[1] “Key Moments in a year of war after Russia invaded Ukraine”, Associated Press, 17 Februari 2023, https://apnews.com/article/russia-ukraine-war-one-year-anniversary-timeline-a1304c6fb319bf1c0e93635f6f6a2633
[2] Lori Hinnant, Mstyslav Chernov, dan Vasilisa Stepanenko, “AP evidence points to 600 dead in Mariupol theater airstrike”, Associated Press, 4 Mei 2022, https://apnews.com/article/Russia-ukraine-war-mariupol-theater-c321a196fbd568899841b506afcac7a1
[3] Steven Pifer, “Crimea: Six years after illegal annexation”, Brookings, 17 Maret 2020, https://www.brookings.edu/blog/order-from-chaos/2020/03/17/crimea-six-years-after-illegal-annexation/
[4] Op. Cit., Associated Press
[5] Leila Fadel, et al., “How Russia’s war galvanized Ukraine and still threatens the world order”, NPR, 18 Februari 2023, https://www.npr.org/2023/02/18/1157820509/ukraine-russia-war-anniversary
[6] Op. Cit., Associated Press
[7] “Ukraine’s Zelenskyy travels to US to meet President Biden”, Al Jazeera, 21 Desember 2022, https://www.aljazeera.com/news/2022/12/21/ukraines-zelenskyy-travels-to-us-to-meet-president-biden
[8] Tim Lister, “Russia’s Wagner mercenary group says it’s no longer recruiting convicts. This may signal a shift in strategy”, CNN, 11 Februari 2023, https://www.cnn.com/2023/02/09/europe/wagner-russia-convicts-ukraine-intl-cmd/index.html
[9] Op. Cit., Associated Press
[10] Scott Neuman, “After a year of war in Ukraine, all signs point to more misery with no end in sight”, NPR, 19 Februari 2023, https://www.npr.org/2023/02/19/1153430731/ukraine-russia-war-one-year-anniversary-how-will-it-end
[11] Nathan Hodge, “Faint cracks emerge in the facade of Putin’s rule, one year after Ukraine invasion”, CNN, 19 Februari 2023, https://edition.cnn.com/2023/02/19/europe/russia-ukraine-war-anniversary-intl-cmd/index.html
[12] Op. Cit., Fadel, et al.
[13] Op. Cit., Neuman
[14] Op. Cit., Hodge