Intelijen AS: Rusia Membeli Jutaan Peluru Artileri dan Roket dari Korea Utara
Amerika Serikat mengungkapkan sebuah laporan intelijen yang menyebutkan bahwasanya Kementerian Pertahanan Rusia sedang dalam proses pembelian jutaan roket dan peluru artileri dari Korea Utara untuk pertempuran yang sedang berlangsung di Ukraina. Pengungkapan ini terjadi beberapa hari setelah Rusia menerima pengiriman awal drone buatan Iran yakni drone Mohajer-6 dan seri Shahed: Shahed-129 dan Shahed-191 yang memiliki kemampuan membawa amunisi berpemandu presisi dan dapat digunakan untuk pengawasan.
Pejabat pemerintah AS mengatakan keputusan Rusia untuk beralih ke Iran dan sekarang Korea Utara adalah tanda bahwa sanksi dan kontrol ekspor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Eropa mengganggu kemampuan Moskow untuk mendapatkan pasokan bagi tentaranya sehingga memaksanya untuk beralih ke negara-negara pariah (negara yang dianggap tersingkir dalam komunitas internasional) untuk pasokan militer.
Hal ini disampaikan oleh Brigjen Pat Ryder, sekretaris pers Pentagon, pada selasa (06/09) bahwa “informasi yang kami miliki adalah bahwa Rusia secara khusus meminta amunisi. AS telah melihat indikasi Rusia mendekati Korea Utara, tetapi belum memiliki rincian lain, termasuk apakah uang telah berpindah tangan atau pengiriman sedang berlangsung” tambahnya.
Ketersediaan amunisi akan terbukti menjadi salah satu faktor paling penting dalam kemampuan Rusia untuk mempertahankan perangnya di Ukraina, kata pejabat intelijen AS kepada CNN. Sulit untuk menilai tingkat amunisi Rusia selama perang, tetapi pembelian pasokan dari Korea Utara dapat menunjukkan beberapa stok Rusia hampir habis. Pejabat AS juga percaya bahwa Rusia kekurangan peluru artileri dan roket, di tengah taktik bumi hangus mereka melepaskan rentetan artileri di kota-kota Ukraina selama enam bulan terakhir.
Menurut Michael Kofman, Direktur Program Studi Rusia di Pusat Analisis Angkatan Laut menyebutkan untuk saat ini defisit amunisi Rusia tampaknya tidak terlalu meluas. Tetapi mungkin sangat akut untuk beberapa jenis sistem peluncuran roket berkaliber tinggi, sistem artileri kaliber rendah dan senjata berpemandu presisi. Hal ini membuat Rusia membutuhkan waktu untuk meningkatkan produksinya secara signifikan guna memenuhi volume pengeluaran amunisi yang tinggi dalam perang Rusia-Ukraina, yang mana hal ini jelas tidak diantisipasi oleh industri pertahanan Rusia.
Upaya pembelian ini juga mengindikasikan bahwa Rusia mungkin sedang berjuang untuk mempertahankan sumber daya yang dibutuhkan dalam perang Ukraina yang telah berlangsung selama enam bulan. Rusia juga telah merealokasi tenaga dan peralatan dari distrik militer yang jauh di timur dan utara untuk mendukung perang Rusia-Ukraina.
Adapun reaksi dari Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Vassily Nebenzia, menepis laporan intelijen AS yang baru dibuka tersebut bahwa Rusia melakukan pembelian semacam itu. “Saya belum mendengarnya dan saya pikir itu adalah salah satu informasi palsu yang beredar,” katanya kepada wartawan.