Khawatir China, AS ‘Bantu’ Sistem Pertahanan Taiwan Sebesar USD 95 juta
Ancaman militer terbuka China terhadap Taiwan masih menjadi pembahasan, terutama dengan invasi Rusia atas Ukraina saat ini. Isu ini juga menjadi fokus bagi kebijakan luar negeri AS dalam “US Indo-Pacific Strategy” yang menginginkan keterbukaan, keamanan, dan kestabilan di wilayah regional tersebut.
Komandan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), Samuel Paparo, menyatakan kesulitan dalam memprediksi kemungkinan China melakukan invasi pada Taiwan.
Dikaitkan dengan krisis di Ukraina yang masih berlangsung, perhatian pada Taiwan juga meningkat karena potensi konflik militer dikhawatirkan mendorong AS untuk turut masuk ke konflik dengan China.
Paparo menyatakan tentunya China sedang mengawasi kondisi di Ukraina, dan melihat pembelajaran yang bisa diambil dari kondisi tersebut. Paparo menilai China juga akan melakukan penyesuaian dan meningkatkan kapabilitas militer mereka.
Pejabat pertahanan AS, Mara Karlin, juga mengatakan bahwa Taiwan harus meningkatkan kemampuan perang asimetrisnya jika melihat apa yang sedang terjadi di Ukraina.
Namun, keterlibatan AS di sisi lain juga dikhawatirkan memunculkan permasalahan serius baik bagi AS-China, juga pada Jepang yang menjadi aliansi dekat AS di Asia Timur. Aliansi AS seperti Jepang dan Korea Selatan kemungkinan akan terlibat dalam konflik Taiwan-China jika memang terjadi.
AS terus perluas kerja sama dengan aliansi di Asia
Permasalahan keamanan regional di Asia Timur terus mengalami eskalasi ke tahap “lebih besar dan luas.” Kedua negara yakni Taiwan-AS melalui hubungan kerja sama menginginkan adanya ketahanan serta pertahanan dari potensi agresi China di regional.
Baru-baru ini, AS juga sudah menyetujui penjualan alat persenjataan militer ke Taiwan. Paket kerja sama termasuk peralatan, pelatihan, serta alat unit lain untuk mendukung Sistem Pertahanan Udara Patriot seharga USD95 juta.
Pentagon menyatakan penjualan senjata ini akan mendukung ketahanan militer Taiwan dan mendukung kesiapan operasi udara Taiwan.
Peningkatan kapabilitas militer ini merupakan jawaban atas ‘keluhan’ Taiwan atas tekanan militer dari Beijing. Taiwan juga khawatir kemungkinan invasi oleh China atas negara demokratisnya terjadi suatu saat. Maka dari itu, Taiwan menginginkan kekuatan militernya ditingkatkan hingga tahap yang diperlukan guna bertahan dari China.
Meskipun tidak mengakui Taiwan sebagai negara independen, namun AS-Taiwan membangun kerja sama untuk menghalau pengaruh dan ancaman dari China.
Taiwan yang mendapat suplai senjata dari AS tidak memiliki pilihan selain mengembangkan sistem pertahanan ofensif defensif, sembari membangun persenjataan yang kuat baik dilaut, udara, maupun darat. Selain itu, Taiwan juga menyadari pentingnya ranah siber, sehingga unit perang siber Taiwan juga dilatih untuk memiliki kapabilitas guna melindungi infrastruktur vitalnya baik jaringan telekomunikasi dan listrik.
China-Solomon Islands Security Deals Worries South-Pacific Nations - DIP Institute
April 14, 2022 @ 12:17 pm
[…] the agreement with China despite growing concerns and criticism from Australia, New Zealand, and Taiwan. The Solomon Islands responded to the criticism by insulting them as he believed that the Solomon […]