Ekonomi Dunia Perlu Bersiap Di Tengah Lonjakan Kasus Covid-19 di China… lagi
Pada 13 Maret, China kemudian melaporkan hampir sekitar 3.400 kasus Covid-19 pada hari itu, dua kali lipat dari hari sebelumnya. Hal ini menghasilkan keputusan lockdown secara cepat di tengah penyebaran kasus Covid-19 yang sangat cepat semenjak dua tahun terakhir di beberapa kota industri China.
Dilansir dari The Guardian, Zhang Yan, seorang pejabat di komisi kesehatan provinsi Jilin, mengakui pada hari Minggu bahwa reaksi pemerintah terhadap penyebaran virus dari otoritas lokal sejauh ini masih kurang. “Mekanisme tanggap darurat di beberapa daerah tidak cukup kuat, tidak ada pemahaman yang cukup tentang karakteristik varian Omicron … dan penilaiannya tidak akurat,” Menurut Zhang pada konferensi pers pemerintah. Penularan yang cepat dari varian omicron ini membuat Komisi Kesehatan Nasional China mengumumkan akan dilakukannya tes rapid antigen pada Jumat mendatang.
Beijing melaporkan 5.000 infeksi baru pada Senin untuk pertama kalinya sejak awal pandemi. Menurut beberapa pakar ekonomi, dilansir dari Bloomberg, ekonomi global harus bersiap untuk gangguan yang lebih besar dengan penularan Covid-19 yang meningkat di China, setelah situasi ekonomi terganggu akibat konflik Ukraina dan Rusia.
Survei manajer dana yang dirilis Selasa oleh Bank of America Corp menunjukkan kepercayaan pada pertumbuhan global pada awal Maret ini adalah yang terendah sejak Juli 2008 dan ekspektasi stagflasi[1] melonjak menjadi 62%.
Kota Jilin, wilayah berpenduduk 24 juta orang adalah rumah bagi Changchun yang menjadi pusat industri. Kota ini menyumbang sekitar 11% dari total produksi mobil tahunan China pada tahun 2020. Selain Jilin, beberapa kota lain juga melakukan lockdown seperti Kota Yanji, dengan hampir 700.000 penduduk yang berbatasan dengan Korea Utara, ditutup sepenuhnya. 17,5 juta penduduk Kota Shenzhen juga melakukan lockdown sejak hari Minggu setidaknya untuk satu minggu ke depan. Kota ini terletak di Guangdong, provinsi pembangkit tenaga listrik manufaktur, yang memiliki produk domestik bruto sebesar $ 1,96 triliun, perdagangan dari kota itu sendiri bekerja sama dengan sekitar Spanyol dan Korea Selatan yang menyumbang 11% dari ekonomi China, menurut Bloomberg Economics.
“Mengingat China adalah pusat manufaktur global utama dan salah satu mata rantai terpenting dalam rantai pasokan global, kebijakan lockdown akibat Covid-19 negara itu dapat berdampak besar pada aktivitas mitra dagangnya dan ekonomi global,” kata Tuuli McCully, kepala Ekonomi untuk Asia-Pasifik di Scotiabank.
[1] Stagflasi adalah sebuah kondisi yang kontradiktif di mana pertumbuhan ekonomi yang lambat serta angka pengangguran tinggi
IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi China Akibat Covid - DIP Institute
April 27, 2022 @ 10:03 am
[…] lockdown ini bermula semenjak awal Maret tahun 2022, diawali dengan China melaporkan hampir sekitar 3.400 kasus Covid-19 perharinya. Dua kali lipat dari hari sebelumnya. Menjadikan salah satu penyebaran tercepat semenjak awal […]