Akibat penyebaran virus Covid-19 di China, International Monetary Fund (IMF) mengatakan bahwa China akan mengalami kemerosotan ekonomi di beberapa minggu mendatang. IMF merevisi estimasi penurunan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China untuk 2022 dari 4,8 persen pada Januari menjadi 4,4 persen, yang dianggap sebagai perlambatan ekonomi yang “memburuk”.
Kebijakan lockdown ini bermula semenjak awal Maret tahun 2022, diawali dengan China melaporkan hampir sekitar 3.400 kasus Covid-19 perharinya. Dua kali lipat dari hari sebelumnya. Menjadikan salah satu penyebaran tercepat semenjak awal pandemi. Beberapa ahli telah memprediksi bahwa kebijakan China akan berdampak pada ekonomi skala global karena China merupakan salah satu pusat manufaktur dunia.
IMF memperkirakan penurunan ekonomi berkepanjangan dapat memperparah kondisi finansial China secara struktural. Dari tingkat tertinggi hingga terendah karena kebijakan lockdown di kota-kota besar China mempengaruhi banyak aspek. Hal ini meliputi utang rumah tangga hingga sistem perbankan yang rapuh. Penyebaran varian covid-19 yang sangat cepat membuat berbagai sistem dan aktifitas di China juga lumpuh. “Gangguan yang lebih besar dapat berdampak pada kegiatan komersial utama, termasuk dengan penguncian pelabuhan.” Tambah IMF, dilansir dari kantor berita South China Morning Post.
Walaupun terjadi penurunan pertumbuhan PDB, pertumbuhan kuartal pertama China dilaporkan naik 4 persen dari kuartal sebelumnya. Walaupun awalnya Beijing merencanakan target pertumbuhan sebesar 5,5 persen. Meskipun pertumbuhan di awal yang relatif kuat, ekonomi melambat tajam pada bulan Maret karena kebijakan lockdown. “Data ekonomi di bulan April akan semakin memburuk, karena lockdownShanghai yang baru dimulai pada 28 Maret,” kata Macquarie Group.
Selain sektor finansial, beberapa aspek penting lainnya juga terpengaruh oleh kebijakan penanggulangan Covid-19. Produksi listrik, indikator utama aktivitas industri, merosot ke nol dari pertumbuhan 4 persen tahun ke tahun dari Januari dan Februari. Kantor Berita China, Xinhua juga mengakui tantangan yang dihadapi China saat ini sangat sulit. Permintaan yang menyusut, guncangan pasokan, dan “pelemahan ekspektasi” terus berlanjut.
Kesulitan ekonomi ini juga berdampak pada tingkat pengangguran di China. Menurut data dari NBS, tingkat pengangguran di 31 kota besar China melonjak ke rekor tertinggi 6 persen, melampaui puncak sebelumnya 5,9 persen pada Mei 2020.