Pertemuan langsung semenjak 2020
Presiden China, Xi Jinping bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Pertemuan ni merupakan yang pertama bagi Xi semenjak tahun 2020, ketika China menutup semua perbatasannya akibat penyebaran Covid-19 di Wuhan. Kedua Presiden melakukan pertukaran pandangan yang mendalam dan menyeluruh tentang hubungan China-Rusia dan masalah yang menyangkut keamanan dan stabilitas strategis internasional.
Pertemuan antara Xi dan Putin dilakukan di Beijing sebelum mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang mencerminkan “pandangan bersama” mereka tentang keamanan dan masalah lainnya menurut pihak Rusia. Dilansir dari Al Jazeera, menurut Putin pandangan kebijakan luar negeri keduanya selaras dan dapat menjadi solusi untuk masalah regional dan global.
Konflik Rusia-Ukraina
Konflik yang memanas dengan negara-negara Barat telah memperkuat hubungan antara China dan Rusia. Rusia sendiri menjadi pemimpin pertama yang mengonfirmasi kedatangannya pada upacara pembukaan olimpiade musim dingin di China. Putin juga menjadi salah satu pemimpin yang ikut mengecam boikot diplomatik Barat yang dipimpin AS terhadap Olimpiade Beijing yang dipicu oleh catatan hak asasi manusia China. Di sisi lain, Beijing juga menyatakan dukungan untuk keluhan Putin terhadap Amerika Serikat dan NATO, dan bergabung dengan Rusia untuk mencoba memblokir tindakan terhadap Ukraina di Dewan Keamanan PBB.
Kedekatan ini tidak hanya pada aspek-aspek keamanan, perdagangan antara kedua negara telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir dimana jika Amerika Serikat dan Eropa berusaha untuk menjatuhkan hukuman baru pada perusahaan-perusahaan Rusia. Presiden Xi menyatakan dalam menanggapi pergerakan internasional yang penuh dengan evolusi yang mendalam dan kompleks, China dan Rusia tetap berkomitmen untuk saling mendukung dan bahu-membahu untuk keadilan.
Banyak Keuntungan Dari Kerja Sama
Lebih lanjut, Xi jiga menyoroti kesiapan China untuk bekerja dengan Rusia dan memanfaatkan keuntungan politik dari hubungan bilateral ini. Dilansir dari Kementerian Luar Negeri China, Beijing menyatakan bahwa kedua negara perlu membuat road map perdagangan, meningkatkan konektivitas infrastruktur, serta pemanfaatan sektor lain seperti di bdiang energi, teknologi, fiskal, dan komunikasi antara keduanya.
Rencana lebih detail juga tersebar, Xi mendorong Putin untuk meningkatkan nilai perdagangan hingga US$250 miliar dalam pertemuan tersebut. Selain itu, perusahaan besar seperti perusahaan gas terbesar di Rusia Gazprom PJSC telah menyepakati kerja sama dengan China National Petroleum Corp., (CNPC) untuk meningkatkan pengiriman ke China. Kerja sama ini menimbulkan keraguan dari pihak Uni Eropa sebagai salah satu importir gas dari Rusia. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen mengatakan perilaku perusahaan Gazprom “aneh” dan Rusia menggunakan gas sebagai caranya untuk menekan Uni Eropa.