Sedikitnya utusan dari 57 negara Islam dan delegasi pengamat bertemu di Pakistan pada hari Minggu (19/12). Pertemuan dilaksanakan guna membahas isu kemanusiaan Afghanistan. Total ada 70 delegasi yang hadir dalam pertemuan genting ini.
Pertemuan ini digadang-gadang sebagai pertemuan puncak komunitas internasional terbesar pasca isu krisis Afghanistan meningkat. Dilansir CNN, para utusan ini juga ingin menguji hubungan diplomatik dengan Taliban. Belum ada negara yang mengakui pemerintahan Taliban secara resmi.
Pertemuan yang diinisiasi oleh Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ini membahas penanganan krisis di Afghanistan. Dampak pertemuan ini membuat ibu kota Pakistan ditutup bahkan dipagari oleh kawat berduri. Selain itu, wilayah pertemuan juga dijaga ketat oleh petugas kepolisian dan tentara.
Kondisi krisis di Afghanistan sangat memprihatinkan, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengingatkan bahwa Afghanistan berada di ambang batas krisis kemanusiaan terparah di dunia. Aspek dan kebutuhan dasar seperti pangan, lalu bahan bakar dan juga uang kertas semakin langka. Lebih jauh lagi, kondisi krisis ini juga diperburuk karena beberapa aset dan aliran bantuan dibekukan oleh komunitas internasional.
Hasil pertemuan memutuskan bahwa negara anggota OKI akan membuka saluran keuangan dan perbankan. Langkah ini ditetapkan guna melanjutkan likuiditas dan aliran bantuan keuangan dan kemanusiaan. Kesepakatan ini diharapkan dapat mendorong PBB dan masyarakat internasional agar mendukung dan mengirimkan bantuan ke Afghanistan.
Menlu Pakistan, Shah Mahmood Qureshi, menyebutkan dana pembangunan akan berada di bawah Bank Pembangunan Islam. Namun, upaya dan langkah tersebut masih belum dijabarkan lebih lanjut. Selanjutnya dari sisi kesehatan, Menlu dari negara anggota OKI juga bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia untuk mengatasi ketersediaan vaksin dan suplai obat-obatan bagi masyarakat Afghanistan.
Dalam akhir pertemuan, Menlu dari negara anggota OKI juga menyatakan janjinya untuk berperan besar dalam mendistribusikan bantuan kemnusiaan di Afghanistan, baik bantuan kemanusiaan berupa dana ekonomi (kerja sama dengan Humanitarian Trust Fund) dan program keamanan pangan di Afghanistan. Langkah ini diambil guna mendukung pencapaian perdamaian, keamanan, stabilitas, dan pembangunan di negara konflik tersebut.
Diplomasi Indonesia dalam Sela Pertemuan OKI
Dalam sela pertemuan Sidang Luar Biasa OKI, Menlu Indonesia melakukan pertemuan dengan perwakilan Taliban, Jerman, dan AS. Isu yang dibahas yakni mengenai situasi kemanusiaan, edukasi, dan peningkatan pemberdayaan wanita.
Pertemuan ini juga ditujukan untuk menunjukkan dan memberitahukan bagaimana kondisi Afghanistan. Kondisi di Afghanistan bukan hanya mengenai pengambilalihan kekuasaan karena terdapat ancaman krisis kemanusiaan lain yang terjadi. Terdapat kondisi sosial budaya yakni pembatasan hak perempuan, dan juga isu kelaparan serta kemiskinan, dsb.
Dilansir BBC, data dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB menunjukkan sebanyak 23 juta orang terancam kelaparan, terdapat pembatasan akses kesehatan, menurunnya kondisi kesehatan dan gizi anak-anak, dan 70 persen guru yang tidak mendapatkan gaji.
Pertemuan sela ini menjadi upaya pemerintah Indonesia untuk menggalang dukungan dunia agar bersedia memberikan bantuan kemanusiaan di Afghanistan. Menlu Retno mengharapkan Taliban menghormati janji agar terciptanya Afghanistan yang damai, stabil, dan makmur. Terlebih mengenai penghormatan hak perempuan Afghanistan.
Indonesia mengaplikasikan politik luar negeri bebas aktif dalam isu Afghanistan. Upaya ini juga menunjukkan dukungan Indonesia pada pencapaian kestabilan regional dan global karena isu Afghanistan ini.