China Kesal AS Undang Taiwan ke “Summit for Democracy”
Pada tanggal 9 dan 10 Desember 2021 mendatang, Amerika Serikat (AS) mengadakan pertemuan virtual dengan petinggi negara dari berbagai benua. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dengan AS sebagai tuan rumah ini menjadi fokus kebijakan luar negeri AS yang disebutkan sejak Bulan Februari 2021 lalu.
“Summit for Democracy” tahun ini bertujuan untuk membantu dalam menghentikan kemunduran demokrasi dan penurunan perlindungan hak dan kebebasan di dunia. Secara garis besar pertemuan para pemimpin dunia ini akan membahas tiga tema seperti melawan otoritarianisme, memerangi korupsi, dan mempromosikan hak-hak kemanusiaan. Dalam KTT ini, AS juga menginginkan agar AS kembali menjadi pemimpin global yang melawan kekuatan otoriter seperti China dan Rusia.
KTT ini digambarkan sebagai pertemuan yang kurang lebih memberikan kesempatan pada negara yang diundang untuk saling mendengarkan, membagikan kisah sukses, kerja sama internasional, dan juga tantangan penegakan nilai demokrasi.
Pada hari Selasa (23/11) lalu, Kementerian Luar Negeri AS merilis sekitar 110 daftar peserta yakni pemimpin yang diundang dalam pertemuan tersebut. Taiwan termasuk di dalam daftar yang diundang, sementara China dan Rusia tidak diundang AS.
China Menilai AS Melakukan ‘Kesalahan’
Taiwan melalui Juru Bicara Kepresiden, Xavier Chang, mengucapkan terima kasih atas undangan AS pada KTT “Summit for Democracy.” KTT menjadi gambaran dukungan AS pada Taiwan dan kesempatan Taiwan menjadi lebih ‘dikenal’ dengan sesama negara demokrasi.
Xavier juga mengatakan Taiwan akan bekerja sama dengan ‘negara dengan pemikiran sama’ untuk mengimplementasikan kebebasan, demokrasi dan hak asasi manusia, sekaligus mendukung keamanan, stabilitas, dan perkembangan di wilayah regional.
Dalam pertemuan sebelumnya dengan AS, Presiden China, Xi Jinping, menyatakan negara manapun yang mendukung kemerdekaan Taiwan, termasuk AS, berarti sedang ‘bermain dengan api.’
Dengan nada yang sama, Zhu Fenglian, Perwakilan dari Kantor Urusan Taiwan di China, menilai AS sudah melakukan kesalahan besar dengan mengundang Taiwan. China memprotes keikutsertaan Taiwan yang bagi China merupakan wilayah kedaulatan China.
China menilai aksi AS menunjukkan ‘demokrasi’ hanya sebagai cover untuk menutupi tujuan geopolitik domestiknya, menekan negara lain, dan mengkotak-kotakkan negara di dunia.
Russia juga turut berkomentar dengan menilai AS senang “membuat garis pemisah untuk memisahkan negara-negara -berdasarkan opininya- bahwa nilai yang satu benar, dan yang lain salah.” Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan saat ini sudah banyak negara yang mampu menentukan sendiri cara bagaimana mereka bisa bertahan.
Terkait dengan negara yang diundang, Indonesia, Filipina, dan Malaysia menjadi beberapa negara dari Asia Tenggara yang diundang. Sayangnya, Singapura, Vietnam, dan Thailand tidak diundang. Bahkan, negara yang dikenal “otokratik” seperti Turki, Poland, Filipina masih diundang dalam KTT tersebut.
Semua negara anggota Uni Eropa diundang kecuali negara Hungaria. Dari wilayah Timur Tengah, hanya Irak dan Israel yang diundang. Kawan lama AS seperti Mesir, Arab Saudi, Yordania, Qatar, dan Uni Emirat Arab bahkan tidak diundang.