Serangan Udara Ethiopia di Tigray Tewaskan Tiga Anak Kecil
Konflik berkepanjangan di wilayah Tigray kembali meningkat. Pada 20 Oktober lalu, pemerintah Ethiopia meluncurkan dua serangan udara di wilayah Tigray yang menargetkan pemberontak yakni Front Pembebasan Rakyat Tigray atau the Tigrayan People’s Liberation Front (TPLF) di wilayah tersebut. Kekuatan militer pemerintah Ethiopia menyatakan sudah meluncurkan senjata bom di beberapa wilayah. Salah satunya yakni Ibu Kota Mekelle dan Kota Agbe di sekitar 80km ke wilayah Barat.
Wilayah Tigray yang penduduknya berjumlah sekitar lima juta orang tersebut mengalami blokade secara de facto karena pertikaian dan ditambah dengan pandangan partai politik yang menilai adanya hambatan bantuan kemanusiaan.
Perdana Menteri Abiy Ahmed menyatakan konflik dengan TPLF meningkat kembali sejak November 2020 dan meskipun tensi sempat menurun pada akhir Juni lalu, namun kelompok TPLF mampu menguasai wilayah paling utara Ethiopia, sehingga kebanyakan kekuatan militer pemerintah memilih mundur.
Juru Bicara pemerintah Ethiopia, Selamawit Kassa, menambahkan Wilayah Barat atau Mai Tsebri merupakan tempat pelatihan militer untuk kelompok teroris TPLF. Konflik meluas juga di wilayah lain seperti Amhara dan Afar. Militer pemerintah berupaya mengambil alih kembali wilayah yang dikuasai oleh TPLF.
Pemerintah Ethiopia selanjutnya melancarkan dua serangan, pertama di wilayah pabrik semen di Mekele dan kedua di pusat kota sekitar Hotel Planet.
Pesawat PBB Memilih Putar Balik
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan serangan udara Ethiopia menyebabkan tewasnya tiga orang anak dan beberapa bangunan sipil juga rusak.
“Jet yang meluncurkan serangan sangat dekat dan langsung membakar bangunan tersebut hingga berubah menjadi abu.” kata masyarakat sipil setempat. Amerika Serikat turut berkomentar pada peningkatan eskalasi dan mengutuk keberlanjutan kekerasan yang terjadi sehingga merugikan masyarakat sipil.
Serangan di wilayah Mekelle pun memaksa pesawat PBB yang membawa 11 personnel kemanusiaan untuk memutar balik ke Addis Ababa. Kondisi ini memaksa penundaan penerbangan tiap dua minggu PBB ke wilayah tersebut. Kekhawatiran keselamatan pekerja kemanusiaan di wilayah konflik Tigray menjadi isu kritis yang perlu dilindungi dalam lingkup hukum humaniter internasional dan upaya resolusi konflik.
AS dan Eropa Ancam Berikan Sanksi
Baik AS dan Eropa mengancam akan memberikan sanksi pada pemerintah dan TPLF guna menekan penghentian konflik berkepanjangan yang berpotensi menjadi “Yugoslavia” selanjutnya.
Konflik antara pemerintah berdaulat dan pemberontak yang mengganggu kestabilan dan kedaulatan wilayah Ethiopia perlu diselesaikan secepatnya. Korban sipil baik kematian dan berbagai gedung yang hancur menambah ketidakstabilan sosial ekonomi, terlebih masyarakat juga diserang kelaparan. Penyelesaian konflik dapat dilakukan dengan adanya dialog perdamaian, dan tekanan baik politik dan ekonomi. Selain itu, dapat juga mengirimkan bantuan kemanusiaan dari PBB dan negara asing lainnya.
Kestabilan di wilayah ini penting dijaga agar dampak berkelanjutan pada wilayah negara Afrika lain tidak semakin parah.
Ethiopia dan Pasukan Tigrayan Melangkah Ke Perdamaian - DIP Institute
June 22, 2022 @ 9:10 am
[…] wilayah Mekelle pada Oktober lalu memaksa pesawat PBB yang membawa 11 personnel kemanusiaan untuk memutar balik ke Addis Ababa. Kondisi ini memaksa penundaan penerbangan tiap dua minggu PBB ke wilayah tersebut. Kekhawatiran […]