Ilmuwan AS Klaim China Bangun Pusat Nuklir Ke-2
Lembaga penelitian Federation of American Scientist melaporkan gambar satelit yang menunjukan China sedang membangun pusat misil nuklir kedua di wilayah Hami, Timur Xinjiang dengan total sekitar 110 silo rudal. Pusat misil nuklir pertama berada di sekitar Yumen wilayah Provinsi Gansu dengan total sekitar 120 silo rudal.
Gambar. Pembangunan Silo Rudal di Xinjiang Timur
Pembangunan misil ini dimulai sekitar Mei 2021 lalu, di mana prosesnya dilakukan cukup cepat. Letak dari misil-misil di Hami ini juga menunjukan pola yang serupa yakni 3 kilometer bersamaan dengan fasilitas pendukung yang dibangun.
Konstruksi dan pengorganisasian silo Hami mirip dengan tempat pembangunan pertama di lokasi Yumen. Tempat penampungan ini biasanya dihapus hanya setelah konstruksi di bawahnya selesai. Sama seperti situs Yumen, situs Hami memiliki luas sekitar 800 kilometer persegi.
Peningkatan Kemampuan Nuklir
Pembangunan dua pusat nuklir ini menunjukkan peningkatan atau ekspansi nuklir China yang tentu bisa terus meningkat kapabilitasnya. Jumlah pembangunan silo China ini melampaui jumlah silo intercontinental ballistic missiles (ICBMs) atau rudal balistik milik Rusia dan melebih setengah dari ICBM milik tentara AS.
Masih belum pasti bagaimana China akan mengoperasikan silo yang baru, apakah akan menambahkan semuanya dengan rudal atau hanya sebagian yang akan digunakan sebagai umpan kosong. Namun jika semuanya diisi dengan rudal hulu ledak tunggal, maka jumlah hulu ledak pada ICBM China berpotensi meningkat dari sekitar 185 hulu ledak saat ini menjadi sebanyak 415 hulu ledak.
Mengingat isu nuklir menjadi isu yang sangat sensitif, sehingga motivasi dan tindakan ini akan menimbulkan permasalahan dan kekhawatiran bagi keamanan dan kestabilan global.
Hal ini terlihat dari Pentagon yang menyatakan kekhawatirannya pada pembangunan kekuatan nuklir China yang ditujukan untuk kekuatan militer, bukan riset maupun kebutuhan publik.
“Ini adalah kedua kalinya dalam dua bulan, di mana publik mengetahui apa yang telah kami katakan selama ini tentang meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan kerahasiaan yang mengelilinginya,” kata Komando Strategis AS.
AS meminta China untuk bertindak sesuai kesepakatan terkait proliferasi nuklir dan menginginkan adanya penurunan kompetisi senjata antar negara.
Meskipun tensi politik dan ekonomi kedua negara yakni AS-China meningkat, namun pembangunan kekuatan militer pemusnah massal ini menjadi salah satu kapasitas keamanan yang perlu perhatian lebih demi menjaga kestabilan dan keamanan global.