Prediksi Intelijen AS di Tahun 2040, Kompetisi China-AS di Luar Angkasa Semakin Memanas
The Office of the Director of National Intelligence merilis laporan baru pada 8 April yang lalu yang secara garis besar laporan itu memprediksi bahwa persaingan antara China dan AS akan semakin panas dalam penggunaan luar angkasa dan China akan menjadi rival berat untuk AS. Keduanya diprediksi akan bersaing dalam bidang komersial, sipil dan militer dalam penggunaan luar angkasa di tahun 2040.
Secara lebih rinci, laporan itu pun memprediksi bahwa di tahun 2040 akan terjadi peningkatan yang cukup signifikan partisipasi negara dalam penggunaan luar angkasa, baik melalui eksplorasi mandiri maupun kerja sama. Walaupun negara akan menjadi aktor utama yang mendanai dan berambisi dalam penggunaan luar angkasa, diprediksi pada tahun itu akan terjadi peningkatan penggunaan luar angkasa untuk komersil dari actor lain.
Penggunaan teknologi di luar angkasa juga dinilai telah semakin berdampak pada militer dan sipil. Hal ini diprediksi akan membuat negara negara semakin sering untuk melakukan aktivitas meluncurkan satelit. Sejalan dengan hal itu, layanan baru di orbit akan ikut berkembang seperti adanya layanan perbaikan satelit sampai pembersihan debris (sampah dari satelit yang tidak berfungsi di luar angkasa).
Selain itu, kebutuhan akan Artificial Intelligence (AI) yang terus berkembang sehingga diperkirakan AI akan memegang peran yang cukup krusial di luar angkasa. AI akan memiliki peran yang besar dalam perkembangan teknologi luar angkasa yaitu dalam membantu inovasi penggunaan dan pelayanan satelit serta kapabilitas kesiapsiagaan di luar angkasa. Penggunaan AI juga dilihat akan membuat konektivitas antara teknologi yang ada di luar angkasa dan di Bumi semakin cepat. Melalui hal ini, keberadaan teknologi luar angkasa akan semakin penting untuk kehidupan di Bumi dan penggunaan luar angkasa akan semakin penting.
Kembali pada hubungan China-AS, keduanya diperkirakan akan terus memperkuat kapabilitas luar angkasanya. China juga diprediksi akan terus mengembangkan kapabilitas luar angkasanya, namun tidak hanya secara mandiri. Diperkirakan Kerja sama internasional berkaitan dengan penggunaan luar angkasa oleh China akan semakin meningkat khususnya untuk mengajak negara-negara lain berpartisipasi dalam program luar angkasanya akan menjadi salah satu. Satelit navigasi milik China yang bernama Beidou secara pengaruh dilihat akan sangat berpotensi meningkat dan menjadi alternatif baru untuk keperluan navigasi, selain satelit navigasi milik negara-negara Barat.
Semantara AS diperkirakan akan terus meningkatkan budget untuk pengembangan aset luar angkasanya. Baru-baru ini, pemerintahan Biden meminta alokasi dana sebesar USD24.7 Miliar untuk NASA di tahun 2022, di mana dana ini naik sebesar USD1.5 Miliar dari anggaran untuk tahun 2021. Hal ini memperlihatkan bahwa AS tidak akan mengalah ataupun mengendorkan dominasinya menghadapi tantangan dari China yang seolah ingin menantang dominasi itu. Sehingga, tidak dapat dipungkiri persaingan kedua negara ini dalam penggunaan luar angkasa mungkin tidak akan pernah dingin dan terus memanas.