Jerman di antara Rivalitas AS-China: Netral atau Berpihak?
Jerman di antara Rivalitas AS-China: Netral atau Berpihak?
Hubungan antar negara selalu mengalami dinamika yang dipengaruhi oleh kepentingan, kondisi domestik dan global, serta kepemimpinan pada masa tersebut. Dua negara super power China dan Amerika Serikat (AS) membuat beberapa negara termasuk Jerman berada dalam dilema politik antara dua kekuatan ini dalam upaya melindungi kepentingan nasionalnya, terutama kepentingan ekonomi dan keamanan. Lalu, bagaimana posisi Jerman dalam melihat rivalitas AS dan China?
Jerman di antara Dua Superpower
Kompetisi AS dan China terus mengalami eskalasi, di mana sejak kepemimpinan AS dengan Trump pada masa sebelumnya yang dianggap terlalu “keras” membuat banyak negara memilih untuk mengambil jalan bilateral untuk melindungi ketergantungan ekonomi dengan China. Pergantian kepemimpinan AS dengan Joe Biden sekarang pun, tidak akan banyak mengubah tensi hubungan AS-China. Terlebih melihat pertemuan rigid AS-China di Alaska beberapa waktu lalu, menjadi gambaran berbagai perbedaan dan permasalahan isu Hak Asasi Manusia, keamanan perbatasan dan maritim, serta kebijakan ekonomi kedua negara masih sangat tinggi. Rivalitas keduanya ini tidak terlalu memberikan dampak positif bagi kepentingan dan posisi politik Jerman karena lebih menambah tekanan diplomatik dari kedua negara besar tersebut pada Jerman.
Jerman dan AS sendiri memiliki hubungan lebih dekat secara politik dan ekonomi karena memiliki nilai-nilai ideologi serta kepentingan geostrategis, namun Jerman juga dekat dengan China secara ekonomi.[1] China menggantikan AS sebagai rekan dagang terbesar di Jerman sejak 2017 terutama pada masa pandemi ini, yang membuat Jerman lebih berhati-hati berkomentar terkait Uighur dan Hong Kong dibandingkan AS yang lebih tegas.[2] Namun meskipun membutuhkan China, di satu sisi China juga menjadi rival atau ancaman bagi Eropa karena dikhawatirkan China berupaya membentuk atau leading sistem ekonomi Eropa.
Jerman bergantung ekonomi dengan China
Hubungan Jerman dan China lebih banyak berputar pada kerja sama perdagangan dan bisnis serta beberapa isu politik termasuk isu lingkungan lingkungan. Merkel, yang sebentar lagi lengser, pada Desember lalu berperan dalam kerjasama perlindungan investasi Uni Eropa dengan China yakni Comprehensive Agreement on Investment (CAI), meski sudah ditentang oleh Biden.[3] Merkel mengatakan keputusan ini dibutuhkan untuk membantu perusahaan manufaktur Eropa dalam mendapat keuntungan lebih di China, dimana Merkel juga menegaskan tidak menginginkan Jerman untuk memilih blok pada “Perang Dingin Baru” saat ini.[4]
Sejauh ini, Jerman tidak akan memilih pihak manapun atau cenderung “netral,” namun pada praktiknya, netral ini juga tidak bisa sepenuhnya dilaksanakan karena pertama, akan kembali lagi kepada kecenderungan Jerman dengan kedua negara besar pada beberapa isu yang sesuai dengan kepentingan perekonomian dan politik Jerman. Kedua, tekanan politik dari dua negara besar juga akan mendorong Jerman memilih sisi. Ditambah, banyak juga negara Eropa yang mengkritik dan menekan Jerman untuk lebih tegas dalam melihat situasi HAM di Xinjiang dan Hong Kong.
Menuju perebutan kepemimpinan September nanti, antara koalisi Armin Laschet dari partai Christian Democratic Union (CDU) dan Markus Söder dari Christian Social Union (CSU), atau partai hijau Jerman[5], di mana kandidat ini diprediksi tidak akan terlalu menekan China dalam isu ekonomi.[6] Hal ini dikarenakan fokus saat ini adalah pemulihan perekonomian pasca Covid-19 sehingga kerjasama perekonomian dengan China dibutuhkan untuk investasi teknologi serta ekspor impor negara.[7] Namun, bukan berarti Jerman juga akan terlalu bergantung pada China, mengingat kebijakan ketat pasar perekonomian China membuat batasan pihak luar masuk. Lalu, berbeda dari aspek perekonomian, Jerman sebaliknya akan lebih tegas dengan isu HAM atas China, meskipun China sudah menegaskan Eropa tidak perlu ikut campur domestik China.
AS dan Jerman cukup berbeda memandang China
Dampak kepemimpinan AS sebelumnya dengan Trump cukup besar pada kepercayaan dan kerja sama AS-Eropa, meskipun kepemimpinan AS sekarang sudah dipimpin Biden dengan pendekatan multilateralism nya, namun Eropa cenderung lebih menjaga jarak dengan AS. Di satu sisi, Eropa melalui Dewan Eropa mengajukan kerja sama strategis dengan AS dalam mengatasi isu siber, vaksin, dan ancaman agresivitas China, meskipun terkadang tidak selalu setuju dengan penyampaian atau cara AS.[8] Namun, di sisi lain Eropa juga membuka kerja sama ekonomi yang erat dengan China sehingga membuat AS cukup khawatir. Secara garis besar, Eropa dan AS memiliki banyak kesamaan pandangan, namun cukup berbeda dalam melihat China.
Eropa dan AS memerlukan satu sama lain dikarenakan kepentingan kekuatan politik geopolitik, kerja sama keamanan, ekonomi, serta persamaan upaya perlindungan nilai fundamental antara AS-Eropa. Biden juga menjadi presiden pertama sejak 2009 yang mengikuti Summit dengan 27 pemimpin Eropa lain, sehingga pertemuan ini menjadi upaya perumusan visi bersama para pemimpin dunia untuk melancarkan kerja sama di masa yang akan datang.
[1] Fiona Hill, dkk. Balancing act” Major powers and the global response to US-China great power competition, Brookings, https://www.brookings.edu/research/balancing-act-major-powers-and-the-global-response-to-us-china-great-power-competition/, 2020.
[2] Benedikt Voigt, dkk., Does Germany depend too much on China?, Euractiv, https://www.euractiv.com/section/eu-china/news/does-germany-depend-too-much-on-china/, 2019.
[3] Hans Von Burchard, Merkel pushes EU-China investment deal over the finish line despite criticism, Politico, https://www.politico.eu/article/eu-china-investment-deal-angela-merkel-pushes-finish-line-despite-criticism/, 2020.
[4] Keith Bradsher dan Jack Ewing, How Close Are China and Germany? Consider ‘Little Swabia.’, The New York Times, https://www.nytimes.com/2021/03/19/business/china-germany-economy-trade.html, 2021.
[5] Ben Knight, Germany: CDU’s Armin Laschet has party support for chancellor candidacy, DW, https://www.dw.com/en/germany-cdus-armin-laschet-has-party-support-for-chancellor-candidacy/a-57165137, 2021.
[6] Jonathan Lehrer, As the Merkel Era Comes to a Close, Germany Reconsiders its China Policy, China Observer, https://chinaobservers.eu/as-the-merkel-era-comes-to-a-close-germany-reconsiders-its-china-policy/, 2021.
[7] Ibid.,
[8] San Fleming, dkk, EU proposes fresh alliance with US in face of China challenge, Financial Times, https://www.ft.com/content/e8e5cf90-7448-459e-8b9f-6f34f03ab77a, 2020.