Baru Awal Tahun, Ratusan Anak Diculik Kelompok Boko Haram
Pada Februari 2021 lalu, kelompok bersenjata Nigeria yakni Boko Haram menculik kurang lebih 300-an anak perempuan di sekitar wilayah Jangebe bagian Barat Laut Zamfara.[1] Kelompok Boko Haram menyerang Sekolah Menengah Pertama Negeri di Nigeria, dimana ratusan siswa dan staf sekolah diculik dan satu anak tewas ditembak.[2] Kejadian ini bukanlah yang pertama kali terjadi, karena sejak satu dekade lalu ratusan anak sering diculik oleh kelompok bersenjata di Nigeria. Meski awalnya baru puluhan orang yang bisa diselamatkan, namun dilansir pada tanggal 2 Maret 2021 lalu, Gubernur Bello Matawalle menyatakan bahwa seluruh anak-anak yang diculik sudah dibebaskan.[3] Namun, mengapa penculikan terus terjadi dan bagaimana konsekuensinya?
Penculikan anak menjadi “peristiwa biasa” di Nigeria
Kerentanan dan risiko penculikan anak-anak di wilayah konflik seakan menjadi hal biasa yang terjadi di wilayah Nigeria terutama di wilayah Barat Laut dan Utara yang mengalami berbagai permasalahan keamanan seperti serangan kelompok bersenjata, pemerasan, dan penculikan. Kelompok Boko Haram yakni kelompok yang menginginkan pendirian negara Islam atau Khilafah agar Nigeria bisa berjalan di bawah Hukum Syariah dan menolak nilai-nilai Barat, menyebarkan teror ke wilayah Nigeria sejak beberapa tahun lalu. Jadi, mengapa hal ini terus terjadi? Dalam melihat kelompok terorganisir seperti Boko Haram, Teori Queer Ladder dari Daniel Bell menyatakan bahwa kelompok bersenjata memiliki tujuan ekonomi dan sosial yang memiliki asumsi bahwa kelompok bersenjata memiliki perilaku instrumental yakni sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam mencapai peningkatan sosial dan ekonomi berupa sarana mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan.[4] Intensi ini terlihat dari permintaan kelompok Boko Haram yang meminta tebusan untuk anak-anak yang diculiknya.
Peristiwa penculikan oleh Boko Haram berkaitan dengan aspek ekonomi, politik, sosial, dan keamanan Nigeria yang rentan dan tidak stabil. Kondisi kerentanan hampir di semua aspek tersebut membuat Nigeria kurang mampu menjamin kebutuhan dasar masyarakatnya seperti ekonomi dan keamanan yang ditambah dengan kasus korupsi politisi Nigeria sehingga akses-akses lain juga ikut tersendat. Mengingat banyaknya penculikan di sekolah, seakan menjadi gambaran bahwa tidak ada lagi tempat aman bagi masyarakat beraktivitas karena risiko penculikan juga sangat tinggi di sekolah.
Instabilitas Domestik Nigeria
Kondisi ketidakstabilan di Nigeria membuat pemerintahan atau kekuasaan sah tidak mampu berbuat banyak untuk mengendalikan situasi yang ada, ditambah banyak kasus kebrutalan polisi dan kecurangan politisi Nigeria yang memunculkan keraguan dan unjuk rasa dalam domestik Nigeria. Mengingat tindakan kelompok bersenjata ini semakin mengganggu dan membatasi aktivitas masyarakatnya, maka pemerintah yang sudah jelas tidak mampu menangani permasalahan domestiknya membutuhkan peran aktor asing baik negara dan organisasi internasional untuk membantu mengendalikan perdamaian melalui operasi peacekeeping di sekitar wilayah tersebut.
Setelah satu dekade berlangsung, melalui pemilihan tahun lalu Presiden Muhammadu Buhari mengklaim bahwa Boko Haram berhasil “ditaklukan,”[5] namun mengingat masih terjadinya penculikan ratusan anak dan dampak sosial ekonomi lokal yang disebabkan kelompok Boko Haram, maka Pemerintah Nigeria membutuhkan sesuatu yang lebih dari hanya menaklukan Boko Haram melalui “kekuatan fisik”, namun juga sosial masyarakat terutama karena penculikan anak. Pendekatan ini perlu dipertimbangkan mengingat penculikan para anak ini sangat mempengaruhi kondisi psikologis dan eksploitasi anak baik laki-laki dan perempuan yang pola pikir dan karakternya terpengaruh karena lingkungannya. Mengingat sejak dekade lalu sudah total ribuan anak sudah diculik[6] dan baru beberapa ratus yang “diselamatkan”, maka besar kemungkinan anak-anak tersebut sudah diajari atau dibekali dengan kemampuan atau pengetahuan untuk memberontak sejak dini yang banyak di antara mereka dijadikan “tentara anak” yang “direkrut” secara paksa dan dieksploitasi untuk keuntungan kelompok Boko Haram mempertahankan eksistensinya. Disini, anak-anak menjadi korban dari ketidakmampuan pemerintah menjaga dan memberikan kepastian untuk keamanan masyarakatnya. Konsekuensinya, baik secara domestik dan regional kondisi di Nigeria mengancam kestabilan dan keamanan di wilayah sekitar Afrika. Maka dari itu, bantuan kemanusiaan dan pengembangan komunitas sosial di Nigeria perlu memprioritaskan keamanan lokal dan berupaya menumbuhkan ekonomi di wilayah Nigeria agar kebutuhan penting lain termasuk pendidikan mampu mendukung melawan penyebaran ideologi pemberontak Boko Haram.
[1] The Associated Press, 2021, Hundreds of Nigerian Students Kidnapped, Police Say, The New York Times, https://www.nytimes.com/2021/02/26/world/africa/nigeria-kidnap-students-schoolchildren.html
[2] Anietie Ewang, 2021, More Schoolchildren Abducted in Nigeria, Human Rights Watch, https://www.hrw.org/news/2021/02/17/more-schoolchildren-abducted-nigeria
[3] Deutsche Welle, 2021, Nigeria: Hundreds of kidnapped students released — governor, DW, https://www.dw.com/en/nigeria-hundreds-of-kidnapped-students-released-governor/a-56741975
[4] Okoli, dkk., 2014, Kidnapping and National Security in Nigeria, Research on Humanities and Social Sciences, p. 137-146,Vol. 4, No.6, https://iiste.org/Journals/index.php/RHSS/article/viewFile/11987/12311
[5] The National, 2019, Nigeria claims Boko Haram ‘defeated’ after 10-year insurgency, The National News, https://www.thenationalnews.com/world/africa/nigeria-claims-boko-haram-defeated-after-10-year-insurgency-1.893400#:~:text=Nigeria’s%20presidency%20claimed%20that%20a,threat%20posed%20by%20international%20militants.
[6] Stephanie Busari, 2018, UNICEF: Boko Haram has kidnapped more than 1000 children in Nigeria, CNN, https://edition.cnn.com/2018/04/13/africa/boko-haram-children-abduction-intl/index.html