Kematian Yahya Sinwar: Akhir Perang atau Awal Babak Baru?
Pada 17 Oktober 2024 Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan melalui media sosial X/Twitter bahwa mereka telah menewaskan Kepala Biro Politik dan pemimpian Hamas serta pencetus dari serangan 7 Oktober 2023 Yahya Sinwar. Sehari setelah pengumuman tersebut Juru Bicara Internasional IDF Letnan Kolonel (Letkol) Nadav Shoshani merilis sebuah video yang menunjukan Yahya Sinwar bersembunyi dalam sebuah rumah di Kota Rafah. Menanggapi peristwa ini Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan dalam sebuah video bahwa tewasnya Yahya Sinwar menandakan permulaan dari berakhirnya perang. Selain itu Netanyahu kembali menekankan bahwa perang ini hanya dapat berakhir jika Hamas menyerahkan senjata mereka dan melepaskan 101 sandera yang saat ini sedang disekap di Gaza. Sementara itu Hamas mengkonfirmasi kematian Yahya Sinwar dan menyatakan komitmen mereka untuk tetap bertempur melawan Israel di Gaza, hal ini disampaikan oleh Wakil Kepala Biro Politik Hamas Khalil al-Hayya yang saat ini sedang hidup dalam pengasingan di Qatar.
Tewasnya Yahya Sinwar mendapatkan reaksi dari berbagai pihak seperti Amerika Serikat, Iran, dan Hezbollah di Lebanon. Amerika Serikat menanggapi kematian dari Yahya Sinwar secara positif dan hal tersebut disampaikan oleh Presiden Joe Biden yang menyatakan hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada teroris yang bisa lolos dari keadilan. Sementara itu perwakilan Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan melalui akun media sosial X/Twitter kematian Yahya Sinwar akan memperkuat semangat perlawanan rakyat Palestina. Menurut LBCI Lebanon Khaled Mashaal telah diangkat sebagai pemimpin sementara Hamas sampai pemimpin baru dapat ditentukan. Berdasarkan informasi yang ada terdapat setidaknya enam nama yang dapat menjadi penerus Yahya Sinwar yakni Mahmoud Al-Zahar, Mohammed Sinwar, Mousa Abu Marzouk, Mohammed Deif, Khalil al-Hayya, dan Khaled Mashaal. Menanggapi ini, peneliti senior Chatham House Amjad Iraqi menyatakan Hamas perlu menentukan apakah mereka membutuhkan pemimpin dengan pendirian keras atau dengan pendirian moderat.
Kematian Yahya Sinwar merupakan sebuah pukulan berat bagi Hamas di wilayah Gaza. Akan tetapi hal ini tidak berarti perang di Gaza akan segera berakhir karena Hamas saat ini sedang berperang dengan taktik gerilya dan hal ini akan mempersulit IDF dalam menghancurkan organisasi tersebut. Sejarah menunjukan bahwa Hamas merupakan sebuah organisasi yang tangguh karena Israel sebelumnya hampir menghancurkan struktur komando organisasi tersebut akan tetapi hal ini tidak pernah mengurangi atau mematahkan semangat perang mereka. Menurut Mayjen (Purn) Angkatan Darat Jordania Mamoun Al-Nowar ketangguhan ini ada karena Hamas merupakan kelompok yang mewakili keinginan rakyat Palestina dengan ideologi yang tidak terpusat terhadap satu orang.