Pidato Perdana Presiden ke-8 RI, Sorot Isu Palestina Hingga Politik Luar Negeri
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik usai mengucapkan sumpah janji sebagai presiden dan wakil presiden di Sidang Umum Paripurna MPR, Minggu (20/10). Prabowo kini menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia (RI), sementara Gibran menjadi Wakil Presiden ke-14 RI.
Usai pelantikan, Prabowo Subianto menyampaikan pidato perdananya sebagai Presiden RI. Dalam pidatonya, Isu Palestina menjadi salah satu dari sekian isu yang Ia soroti. Ia menegaskan dukungan RI terhadap kemerdekaan Palestina.
Prabowo menyatakan siap mengirimkan bantuan lebih banyak mendukung kemerdekaan Palestina, dan siap mengevakuasi para korban dan anak-anak yang trauma akibat serangan brutal Israel. Pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) telah mengirim banyak bantuan ke Palestina, salah satunya tim medis. Tim medis RI ini tersebar di beberapa titik di Jalur Gaza, bersama-sama dengan Uni Emirat Arab (UEA). Berkaitan dengan itu, Prabowo pun menekankan Indonesia akan terus mengirim lebih banyak bantuan ke Palestina, termasuk mengevakuasi anak-anak dan korban luka.
Prabowo mengatakan Indonesia mendukung penuh rakyat Palestina mendapatkan kemerdekaannya, sebab Indonesia memiliki prinsip anti penjajahan karena pernah mengalami penjajahan di masa-masa dahulu. “Kita punya prinsip, prinsip kita adalah anti-penjajahan karena kita pernah mengalami penjajahan. Kita anti-penindasan karena kita pernah ditindas. Kita anti-rasialisme, kita anti-apartheid karena kita pernah mengalami apartheid,” tegas Prabowo.
Dalam menghadapi dunia internasional, Indonesia memilih jalan bebas aktif, nonblok. “Kita tidak mau ikut pakta-pakta militer manapun. Kita memilih jalan bersahabat dengan semua negara. Sudah berkali-kali saya canangkan Indonesia akan menjalankan politik luar negeri sebagai negara yang ingin menjadi tetangga yang baik. We want to be a good neighboor.” Ungkap Prabowo. Ia juga menyampaikan ingin menganut filosofi kuno, ‘seribu kawan terlalu sedikit satu lawan terlalu banyak.’