Upaya Domestik dan Internasional Nigeria, merespon Teroris Boko Haram
Pada 3 September 2024, serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Boko Haram terjadi di Yobe, Nigeria, dan menewaskan sedikitnya 81 orang. Berdasarkan Juru Bicara Kepolisian Yobe, Abdulkarim Dungus, sekitar 150 teroris Boko Haram yang diduga bersenjata dengan senapan dan RPG (granat berpeluncur roket) menyerang daerah Mafa dengan lebih dari 50 sepeda motor.
Nigeria dan Boko Haram
Nigeria merupakan sebuah negara yang terletak di Afrika Barat, dengan penduduk terpadat di Afrika[1], dan memiliki sumber daya alam yang berlimpah[2].
Meskipun memiliki sumber daya alam yang berlimpah, terorisme menjadi salah satu masalah utama bagi Nigeria. Boko Haram sendiri merupakan kelompok teroris yang didirikan pada tahun 2002 oleh Mohammed Yusuf di Maiduguri, Nigeria. Nama resminya adalah Jamā’at Ahl as-Sunnah lid-Da’wah wa’l-Jihād yang berarti “Komunitas Orang-orang yang Berkomitmen pada Ajaran Nabi untuk Dakwah dan Jihad”.
Adapun tujuan awal kelompok Boko Haram adalah untuk memberantas korupsi dan ketidakadilan di negara tersebut. Mereka merasa bahwa Nigeria telah menerima terlalu banyak pengaruh dari negara-negara barat, sehingga mereka pun ingin menjadikan Nigeria sebagai salah satu negara yang menegakkan hukum Islam di dalamnya[3]. Mereka berupaya melakukan pembantaian di desa-desa, penculikan siswa sekolah, penyerangan terhadap kantor-kantor pemerintah, dan juga mengambil alih pangkalan militer[4].
Upaya Nigeria merespon Boko Haram
Dalam merespon Boko Haram sebagai salah satu ancaman negaranya, pemerintah Nigeria melakukan serangkaian operasi militer, reformasi kebijakan, serta program kemanusiaan dan rekonsiliasi. Operasi militer besar seperti Operation Flush dan Operation Lafiya Dole diluncurkan untuk memerangi Boko Haram di negara bagian Borno, Yobe, dan Adamawa[5]. Selain operasi militer, pemerintah Nigeria juga memperkuat kerangka hukum dengan mengesahkan Terrorism (Prevention) Act tahun 2011 yang memperluas wewenang keamanan untuk melawan terorisme[6].
Disamping upaya domestik, dalam memerangi kelompok teroris di negaranya, Nigeria juga menyadari bahwa mereka tidak dapat melakukannya sendiri, oleh karena beberapa faktor, salah satunya keterbatasan kekuatan militer negara tersebut. Nigeria kemudian melakukan upaya internasional, melalui kerjasama dengan negara lain, termasuk negara besar yang telah berpengalaman dalam masalah terorisme seperti Amerika Serikat (AS).
Dalam kerjasama AS dan Nigeria, AS telah menyediakan dukungan berupa peralatan pertahanan, seperti kendaraan Mine-Resistant Ambush Protected (MRAP) dan kapal US Coast Guard serta pelatihan dalam melindungi warga sipil dari Boko Haram[7]. Selain itu, pada tahun 2017, AS juga menjual 12 pesawat A-29 Super Tucano yang memiliki kemampuan Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance (ISR)[8] senilai $497 juta yang dapat membantu pengawasan udara dan melatih militer Nigeria dalam meminimalkan kerusakan sipil, dalam rangka membantu melawan Boko Haram[9].
Amerika Serikat sebagai negara yang pernah mengalami serangan terorisme pada 11 September 2001 di Gedung World Trade Center yang menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa yang sangat besar memicu kebijakan “War on Terror” untuk memberantas terorisme di dunia. Adanya kebijakan tersebut membuat AS memiliki kepentingan dalam membantu Nigeria untuk memerangi kelompok terorisme Boko Haram[10]. Kerjasama dengan Amerika Serikat juga dilakukan melalui Multinational Joint Task Force (MNJTF); yang berperan dalam meningkatkan kemampuan militer Nigeria dengan pengadaan pesawat Super Tucano dan operasi lintas perbatasan[11].
Eksistensi Boko Haram dan Langkah yang Harus Diambil Nigeria
Dalam Strategi Keamanan Nasional Nigeria, ditetapkan bahwa kepentingan nasional utama Nigeria meliputi menjaga kedaulatan, integritas wilayah, keamanan, dan kesejahteraan rakyatnya[12]. Pemerintah Nigeria berkomitmen untuk menjaga demokrasi, memastikan keamanan warganya, serta melawan segala ancaman terhadap perdamaian di wilayahnya. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa eksistensi Boko Haram, mengganggu pemerintah Nigeria dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Upaya militer yang telah dilakukan Nigeria, baik secara domestik maupun internasional, merupakan bentuk dari pencapaian kepentingan nasional tersebut. Seperti halnya menurut H.J Morgenthau dalam karyanya yang berjudul Politics Among Nations: The Struggle for Power and Peace tahun 1948, bahwa fokus mencapai kekuasaan dan kepentingan nasional adalah melalui militer. Morgenthau menjelaskan bahwa negara bertindak berdasarkan national interest dan power mereka. Ia juga menekankan tujuan utama negara adalah keamanan nasional sehingga negara harus bertindak untuk memastikan keberlangsungan hidup dan keamanan mereka[13].
Nyatanya, meskipun Nigeria telah melakukan berbagai upaya untuk memberantas Boko Haram, kelompok ini masih tetap eksis, seperti yang terlihat dari serangan baru-baru ini di Yobe. Beberapa faktor yang mungkin menjelaskan keberlanjutan eksistensi Boko Haram termasuk kondisi geografis Nigeria yang luas dengan beberapa wilayah yang sulit diakses, di mana mereka beroperasi di daerah terpencil dengan infrastruktur terbatas, sehingga operasi militer tidak selalu efektif dalam jangka panjang. Serangan yang terjadi di Yobe juga menunjukkan masih adanya kelemahan dalam deteksi dini dan pencegahan, oleh karena itu penting bagi Nigeria untuk terus meningkatkan intelijen dan koordinasi guna meningkatkan deteksi dini dan mencegah serangan teroris terjadi. Dalam memastikan keberlangsungan hidup warga negaranya dan menjaga keamanannya, Nigeria harus terus bertindak, dan perlu untuk terus memperkuat powernya. Nigeria perlu memikirkan “kekuatan” jangka panjang untuk negaranya sendiri, diluar bantuan yang ia terima dari negara lain.
[1] CIA, “Nigeria Factbook,” CIA.Gov, last modified 2024, https://www.cia.gov/the-world-factbook/countries/nigeria/summaries.
[2] MOFA Abuja, “Natural Resources.,” Foreignaffairs.Gov.Ng, last modified 2024, https://foreignaffairs.gov.ng/nigeria/natural-resources/.
[3] Britannica, “Boko Haram,” Encyclopedia Britannica.
[4] Counter Extremism Project, “Extremist Group Boko Haram.,” Counterextremism.Com, last modified 2023, https://www.counterextremism.com/threat/boko-haram.
[5] D Agbiboa, “Boko Haram and the Global Jihad: ’Do Not Think Jihad Is Over. Rather, Jihad Has Just Begun,” Australian Journal of International Affairs 64, no. 4 (2014): 400–417.
[6] J Campbell, “Nigeria: Dancing on the Brink” (Rowman & Littlefiel, 2014).
[7] Barrack Obama, “Fact Sheet: U.S. Efforts to Assist the Nigerian Government in Its Fight against Boko Haram.,” Presidency.Ucsb.Edu.
[8] Reuters, “Nigeria Receives US Planes for Boko Haram Fight,” DW.
[9] US Department of State, “U.S. Security Cooperation with Nigeria,” US Department of State, last modified 2024, https://www.state.gov/u-s-security-cooperation-with-nigeria/.
[10] Ana Pasi and Cecilia Tombesi, “Serangan 11 September: 149 Menit Yang Menggambarkan Kengerian Peristiwa Yang Mengubah Dunia,” BBC News Mundo, last modified 2021, https://www.bbc.com/indonesia/dunia-58511246.
[11] P Asfura-Heim and J McQuaid, Forging a Viable Strategy to Combat Boko Haram, 2015.
[12] Federal Republic of Nigeria, National Security Strategy, 2019.
[13] Bob S.. Hadiwinata, Studi Dan Teori Hubungan Internasional : Arus Utama, Alternatif, Dan Reflektivis (Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017).