Secara tiba-tiba, pasukan penjaga keamanan presiden di Niger mengklaim telah menggulingkan Presiden Mohamed Bazoum dari jabatannya pada Rabu malam, beberapa jam setelah anggota pasukan pengawal presiden menahan politisi tersebut di kediaman resminya.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di televisi nasional, Kolonel-Major Amadou Abdramane mengatakan bahwa “pasukan pertahanan dan keamanan… telah memutuskan untuk mengakhiri rezim yang Anda kenal”. Mereka menyatakan bahwa tindakan ini dilakukan mengingat situasi keamanan dan pengelolaan sosial dan ekonomi yang memburuk.
Sebelumnya diketahui bahwa dialog antara presiden dengan para penjaga presiden sudah gagal dan mereka menolak membebaskan presiden.
Prajurit tersebut mengatakan bahwa perbatasan negara ditutup dan jam malam diberlakukan di seluruh negeri. Seluruh lembaga negara juga dihentikan, tambahnya.
Abdramane duduk di antara sembilan perwira lain yang mengenakan seragam militer ketika ia membacakan pernyataannya. Kelompok tersebut, yang menyebut dirinya Dewan Nasional untuk Keamanan Negara, memperingatkan agar tidak ada campur tangan asing.
Pengumuman ini datang setelah sehari penuh ketidakpastian ketika kepresidenan Niger melaporkan bahwa anggota unit penjaga elit terlibat dalam “demonstrasi anti-republik” dan agen berita melaporkan bahwa Bazoum ditahan di istana oleh pasukan pemberontak. Tidak jelas di mana presiden berada pada saat pengumuman Abdramane atau apakah dia telah mengundurkan diri.
Selain itu, pasukan penjaga keamanan presiden juga menahan Menteri Dalam Negeri, Hamadou Souley, yang turut ditangkap dan sedang ditahan di kediamanan presiden di Ibu Kota Niamey.
Amerika Serikat mengecam kudeta, PBB Khawatir
Pemerintah AS segera mengecam keras penahanan Bazoum dan menuntut agar dia segera dibebaskan. “Beberapa waktu lalu, saya berbicara dengan Presiden Bazoum dan dengan tegas menyatakan dukungan AS untuk kepemimpinannya sebagai presiden yang demokratis terpilih di Niger,” kata Antony Blinken, Menteri Luar Negeri AS, dalam konferensi pers di Selandia Baru.
“Kami mendesak agar dia segera dibebaskan,” tegasnya. Tindakan kudeta militer ini merupakan yang ketujuh di wilayah Afrika Barat dan Tengah sejak tahun 2020, dan dapat menghalangi upaya Barat dalam membantu negara-negara di wilayah Sahel dalam melawan kelompok bersenjata yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS (ISIL).
Niger, negara yang pernah menjadi jajahan Prancis dan terkurung daratan, telah menjadi mitra strategis bagi negara-negara Barat yang ingin membantu melawan kelompok bersenjata. Negara ini juga merupakan sekutu penting bagi Uni Eropa dalam upaya melawan migrasi tidak teratur dari Afrika Sub-Sahara.
Mike Hanna dari Al Jazeera, melaporkan dari Washington, DC, menyatakan bahwa perkembangan di Niger menjadi perhatian serius bagi AS dan sekutu-sekutunya. Hal ini dikarenakan AS memiliki dua pangkalan drone di Niger dan sekitar 800 tentara, beberapa di antaranya adalah pasukan khusus yang telah melatih militer Nigeria.
“Penting untuk dicatat bahwa Niger adalah satu-satunya sekutu AS yang masih berdiri di wilayah tersebut. Kudeta militer telah terjadi di negara tetangga Mali dan Burkina Faso, yang menyebabkan pengusiran pasukan Prancis dan beralihnya ke pasukan yang didukung oleh Rusia sebagai upaya melindungi wilayah mereka. AS sangat prihatin dengan situasi ini dan mengawasinya dengan cermat, karena ini mungkin dapat menjadi langkah selanjutnya yang terjadi di Niger,” tambahnya.
Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Prancis juga menyatakan kekhawatiran mereka.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara dengan Bazoum pada Rabu sore (26/07) dan “mengungkapkan dukungan penuh dan solidaritasnya”, cuit juru bicara PBB. Sebelumnya, Guterres mengutuk setiap upaya untuk merebut kekuasaan dengan kekerasan “dengan tegas” dan mengimbau “semua pihak yang terlibat untuk bersikap tenang dan memastikan perlindungan terhadap ketertiban konstitusional”, kata juru bicara Stephane Dujarric.
ECOWAS turun tangan?
Komisi Uni Afrika dan Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) menyatakan bahwa tindakan terhadap Bazoum merupakan usaha untuk menjatuhkan politisi tersebut. Dua tahun yang lalu, Bazoum terpilih sebagai presiden melalui proses pemindahan kekuasaan yang damai dan demokratis, menjadi momen bersejarah sejak kemerdekaan negara dari Prancis pada tahun 1960. Uni Afrika turut mengutuk kudeta dan menyatakan tindakan tersebut tidak dapat diterima.
Bola Tinubu, Presiden Nigeria yang baru saja terpilih sebagai ketua ECOWAS, dengan tegas menyatakan bahwa kepemimpinan blok regional ini akan melawan segala upaya untuk menggulingkan pemerintah Niger.
“Demi kejelasan, kami ingin menegaskan bahwa kepemimpinan ECOWAS dan seluruh pendukung demokrasi di seluruh dunia tidak akan mengizinkan situasi apapun yang menghancurkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis di Republik Niger,” kata Tinubu dalam pernyataannya dari Abuja.
“Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk memastikan fondasi yang kuat bagi demokrasi tetap terjaga di wilayah kami.”
Presiden Benin, Patrice Talon, juga telah berangkat ke Niger pada Rabu sore untuk mengevaluasi situasi setelah bertemu dengan Tinubu di Nigeria.