Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melihat aliansi negaranya dengan AS bisa menjadi jalan untuk menghalangi China serta memperkuat hubungan keamanan dengan negara-negara demokrasi dari Australia hingga Eropa.
Dalam turnya ke negara-negara G7 yang dilakukan setelah perombakan persepsi keamanan Jepang sejak Perang Dunia II, Kishida mengatakan kepada Presiden Prancis, Emmanuel Macron bahwa keamanan Eropa dan Indo-Pasifik tidak dapat dipisahkan. Kishida juga menandatangani kesepakatan pertahanan tentang akses pasukan bersama dengan perdana menteri Inggris, Rishi Sunak dan setuju dengan pemimpin Italia, Giorgia Meloni untuk meningkatkan hubungan pertahanan.
Walaupun begitu aliansi Jepang dengan AS tetap menjadi landasan strategis pertahanan Jepang yang didukung oleh Joe Biden pada 13 Januari 2023 lalu dalam pertemuan dengan Kishida di Gedung Putih. Namun kegelisahan Jepang yang mendalam tentang bahaya di lingkungannya terutama karena aktivitas China telah mendorong dorongan baru untuk membangun benteng kemitraan lainnya.
Pada puncak dari tur Kishida yang berakhir di Washington, ia mengeluarkan pernyataan bersama dengan Presiden AS Joe Biden yang menegaskan kembali aliansi Jepang-AS dalam apa yang disebut “strategi Indo-Pasifik”. Pemerintah Jepang bermaksud untuk mengamankan sekitar 313 miliar dolar AS dalam pembelanjaan pertahanan selama lima tahun sejak tahun fiskal 2023.
Sejak menjabat pada Oktober 2021, kabinet Kishida sangat ingin memelopori perluasan hegemoni AS di Asia-Pasifik sehingga mendekati AS dengan mempersenjatai diri, sambil mengandalkan yang terakhir untuk ekspansi tentara dan persiapan perang, membuka jalan bagi impiannya untuk menjadi kekuatan militer lagi.
Presiden mendukung rencana pertahanan baru Jepang dan berkata “Biar saya perjelas: Amerika Serikat sepenuhnya, sepenuhnya, sepenuhnya berkomitmen pada aliansi. Dan, yang lebih penting, untuk pertahanan Jepang.” Dan Kishida menanggapinya dengan mengatakan “Jepang dan AS saat ini menghadapi lingkungan keamanan yang paling menantang dan kompleks dalam sejarah baru-baru ini.”
Namun, kekhawatiran tetap ada di Jepang bahwa Biden dapat digantikan oleh pemimpin AS yang kurang simpatik, kata Euan Graham, rekan senior untuk Pertahanan dan Strategi Indo-Pasifik di Institut Internasional untuk Studi Strategis yang berbasis di Singapura. Donald Trump, misalnya, berulang kali mempertanyakan keadilan aliansi AS-Jepang selama bertahun-tahun.